Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2010 -
Baca: Amsal 9:1-18
“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Amsal 9:10
Ayat di atas menyatakan, setiap orang yang memiliki hati takut akan Tuhan akan mendapatkan hikmat. Jadi kunci memiliki hikmat adalah ketaatan kita melakukan perintah-perintah Tuhan.
Pandangan orang dunia berbeda. Sebagian besar berpendapat bahwa orang yang memiliki hikmat adalah orang yang memiliki title (gelar) tinggi atau telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang tertinggi, apalagi yang lulus dari luar negeri. Orang yang berpendidikan tinggi belum tentu memiliki hikmat, yang ia miliki adalah ilmu pengetahuan dan keahlian. Alkitab menegaskan bahwa hikmat itu sendiri hanya dapat diperoleh apabila kita takut akan Tuhan: “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.” (Amsal 3:13-14). Hikmat yang dimaksud adalah wahyu dari Tuhan. Orang dunia tentunya tidak pernah memikirkan tentang wahyu Tuhan ini.
Sebagai orang percaya, di dalam diri kita ada Roh Kudus, dan “...Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu...” (baca Yohanes 14:26). Sayang, seringkali kita mengingini hikmat dari Tuhan namun kita tidak hidup dalam ketaatan sehingga Roh Kudus undur dari kita, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat. Bukan berarti kita tidak perlu sekolah tinggi atau menggunakan akal pikiran kita, tetapi yang lebih utama adalah kita harus selalu mengandalkan hikmat dari Tuhan, jangan hanya membanggakan kepandaian dan keahlian kita saja sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Daud, dalam keluarga kurang dianggap dan diremehkan. Ia pun hanya sebagai gembala domba. Daud mengakui, “aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekatMu. Dengan nasihatMu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.” (Mazmur 73:22, 24). Sedangkan kakak-kakaknya dinilai lebih punya potensi, pintar dan berpostur ideal di pemandangan manusia. Tapi Daud mempunyai nilai lebih yaitu senantiasa takut akan Tuhan dan karib denganNya sehingga kuasa Roh Allah yang dahsyat bekerja dalam diri Daud, menjadikan dirinya sebagai pribadi yang luar biasa dan istimewa. Alhasil, ketika Goliat bertekuk lutut, pada saat yang tepat Daud pun menjadi raja atas Israel.
Tiada yang mustahil bagi Tuhan!
Saturday, September 11, 2010
Friday, September 10, 2010
BARTIMEUS: Sembuh Karena Iman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 September 2010 -
Baca: Markus 10:46-52
“ ‘Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ Jawab orang buta itu: ‘Rabuni, supaya aku dapat melihat!’ “ Markus 10:51
Bartimeus adalah orang yang buta dan tidak berdaya. Namun meski memiliki keterbatasan fisik ia tidak putus asa atau mengasihani diri sendiri. Dengan mata rohaninya ia dapat melihat kebesaran dan kuasa Tuhan. Pengharapan yang ia tujukan kepada Yesus adalah kunci utama yang membangkitkan imannya meski orang-orang di sekitarnya meremehkan dan menuding bahwa dia tidak akan bisa disembuhkan. Bartimeus tidak terkecil hati atau menyerah pada keadaan. Iman adalah melihat apa yang tidak terlihat, dan ini membutuhkan perjuangan.
Ketika mendengar Yesus sedang lewat, dengan segenap kekuatan ia berseru, “ ‘Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!’ “ (ayat 47-48). Bartimeus tahu bahwa inilah saat dan kesempatan baginya bertemu dengan Yesus, karena itu ia terus berteriak memanggil-manggil Yesus di tengah keramaian. Akhirnya teriakannya itu menggetarkan hati Yesus untuk bereaksi; Yesus memalingkan wajahnya ke arah Bartimeus yang sedang bertindak dengan imannya itu. Lalu kata Yesus kepadanya, “ ‘Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!’ Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalananNya.” (ayat 52).
Mungkin saat ini dokter sudah memvonis umur kita tidak panjang lagi akibat penyakit yang kita derita, atau orang memprediksi usaha kita akan hancur, atau keluargamu nampak tidak mungkin dipulihkan. Kita akan semakin tidak berdaya bila kita terlalu memberi tempat pada masalah itu dan terpengaruh oleh situasi yang ada. Mari kita ubah cara berpikir kita! Berilah tempat untuk Tuhan, sumber segala mujizat itu. Berkatalah dengan iman, “Tuhan, aku percaya Engkau sanggup menyembuhkanku. Manusia sangat terbatas, tetapi aku memiliki Engkau yang sungguh tidak terbatas. Tidak ada yang mustahil bagiMu.” Camkan ayat ini: "Sebab Tuhan maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah." (Mazmur 96:4).
Kalau kita memandang Dia sebagai orang yang Mahabesar, maka apa pun masalah kita tidak berarti apa-apa di hadapanNya. Bartimeus mengalami lawatan Tuhan karena ia memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang lain.
Perjumpaan dengan Yesus telah mengubah hidup Bartimeus; ia dipulihkan dan disembuhkan!
Baca: Markus 10:46-52
“ ‘Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ Jawab orang buta itu: ‘Rabuni, supaya aku dapat melihat!’ “ Markus 10:51
Bartimeus adalah orang yang buta dan tidak berdaya. Namun meski memiliki keterbatasan fisik ia tidak putus asa atau mengasihani diri sendiri. Dengan mata rohaninya ia dapat melihat kebesaran dan kuasa Tuhan. Pengharapan yang ia tujukan kepada Yesus adalah kunci utama yang membangkitkan imannya meski orang-orang di sekitarnya meremehkan dan menuding bahwa dia tidak akan bisa disembuhkan. Bartimeus tidak terkecil hati atau menyerah pada keadaan. Iman adalah melihat apa yang tidak terlihat, dan ini membutuhkan perjuangan.
Ketika mendengar Yesus sedang lewat, dengan segenap kekuatan ia berseru, “ ‘Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!’ “ (ayat 47-48). Bartimeus tahu bahwa inilah saat dan kesempatan baginya bertemu dengan Yesus, karena itu ia terus berteriak memanggil-manggil Yesus di tengah keramaian. Akhirnya teriakannya itu menggetarkan hati Yesus untuk bereaksi; Yesus memalingkan wajahnya ke arah Bartimeus yang sedang bertindak dengan imannya itu. Lalu kata Yesus kepadanya, “ ‘Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!’ Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalananNya.” (ayat 52).
Mungkin saat ini dokter sudah memvonis umur kita tidak panjang lagi akibat penyakit yang kita derita, atau orang memprediksi usaha kita akan hancur, atau keluargamu nampak tidak mungkin dipulihkan. Kita akan semakin tidak berdaya bila kita terlalu memberi tempat pada masalah itu dan terpengaruh oleh situasi yang ada. Mari kita ubah cara berpikir kita! Berilah tempat untuk Tuhan, sumber segala mujizat itu. Berkatalah dengan iman, “Tuhan, aku percaya Engkau sanggup menyembuhkanku. Manusia sangat terbatas, tetapi aku memiliki Engkau yang sungguh tidak terbatas. Tidak ada yang mustahil bagiMu.” Camkan ayat ini: "Sebab Tuhan maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah." (Mazmur 96:4).
Kalau kita memandang Dia sebagai orang yang Mahabesar, maka apa pun masalah kita tidak berarti apa-apa di hadapanNya. Bartimeus mengalami lawatan Tuhan karena ia memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang lain.
Perjumpaan dengan Yesus telah mengubah hidup Bartimeus; ia dipulihkan dan disembuhkan!
Subscribe to:
Posts (Atom)