Sunday, August 1, 2010

HAL IBADAH: Keharusan Menjaga Ucapan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Agustus 2010 -

Baca: Roma 15:1-13

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beibadah, tapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."   Yakobus 1:26

Hati manusia bisa diibaratkan seperti sumur yang dalam, yang bila belum ditimba airnya keadaannya tampak jernih dan bening.  Tetapi begitu batu besar dan berat dijatuhkan ke dalamnya, kualitas air segera dapat kita ketahui:  bila di dalamnya terdapat banyak kotoran, segeralah kotoran itu keluar semua dan airnya pun menjadi sangat keruh.

     Demikian juga dengan hati manusia.  Bila hati kita penuh melimpah dengan firman Tuhan saat kita berada dalam situasi yang tidak enak, tekanan atau kesesakan, maka yang ke luar dari mulut kita pun adalah perkataan yang selaras dengan firman Tuhan yaitu perkataan positif, bukan negatif.  Alkitab menegaskan:  "...yang diucapkan mulut meluap dari hati."  (Matius 12:34b).  Menguji keadaan hati seseorang mudah saja:  bila dalam keadaan terjepit, perkataan apa yang meluncur ke luar?  Bila hati kosong firman Tuhan, yang ke luar dari mulut kita pastilah perkataan-perkataan yang bernada negatif: umpatan, omelan, keluhan, putus asa, kecewa dan menyalahkan Tuhan.  Jika kita mengaku sebagai orang yang beribadah, tapi tidak dapat mengekang lidah, maka ibadah kita akan sia-sia.  Sia-sia artinya tak berfaedah.  Bila kita membiarkan mulut kita mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak sesuai firman Tuhan, Roh Kudus tak dapat berkarya dalam kehidupan kita.  Berkat-berkat yang seharusnya akan kita nikmati melalui janji firmanNya akan hilang semua karena batal terjadi karena kita terperangkap oleh ucapan kita sendiri, seperti dikatakan:  "...engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, terperangkap dalam perkataan mulutmu,"  (Amsal 6:2).  Ucapan negatif akan membuahkan hal-hal negatif pula.  Bila berkat, kesembuhan, kemenangan, keselamatan, diucapkan sesuai firmanNya, maka terjadilah sesuai firman itu.

     Berhati-hatilah!  Jangan sampai kita celaka karena mulut kita seperti peribahasa demikian:  "Mulutmu harimaumu!"  Jadi segala yang kita ucapkan dapat menjadi bumerang bagi kita sendiri.  Namun,  "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran."  (Amsal 21:23).

Jika kita tak mampu mengendalikan lidah kita, apa bedanya dengan orang yang tidak beribadah?  Akan percuma saja.

Saturday, July 31, 2010

ROH KUDUS: Hal Pertumbuhan Iman

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Juli 2010 -

Baca: Roma 15:1-13

"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan."   Roma 15:13

Sebelum Yesus kembali ke sorga Ia berjanji, "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.  Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab Dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia.  Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu."  (Yohanes 14:16-17)

     Yesus menepati janjiNya.  Saat ini Roh Kudus yang adalah Penolong ada dan selalu ada untuk menolong, mengajar, membimbing, menghibur, menguatkan dan menyertai kehidupan orang percaya sampai kesudahan zaman.  Ayat nas di atas menunjukkan bahwa setiap orang percaya sangat membutuhkan kekuatan Roh Kudus supaya mereka semakin berlimpah-limpah dalam pengharapan.  Menjadi orang Kristen tidak cukup hanya rutin ke gereja setiap Minggu, menjabat majelis, pengurus gereja dan terlibat di berbagai aktivitas yang berbau Kristen, namun harus terus bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan dan semakin dewasa rohani.

     Apa peranan Roh Kudus dalam pertumbuhan iman orang percaya?  Roh Kudus menyinari umat Tuhan dengan memberikan firman yang sudah tertulis dalam Alkitab.  Maksudnya adalah membuat kita memahami pengajaran dan tuntutan Allah yang diberikan kepada kita yang selama ini tidak atau belum kita mengerti.  Bukan karena kita orang awam, tetapi karena keterbatasan kita sebagai manusia.  Setiap pribadi, baik Kristen awam atau para pengkotbah (hamba Tuhan), memerlukan bimbingan dan pencerahan dari Roh Kudus untuk mencapai tahap pengertian tertentu.  Jadi kemampuan memahami firman Tuhan bukan karena kepandaian dan kehebatan kita.  Walapun kita mampu menyampaikan firman Tuhan, bersaksi di hadapan orang lain dan pada akhirnya dapat membawa seseorang bertobat dan menerima Kristus secara pribadi, itu karena karya Roh Kudus.  Roh Kuduslah yang bekerja mengubah hati serta menyingkapkan pengertian dan pengenalan yang benar akan Tuhan, sehingga seseorang dapat percaya dan beriman.

Tanpa penyertaan Roh Kudus pelayanan yang kita lakukan tidak berarti apa-apa!