Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2010 -
Baca: Mazmur 78:1-31
"supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintahNya;" Mazmur 78:7
Kondisi dan situasi yang seringkali mengombang-ambingkan stabilitas iman orang Kristen. Apa yang dirasa dan dilihat dapat menjatuhbangunkan kerohanian mereka, apalagi bagi yang masih dikuasai emosi dan suasana, belum dikuasai oleh firman Tuhan, sehingga firman itu belum seberapa dalam berakar dalam hidupnya.
Keadaan ini tidak beda jauh dengan kehidupan bangsa Israel di masa lampau. Kerohanian mereka belum stabil. Terbukti jika suasana enak dan menyenangkan, mereka bisa memuji-muji Tuhan. Namun saat keadaan tidak menyenangkan dan ada tantangan atau ujian hati mereka secepat kilat berubah, langsung menggerutu, bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan seperti tertulis: "Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umatNya?" (ayat 19:20). Namun, bukankah mata mereka sudah menyaksikan betapa Tuhan membelah Laut Teberau (Laut Merah) sehingga mereka dapat berjalan di tengah-tengahnya seperti di tanah kering? Saat itu mereka memuji Tuhan dan bersyukur dengan sorak-sorai, tapi pada kesempatan lain menghina Tuhan dengan perkataan yang sungguh menyakitkan hatiNya. "Sebab itu, ketika mendengar hal itu, Tuhan gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari padaNya." (ayat 21-22).
Bila firman Tuhan berakar kuat di dalam hati, kita tidak akan bersikap seperti bangsa Israel itu meski berada di situasi yang tidak baik: ada penderitaan, sakit, kesesakan atau pun kegagalan. Kita akan memiliki hati seperti rasul Paulus yang berkata, "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Jika kita terpaku pada masalah yang ada kita akan mudah lemah dan kecewa; sebaliknya bila kita menjalani hidup ini dengan 'mata iman', kita akan mampu bertahan melewati masalah karena kita percaya bahwa janji firmanNya tidak ada yang tidak ditepatiNya.
Sudahkah firmanNya itu berakar kuat di dalam kita? Sehebat apa pun badai menerpa, kita takkan goyah!
Wednesday, August 18, 2010
Tuesday, August 17, 2010
MERDEKA KARENA BERSATU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Agustus 2010 -
Baca: Galatia 5:1-15
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13
Selama 350 tahun bangsa Indonesia terkungkung dalam penindasan dan penjajahan Belanda. Belum lagi 3 setengah tahun di bawah kekejaman tentara Jepang. Suatu penderitaan yang luar biasa harus dialami oleh bangsa kita di masa lalu!
Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari lembar sejarah bangsa kita. Semangat juang para pendahulu kita untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakan sepatutnya menjadi contoh bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Dengan latar belakang yang berbeda-beda mereka bersatu padu mengusir penjajah demi mewujudkan negera kesatuan RI. Sesungguhnya, impian mewujudkan negara kesatuan ini sudah sejak lama dirancangkan. Bahkan di zaman kerajaan Majapahit dulu ada Sumpah Palapa yang menjadi bukti dan simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat juang itulah yang mengilhami para pahlawan bangsa; mereka bersatu dan bersama-sama bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan. Kemerdekaan pun bisa diraih! Kini kita terbebas dari ikatan belenggu penjajah!
5 tahun sudah bangsa kita menikmati kemerdekaan! Namun tidaklah berarti perjuangan kita sudah usai; perjuangan kita sesungguhnya baru dimulai! Sekarang ini perjuangan kita bukan lagi dengan mengangkat senjata melainkan dengan usaha mempertahankan persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Kita berada di era reformasi. Di mana-mana kata reformasi didengungkan. Reformasi adalah perubahan radikal yang bertujuan memperbaiki kehidupan di segala aspek. Di era reformasi ini orang berani mengungkapkan pendapatnya tanpa harus takut dan terintimidasi pihak lain. Tapi sayang reformasi yang sedang berjalan ini tidak seperti tujuan semula. Bukan lagi kepentingan bersama yang diperjuangkan tapi orang memperjuangkan kepentingan golongannya sendiri-sendiri. Jika ini berlanjut, secara perlahan persatuan dan kesatuan bangsa akan luntur. Maka semangat kemerdekaan tidak akan lagi bergema seperti dahulu, nothing's special!
Di hari istimewa ini mari kita kembali meneladani semangat persatuan dan kesatuan para pendahulu kita. Tanpa persatuan dan kesatuan mustahil kemerdekan diraih; begitu pula tanpa persatuan dan kesatuan niscaya cita-cita bangsa akan sulit tercapai.
Baca: Galatia 5:1-15
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13
Selama 350 tahun bangsa Indonesia terkungkung dalam penindasan dan penjajahan Belanda. Belum lagi 3 setengah tahun di bawah kekejaman tentara Jepang. Suatu penderitaan yang luar biasa harus dialami oleh bangsa kita di masa lalu!
Begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari lembar sejarah bangsa kita. Semangat juang para pendahulu kita untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakan sepatutnya menjadi contoh bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini. Dengan latar belakang yang berbeda-beda mereka bersatu padu mengusir penjajah demi mewujudkan negera kesatuan RI. Sesungguhnya, impian mewujudkan negara kesatuan ini sudah sejak lama dirancangkan. Bahkan di zaman kerajaan Majapahit dulu ada Sumpah Palapa yang menjadi bukti dan simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat juang itulah yang mengilhami para pahlawan bangsa; mereka bersatu dan bersama-sama bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan. Kemerdekaan pun bisa diraih! Kini kita terbebas dari ikatan belenggu penjajah!
5 tahun sudah bangsa kita menikmati kemerdekaan! Namun tidaklah berarti perjuangan kita sudah usai; perjuangan kita sesungguhnya baru dimulai! Sekarang ini perjuangan kita bukan lagi dengan mengangkat senjata melainkan dengan usaha mempertahankan persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan cita-cita bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Kita berada di era reformasi. Di mana-mana kata reformasi didengungkan. Reformasi adalah perubahan radikal yang bertujuan memperbaiki kehidupan di segala aspek. Di era reformasi ini orang berani mengungkapkan pendapatnya tanpa harus takut dan terintimidasi pihak lain. Tapi sayang reformasi yang sedang berjalan ini tidak seperti tujuan semula. Bukan lagi kepentingan bersama yang diperjuangkan tapi orang memperjuangkan kepentingan golongannya sendiri-sendiri. Jika ini berlanjut, secara perlahan persatuan dan kesatuan bangsa akan luntur. Maka semangat kemerdekaan tidak akan lagi bergema seperti dahulu, nothing's special!
Di hari istimewa ini mari kita kembali meneladani semangat persatuan dan kesatuan para pendahulu kita. Tanpa persatuan dan kesatuan mustahil kemerdekan diraih; begitu pula tanpa persatuan dan kesatuan niscaya cita-cita bangsa akan sulit tercapai.
Subscribe to:
Posts (Atom)