Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2010 -
Baca: Matius 4:1-11
"Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus."
Matius 4:2
Iblis tahu benar bahwa setelah berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam Yesus pasti merasa lapar. Iblis berpikir inilah saat yang tepat untuk mencobai dan menjatuhkan Yesus. "Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya: 'Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu itu menjadi roti.' " (ayat 3).
Yesus tidak emosi dengan membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah sehingga langsung mengubah batu menadi roti. Walaupun perutNya lapar, Yesus sadar betul dengan tidak menuruti permintaan Iblis untuk mengubah batu menadi roti. Tak perlu Ia membuktikan kuasanya mengubah batu menadi roti untuk dapat disebut Anak Allah. Dia memang Anak Allah dan Dia tidak perlu mendemonstrasikan hal itu kepada Iblis, karena Iblis sendiri sudah tahu bahwa Yesus itu Anak Allah. Maka Yesus menjawab, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (ayat 4).
Banyak orang diserang dan dicobai Iblis pada waktu mereka sedang sakit atau dalam keadaan lemah tak berdaya, di kala sedang mengalami krisis ekonomi, membutuhkan uang, atau keluarga butuh biaya untuk pengobatan. Secepat kilat Iblis pun akan datang bak malaikat menawarkan pertolongan, seperti katanya keapda Yesus, "Dan Iblis membawaNya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepadaNya semua kerjaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepadaNya: 'Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.' Maka berkatalah Yesus kepadanya: 'Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!' " (ayat 8:10).
Apabila Iblis berbisik atau teman mengajak kita untuk mencari pertolongan kepada kuasa gelap, dukun, paranormal dan sebagainya, janganlah takut untuk menolaknya! Pertolongan atau kekayaan yang diberikan Iblis hanyalah semu belaka, bahkan dapat menjerumuskan jiwa kita ke dalam kebinasaan kekal. Sebagai orang percaya, pertolongan kita hanya datang dari Tuhan, bukan dari yang lain. Gunakan firman Tuhan untuk mengusir Iblis, maka ia akan lari.
Jika kita menggunakan firman Tuhan untuk mengusir Iblis atau segala macam godaan, firmanNya bekerja dan Dia akan memberi kemenangan atas kita.
Monday, September 6, 2010
Sunday, September 5, 2010
LUPAKAN YANG LALU, JANGAN LUPAKAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2010 -
Baca: Filipi 3:1-16
"...tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," Filipi 3:13
Di dalam kehidupan ini pasti ada hal yang selalu kita ingat-ingat: pengalaman manis juga pahit. Tetapi ada satu hal yang harus selalu kita ingat dan tidak boleh kita lupakan, yaitu Tuhan!
Seringkali manusia begitu gampang melupakan Tuhan, apalagi saat keadaan mereka baik dan menyenangkan, seperti yang dikatakan: "...umatKu melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya." (Yeremia 2:32b). Namun sesungguhnya yang harus kita lupakan adalah pengalaman pahit, kegagalan dan juga kesalahan-kesalahan di masa lalu. Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan. Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen. Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan. Alkitab menyatakan; "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Itulah sebabnya Paulus bertekad untuk melupakan masa lalunya yang kelam.
Sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal yang sama: mengunci pintu masa lalu dan tidak mengingatnya lagi. Adalah percuma mempersalahkan diri dan terus-menerus menyesali semua keadaan yang sudah terjadi. Yang perlu kita lakukan adalah belajar dari keadaan itu dan bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Mari gunakan seluruh kekuatan kita menuju keberhasilan bersama Tuhan. Mungkin kita gagal di masa lalu, lupakan itu. Pikirkanlah langkah di depan kita. Jika kita senantiasa mengarahkan tujuan kepada Kristus, kita akan mengalami kemuliaan bersama Dia. Paulus telah melakukan banyak hal bagi Tuhan, tetapi dia tak menganggap dirinya telah mencapai semuanya. Saat di penjara pun dia tetap ingin lebih mengenal Tuhan dan mengerjakan segala yang Tuhan ingin ia lakukan. Ia tak pernah menghiraukan situasi dalam hidupnya, sekalipun penderitaan dan aniaya karena nama Tuhan harus dialaminya. Mungkin kita berkata, "Aku bukan Paulus. Aku tidak bisa seperti dia." Kita tidak perlu menjadi seperti Paulus!
Tuhan ingin kita lakukan apa yang dapat kita lakukan bagi kemuliaanNya, jangan terpaku masa lalu!
Baca: Filipi 3:1-16
"...tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," Filipi 3:13
Di dalam kehidupan ini pasti ada hal yang selalu kita ingat-ingat: pengalaman manis juga pahit. Tetapi ada satu hal yang harus selalu kita ingat dan tidak boleh kita lupakan, yaitu Tuhan!
Seringkali manusia begitu gampang melupakan Tuhan, apalagi saat keadaan mereka baik dan menyenangkan, seperti yang dikatakan: "...umatKu melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya." (Yeremia 2:32b). Namun sesungguhnya yang harus kita lupakan adalah pengalaman pahit, kegagalan dan juga kesalahan-kesalahan di masa lalu. Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan. Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen. Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan. Alkitab menyatakan; "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Itulah sebabnya Paulus bertekad untuk melupakan masa lalunya yang kelam.
Sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal yang sama: mengunci pintu masa lalu dan tidak mengingatnya lagi. Adalah percuma mempersalahkan diri dan terus-menerus menyesali semua keadaan yang sudah terjadi. Yang perlu kita lakukan adalah belajar dari keadaan itu dan bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Mari gunakan seluruh kekuatan kita menuju keberhasilan bersama Tuhan. Mungkin kita gagal di masa lalu, lupakan itu. Pikirkanlah langkah di depan kita. Jika kita senantiasa mengarahkan tujuan kepada Kristus, kita akan mengalami kemuliaan bersama Dia. Paulus telah melakukan banyak hal bagi Tuhan, tetapi dia tak menganggap dirinya telah mencapai semuanya. Saat di penjara pun dia tetap ingin lebih mengenal Tuhan dan mengerjakan segala yang Tuhan ingin ia lakukan. Ia tak pernah menghiraukan situasi dalam hidupnya, sekalipun penderitaan dan aniaya karena nama Tuhan harus dialaminya. Mungkin kita berkata, "Aku bukan Paulus. Aku tidak bisa seperti dia." Kita tidak perlu menjadi seperti Paulus!
Tuhan ingin kita lakukan apa yang dapat kita lakukan bagi kemuliaanNya, jangan terpaku masa lalu!
Subscribe to:
Posts (Atom)