Thursday, July 29, 2010

PERSEMBAHAN YANG HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2010 -

Baca: Roma 12:1-8

"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah:  itu adalah ibadahmu yang sejati."  Roma 12:1

Klimaks kehendak Bapa ialah pelaksanaan korban tubuh kristus Yesus.  Ia mengorbankan diriNya di salib bagi umat manusia.  Jadi dalam melaksanakan kehendak Bapa kita pun dituntut mengorbankan tubuh kita.  Pengorbanan Yesus tentunya berbeda dengan pengorbanan kita.

     Pengorbanan Yesus berarti kematianNya, tetapi pengorbanan kita ialah mempersembahkan tubuh kita yang hidup seperti dikatakan rasul Paulus,  "...demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah..."

     Adapun langkah kedua dalam meneladani Yesus adalah mengorbankan atau mempersembahkan tubuh kita di atas mezbahNya.  Dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup kita tidak lagi punya hak atas hidup kita dan sama sekali tidak punya hak menuntut apa-apa lagi karena hidup kita bukanlah milik kita lagi.  Sejak saat kita mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, tubuh kita ini menjadi milik Dia sepenuhnya.  Paulus berkata, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dan Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku."  (Galatia 2:19b-20).

     Karena segala sesuatu yang diletakkan di mezbah menjadi milik Allah maka Dialah yang menentukan segalanya atas milikNya tadi.  Kemana pun tubuh diutus kita tak dapat menuntut apa-apa, dan apa pun yang kita perlukan Dialah yang mengaturnya.  Tapi sebelum Dia dapat berkarya sepenuhnya dalam hidup kita, kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepadaNya, artinya tidak lagi hidup atas dasar kehendak diri sendiri.

Jadi, "Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah, ...untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."  Roma 6:13

Wednesday, July 28, 2010

YESUS TELADAN HIDUP ORANG PERCAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2010 -

Baca: Yohanes 7:14-24

"Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri."   Yohanes 7:17

Yesus Kristus bagi umat Kristen merupakan tokoh dan pujaan yang tak ada bandingnya.  Kehidupan Kristus di dunia demikian mengesankan dan mempesona, serta menghayati kehidupan.  Dia datang ke dunia degan motivasi pengabdian penuh yaitu untuk melakukan kehendak Bapa.  Pengabdian inilah yang membentuk dan mengarahkan seluruh jalan pelayanan dan kehidupanNya selama di dunia ini.  Ada pun klimaks pengabdianNya ialah pengorbanan diriNya di atas kayu slaib.  "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama,"   (Filipi 2:8-9).

     Janganlah menjadi penonton dan pengagum saja, tetapi marilah kita menerapkan Yesus sebagai teladan dalam kehidupan kita.  Caranya?  Tidak tinggal diam saja, tapi bertindak dan melangkah sesuai dengan firman Tuhan.  Langkah pertama haruslah mau melakukan kehendak Allah seperti kata Yesus,  "Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri'."  Contoh:  Yesus sebagai Pribadi yang taat kepada Bapa, ketika hendak disalibkan, sebenarnya tak menghendaki dan merasa takut dalam ujud kemanusiaanNya.  Tetapi Yesus berdoa,  "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Kuhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).

     Kalau Tuhan menentukan langkah hidup kita, kesanalah juga kita harus melangkah, jangan memberontak.  Walaupun belum mengerti maksud Tuhan kita harus taat sepenuhnya.  Melakukan firmanNya berarti melakukan kehendak Bapa.  Kalau firmanNya berkata,  "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;"  (Lukas 6:27) maka kita harus taat.  Bukankah Yesus terlebih dahulu memberikan teladan hidup?  Dia mengasihi dan memberkati orang-orang yang menyalibkan Dia.

Kalau kita tidak bisa mengampuni dan mengasihi musuh, bahkan suka mencari-cari kesalahan, apakah kita meneladani Yesus?