Friday, July 23, 2010

BERKAT DI TENGAH KRISIS: Hal Ketaatan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2010 -

Baca: Kejadian 26:1-11

"Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu."  Kejadian 26:2

Tahun 1998 krisis ekonomi melanda negeri kita dan berdampak buruk di segala bidang kehidupan.  Rakyat kecil menjerit menahan penderitaan.  Semua orang diserang rasa takut dan kuatir, tak terkecuali anak-anak Tuhan yang juga tak luput dari dampak krisis itu.

     Bila arah pandang kita terpaku pada keadaan atau krisis yang terjadi, secara manusia kita menjadi tawar hati.  Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan berserah penuh kepadaNya, kita tidak akan dibiarkan tergeletak karena Dia sanggup menopang kita.  Tuhan adalah pengendali seluruh keadaan, tidak ada keadaan yang tak dapat diubahkanNya.  "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?"  (Kejadian 18:14a).  Ishak pun mengalami keadaan yang sangat menyesakkan.  Krisis hebat disertai bencana kelaparan melanda negerinya:  "Maka timbullah kelaparan di negeri itu. - Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham..."  (Kejadian 26:1).  Kondisi ini memaksa Ishak untuk segera pergi meninggalkan negerinya dan mencari tempat baru agar ia dan keluarganya dapat bertahan hidup.  Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup orang percaya tidak selalu mulus tanpa masalah.  Adakalanya Tuhan ijinkan krisis terjadi dalam kehidupan orang percaya bukan tanpa maksud, selalu ada rencanaNya di balik itu karena "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkotbah 3:11).  Di tengah kesulitan yang luar biasa Ishak tetap tampil sebagai pemenang; krisis diubah Tuhan menjadi berkat.

     Apa yang dilakukan Ishak sehingga ia mengalami kelimpahan meski di tengah kelaparan hebat?  1.  Ishak taat pada firman Tuhan.  Ketaatan adalah kunci utama mengalami berkat-berkatNya.  Tuhan berkata, "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.  Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu."  (Kejadian 26:2-3).  Ishak pun taat, tidak berangkat ke Mesir, tapi "...tingallah Ishak di Gerar."  (Kejadian 26:6).  Ishak tunduk kepada kehendak Tuhan!  Bagaimana kita?  (Bersambung)

Thursday, July 22, 2010

SEPERTI PENYAKIT BERBAHAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2010 -

Baca: Amsal 12:1-28

"Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya."   Amsal 12:4

Melangsungkan pernikahan besar-besaran di gedung mewah dengan biaya ratusan juta bukanlah perkara sulit bagi orang berduit.  Namun ini tidak menjamin kelanggengan pernikahan karena untuk mempertahankan kebahagiaan rumah tangga tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Apalagi bila tidak dilandaskan pada pondasi yang kuat yaitu Batu Karang Yesus, akan mudah terombang-ambing dan lambat laun akan roboh.

     Maka dari itu suami dan isteri harus memiliki Yesus dalam hidupnya; bila tidak, rumah tangga akan cepat berubah menjadi neraka-neraka kecil karena kasih sudah mulai luntur.  Banyak suami terlibat dalam berbagai kejahatan gara-gara istri selalu merajuk dan menekan suami untuk memperoleh kekayaan dengan cepat.  Isteri yang demikian adalah isteri yang tidak takut akan Tuhan.  Jika keinginannya tidak tercapai, tak segan-segan ia akan meruntuhkan rumah tangganya:  "Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri."  (Amsal 14:1).  Isteri semacam ini seperti penyakit, yang secara perlahan tapi pasti dapat menggerogoti tubuh.  Sebelum kerusakan terjadi, suami harus bisa membimbing isterinya untuk takut akan Tuhan.  Suami yang benar tidak akan takut pada isteri untuk memberi bimbingan yang benar sesuai firman Tuhan, terkecuali jika isteri sudah memegang rahasia suami yang suka menyeleweng, bisa dipastikan suami tidak akan berkutik!

     Adalah penting bagi isteri mempercantik manusia batiniahnya, "...yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lebut dan tenteran, yang sangat berharga di mata Allah.  Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,"  (1 Petrus 3:4-5).  Inilah yang harus dimiliki isteri yang melebihi kecantikan lahiriah.  Kecantikan batiniah dibangun melalui persekutuan karib dengan Tuhan dan ketaatannya melakukan firman Tuhan.  Jika hati penuh firman, kecantikan batiniah akan mendukung kemolekan lahiriah.

Jadilah isteri yang takut akan Tuhan, jangan jadi  'sumber penyakit'  bagi suami!

Catatan:
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21