Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2010 -
Baca: Kejadian 26:12-25
"Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga Ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan." Kejadian 26:12
Ketika terjadi kekeringan dan kelaparan hebat Ishak bergumul; ia berusaha mencari jalan keluar dan berencana pergi ke Mesir karena menurutnya Mesir adalah negara yang besar. Namun Tuhan tahu persis apa yang ada di pikiran Ishak., "...sebab Tuhan menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9a). Itulah sebabnya Tuhan meminta Ishak agar tidak pergi ke Mesir tetapi ke Gerar karena di tempat itu Tuhan akan memberkatinya, sama seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Dikatakan, "...Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu." (Kejadian 26:3). Ishak taat melakukan perintah Tuhan sehingga mengalami mujizat dan kuasa Tuhan. Andaikan ia tidak taat dan tetap pergi ke Mesir dia tidak akan mengalami mujizat. Apabila Tuhan memerintahkan sesuatu pasti memiliki rencana dan semuanya pasti mendatangkan kebaikan.
2. Ishak menabur di saat krisis. "Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya." (Kejadian 26:12-13). Meskipun di tengah krisis hebat Ishak berani menabur dan akhirnya mengalami tuaian, bahkan menuai hingga seratus kali ganda. Mungkinkah menabur di tengah penderitaan atau kekurangan? Secara logika hal itu mustahil! Namun bagi Tuhan, lima roti dan dua ikan bisa memberi makan 5000 orang lebih; janda Sarfat, hanya dengan segenggam tepung dan sedikit minyak, tetapi ia berani menabur, tepung dan minyak di rumahnya tidak habis di sepanjang musim kering. Pemazmur berkata, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." (Mazmur 126:5). Firman Tuhan selalu mengajarkan kita untuk menabur supaya kita bisa menuai. Jika Ishak takut menabur dia tidak akan pernah menuai dan tidak akan pernah mengalami berkat berkelimpahan.
Milikilah ketaatan, jangan berhenti menabur, niscaya berkatNya dicurahkan atas kehidupan kita.
Saturday, July 24, 2010
Friday, July 23, 2010
BERKAT DI TENGAH KRISIS: Hal Ketaatan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2010 -
Baca: Kejadian 26:1-11
"Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu." Kejadian 26:2
Tahun 1998 krisis ekonomi melanda negeri kita dan berdampak buruk di segala bidang kehidupan. Rakyat kecil menjerit menahan penderitaan. Semua orang diserang rasa takut dan kuatir, tak terkecuali anak-anak Tuhan yang juga tak luput dari dampak krisis itu.
Bila arah pandang kita terpaku pada keadaan atau krisis yang terjadi, secara manusia kita menjadi tawar hati. Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kita tidak akan dibiarkan tergeletak karena Dia sanggup menopang kita. Tuhan adalah pengendali seluruh keadaan, tidak ada keadaan yang tak dapat diubahkanNya. "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?" (Kejadian 18:14a). Ishak pun mengalami keadaan yang sangat menyesakkan. Krisis hebat disertai bencana kelaparan melanda negerinya: "Maka timbullah kelaparan di negeri itu. - Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham..." (Kejadian 26:1). Kondisi ini memaksa Ishak untuk segera pergi meninggalkan negerinya dan mencari tempat baru agar ia dan keluarganya dapat bertahan hidup. Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup orang percaya tidak selalu mulus tanpa masalah. Adakalanya Tuhan ijinkan krisis terjadi dalam kehidupan orang percaya bukan tanpa maksud, selalu ada rencanaNya di balik itu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..." (Pengkotbah 3:11). Di tengah kesulitan yang luar biasa Ishak tetap tampil sebagai pemenang; krisis diubah Tuhan menjadi berkat.
Apa yang dilakukan Ishak sehingga ia mengalami kelimpahan meski di tengah kelaparan hebat? 1. Ishak taat pada firman Tuhan. Ketaatan adalah kunci utama mengalami berkat-berkatNya. Tuhan berkata, "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu. Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu." (Kejadian 26:2-3). Ishak pun taat, tidak berangkat ke Mesir, tapi "...tingallah Ishak di Gerar." (Kejadian 26:6). Ishak tunduk kepada kehendak Tuhan! Bagaimana kita? (Bersambung)
Baca: Kejadian 26:1-11
"Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu." Kejadian 26:2
Tahun 1998 krisis ekonomi melanda negeri kita dan berdampak buruk di segala bidang kehidupan. Rakyat kecil menjerit menahan penderitaan. Semua orang diserang rasa takut dan kuatir, tak terkecuali anak-anak Tuhan yang juga tak luput dari dampak krisis itu.
Bila arah pandang kita terpaku pada keadaan atau krisis yang terjadi, secara manusia kita menjadi tawar hati. Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kita tidak akan dibiarkan tergeletak karena Dia sanggup menopang kita. Tuhan adalah pengendali seluruh keadaan, tidak ada keadaan yang tak dapat diubahkanNya. "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?" (Kejadian 18:14a). Ishak pun mengalami keadaan yang sangat menyesakkan. Krisis hebat disertai bencana kelaparan melanda negerinya: "Maka timbullah kelaparan di negeri itu. - Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham..." (Kejadian 26:1). Kondisi ini memaksa Ishak untuk segera pergi meninggalkan negerinya dan mencari tempat baru agar ia dan keluarganya dapat bertahan hidup. Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup orang percaya tidak selalu mulus tanpa masalah. Adakalanya Tuhan ijinkan krisis terjadi dalam kehidupan orang percaya bukan tanpa maksud, selalu ada rencanaNya di balik itu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..." (Pengkotbah 3:11). Di tengah kesulitan yang luar biasa Ishak tetap tampil sebagai pemenang; krisis diubah Tuhan menjadi berkat.
Apa yang dilakukan Ishak sehingga ia mengalami kelimpahan meski di tengah kelaparan hebat? 1. Ishak taat pada firman Tuhan. Ketaatan adalah kunci utama mengalami berkat-berkatNya. Tuhan berkata, "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu. Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu." (Kejadian 26:2-3). Ishak pun taat, tidak berangkat ke Mesir, tapi "...tingallah Ishak di Gerar." (Kejadian 26:6). Ishak tunduk kepada kehendak Tuhan! Bagaimana kita? (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)