Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2010 -
Baca: Amsal 19:1-29
"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." Amsal 19:21
Sebelum kita melakukan segala sesuatu selalu ada seribu satu rencana dalam benak atau pikiran kita. Langkah demi langkah kita atur begitu rupa agar hasil yang kita capai bisa maksimal dan tidak mengecewakan. Untuk itulah setiap orang pasti membuat suatu rancangan terlebih dahulu sebelum ia mengambil keputusan, karena keputusan yang benar akan menentukan berhasil atau tidaknya mencapai target yang diharapkan.
Namun perlu kita ketahui, seperti dikatakan dalam ayat nas di atas, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." Manusia boleh merancang segala sesuatu menurut keinginannya, namun kita harus selalu melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita karena apa yang kita rencanakan belum tentu sesuai dengan keinginan Tuhan, bisa jadi justru bertoalak belakang dengan apa yang Tuhan mau, sebab firmanNya berkata, "...rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanalah jalanKu,..." (Yesaya 55:8).
Bagaimana caranya supaya kita dapat mengerti rencana Tuhan dalam hidup kita, serta menyelaraskan rancangan kita dengan kehendak Tuhan? Di dalam segala sesuatu kita harus bertanya pada Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepadaNya serta merenungkan firmanNya, Tuhan akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi kita. Namun tanpa sadar kita seringkali lebih menuruti jalan pikiran kita sendiri daripada menurut kehendak Tuhan; kita merasa diri sudah mampu. Namun jika pada akhirnya kita mengalami kegagalan, kita complain kepada Tuhan dan menyalahkanNya. Tidak mengikutsertakan Tuhan dalam setiap rencana adalah awal kejatuhan seseorang karena hal itu menunjukkan bahwa dia merasa tidak memerlukan Tuhan. Sebaliknya, bagi orang yang selalu mengandalkan Tuhan, "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan tidak berhenti menghasilkan buah." (Yeremia 17:8).
Keberhasilan seseorang sangat ditentukan bagaimana ia memiliki penyerahan diri kepada Tuhan dan tunduk pada kehendakNya, karena rancanganNya selalu yang terbaik!
Saturday, September 18, 2010
Friday, September 17, 2010
PERSIAPAN MENANTI JANJI TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 September 2010 -
Baca: Roma 8:18-30
"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun." Roma 8:25
Ketekunan seseorang bisa dibuktikan dalam proses di mana orang tersebut mampu melewati setiap masalah dalam hidupnya dan tampil sebagai pemenang. Ketekunan itu artinya sejak awal kita percaya kepada Tuhan dengan segala firmanNya, dan sampai akhir pun kita tetap percaya kepadaNya dan firmanNya, meskipun di tengah-tengah perjalanan hidup terjadi gelombang dan badai masalah yang begitu berat yang berusaha menenggelamkan pengharapan dan iman percaya kita, namun kita tetap bertahan. Itulah ketekunan!
Memang, seringkali Tuhan membawa kita kepada situasi yang membuat kita tidak mengerti, tetapi maksudNya adalah untuk menguji ketekunan dan ketaatan kita. Abraham adalah contoh. Setelah mendapat janji Tuhan ia tidak langsung menerima apa yang dijanjikan, tetapi masih harus diuji ketekunannya dalam ketaatan dan kepercayaannya. Tidak banyak orang mampu bertahan dalam ketekunan sampai mendapatkan yang diharapkan, karena ketekunan membutuhkan kesabaran. Sebelum Tuhan Yesus terangkat ke Sorga Dia berpesan kepada murid-muridNya untuk tidak meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tetap tinggal di situ menantikan janji Bapa yaitu Roh Kudus (baca Kisah 1:4-5). Yerusalem adalah gambaran iman kita. Janganlah meninggalkan iman percaya kita hanya karena tawaran dunia yang menawarkan segala sesuatu secara instan, yang tanpa kita sadari ujungnya menuju maut. Sebaliknya, kita harus tetap tinggal menantikan Dia.
Acapkali kita berpikir bahwa masalah yang terjadi adalah seperti 'Goliat' yang mustahil untuk dikalahkan. Daud, seorang anak muda (baca 1 Samuel 17:42), tidak terlatih dalam hal militer, mampu mengalahkan Goliat. Kok bisa? Ingat! Daud memiliki persiapan yang baik sedari muda dengan menjadi gembala domba. "Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia beridiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (1 Samuel 17:34b-35). Dalam persiapan itu Daud senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.
Janji Tuhan tidak pernah gagal, karena itu tetaplah bertekun menantikannya!
Baca: Roma 8:18-30
"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun." Roma 8:25
Ketekunan seseorang bisa dibuktikan dalam proses di mana orang tersebut mampu melewati setiap masalah dalam hidupnya dan tampil sebagai pemenang. Ketekunan itu artinya sejak awal kita percaya kepada Tuhan dengan segala firmanNya, dan sampai akhir pun kita tetap percaya kepadaNya dan firmanNya, meskipun di tengah-tengah perjalanan hidup terjadi gelombang dan badai masalah yang begitu berat yang berusaha menenggelamkan pengharapan dan iman percaya kita, namun kita tetap bertahan. Itulah ketekunan!
Memang, seringkali Tuhan membawa kita kepada situasi yang membuat kita tidak mengerti, tetapi maksudNya adalah untuk menguji ketekunan dan ketaatan kita. Abraham adalah contoh. Setelah mendapat janji Tuhan ia tidak langsung menerima apa yang dijanjikan, tetapi masih harus diuji ketekunannya dalam ketaatan dan kepercayaannya. Tidak banyak orang mampu bertahan dalam ketekunan sampai mendapatkan yang diharapkan, karena ketekunan membutuhkan kesabaran. Sebelum Tuhan Yesus terangkat ke Sorga Dia berpesan kepada murid-muridNya untuk tidak meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tetap tinggal di situ menantikan janji Bapa yaitu Roh Kudus (baca Kisah 1:4-5). Yerusalem adalah gambaran iman kita. Janganlah meninggalkan iman percaya kita hanya karena tawaran dunia yang menawarkan segala sesuatu secara instan, yang tanpa kita sadari ujungnya menuju maut. Sebaliknya, kita harus tetap tinggal menantikan Dia.
Acapkali kita berpikir bahwa masalah yang terjadi adalah seperti 'Goliat' yang mustahil untuk dikalahkan. Daud, seorang anak muda (baca 1 Samuel 17:42), tidak terlatih dalam hal militer, mampu mengalahkan Goliat. Kok bisa? Ingat! Daud memiliki persiapan yang baik sedari muda dengan menjadi gembala domba. "Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia beridiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (1 Samuel 17:34b-35). Dalam persiapan itu Daud senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.
Janji Tuhan tidak pernah gagal, karena itu tetaplah bertekun menantikannya!
Subscribe to:
Posts (Atom)