Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2010 -
Baca: Filipi 3:1-16
"...tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," Filipi 3:13
Di dalam kehidupan ini pasti ada hal yang selalu kita ingat-ingat: pengalaman manis juga pahit. Tetapi ada satu hal yang harus selalu kita ingat dan tidak boleh kita lupakan, yaitu Tuhan!
Seringkali manusia begitu gampang melupakan Tuhan, apalagi saat keadaan mereka baik dan menyenangkan, seperti yang dikatakan: "...umatKu melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya." (Yeremia 2:32b). Namun sesungguhnya yang harus kita lupakan adalah pengalaman pahit, kegagalan dan juga kesalahan-kesalahan di masa lalu. Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan. Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen. Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan. Alkitab menyatakan; "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Itulah sebabnya Paulus bertekad untuk melupakan masa lalunya yang kelam.
Sebagai orang percaya kita pun harus melakukan hal yang sama: mengunci pintu masa lalu dan tidak mengingatnya lagi. Adalah percuma mempersalahkan diri dan terus-menerus menyesali semua keadaan yang sudah terjadi. Yang perlu kita lakukan adalah belajar dari keadaan itu dan bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Mari gunakan seluruh kekuatan kita menuju keberhasilan bersama Tuhan. Mungkin kita gagal di masa lalu, lupakan itu. Pikirkanlah langkah di depan kita. Jika kita senantiasa mengarahkan tujuan kepada Kristus, kita akan mengalami kemuliaan bersama Dia. Paulus telah melakukan banyak hal bagi Tuhan, tetapi dia tak menganggap dirinya telah mencapai semuanya. Saat di penjara pun dia tetap ingin lebih mengenal Tuhan dan mengerjakan segala yang Tuhan ingin ia lakukan. Ia tak pernah menghiraukan situasi dalam hidupnya, sekalipun penderitaan dan aniaya karena nama Tuhan harus dialaminya. Mungkin kita berkata, "Aku bukan Paulus. Aku tidak bisa seperti dia." Kita tidak perlu menjadi seperti Paulus!
Tuhan ingin kita lakukan apa yang dapat kita lakukan bagi kemuliaanNya, jangan terpaku masa lalu!
Sunday, September 5, 2010
Saturday, September 4, 2010
TUHAN MENJAMIN HIDUP ORANG BENAR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2010 -
Baca: Habakuk 3:1-19
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, ...namun aku akan bersorak sorak di dalam Tuhan," Habakuk 3:17-18a
Arti nama Habakuk adalah pelukan. Habakuk adalah nabi yang cepat mengambil kesimpulan. Ia menganggap Tuhan tidak adil karena membiarkan bangsa Asyur menghukum bangsa Israel.
Dalam pasal 1 dan 2 terdapat dialog antara Habakuk dengan Tuhan, Habakuk tidak hanya memprotes kejahatan yang terjadi tapi dia juga sempat menantang Tuhan, bagaimana Dia yang Mahakudus dapat bertoleransi terhadap kejahatan. Mengapa Tuhan memakai bangsa Asyur untuk menghukum Israel (umatNya sendiri) yang enggan bertobat dari dosa-dosa mereka, padahal moral bangsa Asyur jauh lebih buruk daripada umat Israel. Namun di pasal 2:1-5 Tuhan menegaskan bahwa Dia akan menghukum semua bangsa secara adil, termasuk bangsa Israel, apabila mereka tidak segera bertobat; sebaliknya Tuhan akan memberikan jaminan pemeliharaan kepada orang benar. Jadi orang percaya tidak akan dihukum oleh Tuhan. Tetapi dalam pasal 3 Habakuk berdoa agar Tuhan menggenapi rencanaNya di tengah-tengah bangsa yang tertindas. Tuhan kemudian memberinya suatu penglihatan: "Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paron. KeagunganNya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepadaNya. Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisiNya dan di situlah terselubung kekuatanNya." (Habakuk 3:3-4). Penglihatan-penglihatan yang dilihatnya itu menimbulkan perasaan gentar bercampur keyakinan dalam hati Habakuk. Ia berkata, "Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, mengigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami," (Habakuk 3:16). Akhirnya timbul iman yang luar biasa dari Habakuk. Iman yang bukan sekedar percaya, tapi mengandung unsur kesetiaan dan ketaatan yang teguh.
Jadi, iman bukan sekedar doktrin yang dipercayai, tapi adalah cara hidup seutuhnya. Iman adalah ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan setiap saat.
Meski keadaan tampak buruk, Habakuk tetap punya keyakinan kuat bahwa Tuhan akan membela dan menjamin hidup orang percaya!
Baca: Habakuk 3:1-19
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, ...namun aku akan bersorak sorak di dalam Tuhan," Habakuk 3:17-18a
Arti nama Habakuk adalah pelukan. Habakuk adalah nabi yang cepat mengambil kesimpulan. Ia menganggap Tuhan tidak adil karena membiarkan bangsa Asyur menghukum bangsa Israel.
Dalam pasal 1 dan 2 terdapat dialog antara Habakuk dengan Tuhan, Habakuk tidak hanya memprotes kejahatan yang terjadi tapi dia juga sempat menantang Tuhan, bagaimana Dia yang Mahakudus dapat bertoleransi terhadap kejahatan. Mengapa Tuhan memakai bangsa Asyur untuk menghukum Israel (umatNya sendiri) yang enggan bertobat dari dosa-dosa mereka, padahal moral bangsa Asyur jauh lebih buruk daripada umat Israel. Namun di pasal 2:1-5 Tuhan menegaskan bahwa Dia akan menghukum semua bangsa secara adil, termasuk bangsa Israel, apabila mereka tidak segera bertobat; sebaliknya Tuhan akan memberikan jaminan pemeliharaan kepada orang benar. Jadi orang percaya tidak akan dihukum oleh Tuhan. Tetapi dalam pasal 3 Habakuk berdoa agar Tuhan menggenapi rencanaNya di tengah-tengah bangsa yang tertindas. Tuhan kemudian memberinya suatu penglihatan: "Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paron. KeagunganNya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepadaNya. Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisiNya dan di situlah terselubung kekuatanNya." (Habakuk 3:3-4). Penglihatan-penglihatan yang dilihatnya itu menimbulkan perasaan gentar bercampur keyakinan dalam hati Habakuk. Ia berkata, "Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, mengigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami," (Habakuk 3:16). Akhirnya timbul iman yang luar biasa dari Habakuk. Iman yang bukan sekedar percaya, tapi mengandung unsur kesetiaan dan ketaatan yang teguh.
Jadi, iman bukan sekedar doktrin yang dipercayai, tapi adalah cara hidup seutuhnya. Iman adalah ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan setiap saat.
Meski keadaan tampak buruk, Habakuk tetap punya keyakinan kuat bahwa Tuhan akan membela dan menjamin hidup orang percaya!
Subscribe to:
Posts (Atom)