Thursday, August 5, 2010

KETIDAKTAATAN: Akar Kegagalan.

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2010 -

Baca: 1 Samuel 15:1-35

"Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya."  1 Samuel 15:3a

Siapa pun pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidup:  gagal dalam studi, rumah tangga, pekerjaan atau mungkin dalam pelayanan.  Sesungguhnya kita tidak diciptakan untuk mengalami kegagalan.  Pada mulanya Allah menciptakan manusia untuk berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini (baca Kejadian 1:26-27).  Tetapi mengapa masih banyak orang percaya mengalami kegagalan demi kegagalan?  Penyebab terbesar kegagalan adalah ketika kita tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.  Beberapa di antara kita mampu mengatasi kegagalan tetapi tidak pernah menemukan 'akar' kegagalan itu.

     Mari belajar dari pengalaman hidup Saul meremehkan dan mengabaikan perintah Allah.  Alkitab mencatat:  "...Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga:  tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka."  (1 Samuel 15:9).  Saul menyimpan kambing domba dan lembu dengan alasan hendak dipersembahkan kepada Tuhan padahal Dia memerintahkan untuk menumpas semuanya!  Melihat hal itu berkatalah Samuel kepada Saul,  "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan?  Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperlihatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan."  (ayat 22).  Akhirnya Saul harus menerima akibat ketidaktaatannya itu:  "Tuhan telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu."  (1 Samuel 15:28).

     Hal pertama yang harus kita lakukan ketika gagal adalah mencari penyebab utama kegagalan itu.  Saat gagal kita seringkali langsung menyalahkan Tuhan dan menduga Ia berlaku tidak adil kepada kita, padahal kita sendiri yang tidak taat kepadaNya.

Jika kita taat melakukan firmanNya Dia pasti akan memimpin kita dan memberkati segala usaha kita!

Wednesday, August 4, 2010

PENGETAHUAN ILAHI YANG SEMPURNA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2010 -

Baca: Yohanes 2:13-25

"...Ia mengenal mereka (orang-orang Yerusalem - red.) semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia."   Yohanes 2:24-25

Tuhan Yesus mengetahui apa yang ada dalam hati manusia.  Segala perbuatan manusia, jahat atau baik, sekalipun disembunyikan begitu rupa di hadapan manusia, tak satupun lolos dari mata Tuhan.  Menjadi Kristen saja tidaklah cukup sebab yang menyelamatkan kita bukanlah 'gelar' Kristen itu.  Walaupun mengaku Kristen tapi bila kita tidak melakukan firman Tuhan, pengakuan itu tak ada manfaatnya bagi kehidupan rohani kita.

     Ketika Tuhan Yesus berada di bumi Ia hidup dalam persekutuan yang sempurna dengan Allah Bapa, sehingga Ia memiliki pikiran Allah yang bekerja di dalamNya setiap saat.  Oleh sebab itu ketika orang-orang berkata tentangNya di dalam hati mereka, Tuhan Yesus mengetahui pikiran mereka:  "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?"  (Matius 9:4).  Bagi Yesus pikiran-pikiran yang terkandung dalam benak hati manusia, siapa pun dia, tampak jelas tanpa batas apa pun.  Suatu ketika Yesus diundang makan oleh Simon, seorang Farisi.  Yesus mengetahui apa yang dipikirkan Simon sehubungan dengan perempuan berdosa yang meminyaki kakiNya.  Dengan mudah Yesus menjawab pikiran Simon yang disimpan dalam hati itu dengan bertanya, "Simon, ada yang hendak Kukatan kepadamu." (Lukas 7:40).  Tuhan Yesus memiliki pengetahuan Ilahi tanpa batas dalam segala hal.  Itulah yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan orang percaya, yaitu memiliki pikiran Kristus.  Dengan memiliki pikiran Kristus kita menjadi peka terhadap kehendak Tuhan dan dalam hidup ini sebagaimana disampaikan Paulus kepada jemaat di Filipi:  "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (Filipi 2:5).

     Bagaimana kita dapat memiliki pikiran Kristus?  Ialah dengan keharusan membangun kekariban dengan Tuhan setiap waktu seperti Yesus yang selalu bersekutu dengan Bapa.  Semakin kita intim dengan Tuhan semakin pikiran kita diperbaharui dari hari ke hari.

Hendaklah setiap saat kita berjalan sesuai firman Tuhan, karena segala perbuatan dan pikiran kita terbaca jelas olehNya, tidak ada yang tersembunyi!