Monday, August 2, 2010

JANJI PENYERTAAN TUHAN BAGI ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Agustus 2010 -

Baca: Roma 15:1-13

"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  Matius 28:20b

Janji penyertaan Yesus kepada murid-muridNya berlaku juga bagi semua orang Kristen, karena kita adalah pengikutNya juga.  Tetapi banyak yang masih ragu-ragu, tak mempercayai janji Tuhan.  Murid-murid Yesus pun yang waktu itu bersama-sama dengan Dia banyak yang ragu-ragu.  Maka Yesus kembali meyakinkan mereka:  "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,"  (Ayat 18:19).

     Kita seringkali takut dan kuatir karena merasa tidak mampu berbuat apa-apa.  Tuhan ingatkan bahwa Dia adalah Imanuel:  senantiasa menyertai kita.  Segala kuasa di sorga dan di bumi di tanganNya, tidak perlu diragukan lagi!  Bila nama Yesus kita sebut, kuasaNya bekerja atas kita.  Kebutuhan materi pun diperhatikan dan dicukupkanNya:  "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padmu.  Karena Allah telah berfirman:  'Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.' "  (Ibrani 13:5).

     Awalnya ketika Musa diutus Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari negeri perbudakan (Mesir), ia diliputi keraguan dan kegentaran.  Tetapi Tuhan berkata,  "...pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."  (Keluaran 4:12).  Janji penyertaan Tuhan pun terbukti;  ketika bangsa Israel berdiri di depan laut Teberau karena dikejar tentara Firaun, Tuhan ada di sana dan menolong mereka.  Saat itu pula Dia menguatkan Musa sehingga Musa dapat membangkitkan semangat orang Israel:  "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikanNya hari ini kepadamu;  sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya."  (Keluaran 14:13).  Mujizat pun terjadi, laut Teberau terbelah!  Dalam menghadapi badai apa pun tetaplah tenang, Tuhan tak akan membiarkan kita tenggelam dalam lautan penderitaan.

"Tuhan adalah Penolongku.  Aku tidak akan takut.  Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?  "Ibrani 13:6

Sunday, August 1, 2010

HAL IBADAH: Keharusan Menjaga Ucapan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2010 -

Baca: Roma 15:1-13

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beibadah, tapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."   Yakobus 1:26

Hati manusia bisa diibaratkan seperti sumur yang dalam, yang bila belum ditimba airnya keadaannya tampak jernih dan bening.  Tetapi begitu batu besar dan berat dijatuhkan ke dalamnya, kualitas air segera dapat kita ketahui:  bila di dalamnya terdapat banyak kotoran, segeralah kotoran itu keluar semua dan airnya pun menjadi sangat keruh.

     Demikian juga dengan hati manusia.  Bila hati kita penuh melimpah dengan firman Tuhan saat kita berada dalam situasi yang tidak enak, tekanan atau kesesakan, maka yang ke luar dari mulut kita pun adalah perkataan yang selaras dengan firman Tuhan yaitu perkataan positif, bukan negatif.  Alkitab menegaskan:  "...yang diucapkan mulut meluap dari hati."  (Matius 12:34b).  Menguji keadaan hati seseorang mudah saja:  bila dalam keadaan terjepit, perkataan apa yang meluncur ke luar?  Bila hati kosong firman Tuhan, yang ke luar dari mulut kita pastilah perkataan-perkataan yang bernada negatif: umpatan, omelan, keluhan, putus asa, kecewa dan menyalahkan Tuhan.  Jika kita mengaku sebagai orang yang beribadah, tapi tidak dapat mengekang lidah, maka ibadah kita akan sia-sia.  Sia-sia artinya tak berfaedah.  Bila kita membiarkan mulut kita mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sesuai firman Tuhan, Roh Kudus tak dapat berkarya dalam kehidupan kita.  Berkat-berkat yang seharusnya akan kita nikmati melalui janji firmanNya akan hilang semua karena batal terjadi karena kita terperangkap oleh ucapan kita sendiri, seperti dikatakan:  "...engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, terperangkap dalam perkataan mulutmu,"  (Amsal 6:2).  Ucapan negatif akan membuahkan hal-hal negatif pula.  Bila berkat, kesembuhan, kemenangan, keselamatan, diucapkan sesuai firmanNya, maka terjadilah sesuai firman itu.

     Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita celaka karena mulut kita seperti peribahasa demikian:  "Mulutmu harimaumu!"  Jadi segala yang kita ucapkan dapat menjadi bumerang bagi kita sendiri.  Namun,  "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran."  (Amsal 21:23).

Jika kita tak mampu mengendalikan lidah kita, apa bedanya dengan orang yang tidak beribadah?  Akan percuma saja.