Thursday, July 22, 2010

SEPERTI PENYAKIT BERBAHAYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juli 2010 -

Baca: Amsal 12:1-28

"Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya."   Amsal 12:4

Melangsungkan pernikahan besar-besaran di gedung mewah dengan biaya ratusan juta bukanlah perkara sulit bagi orang berduit.  Namun ini tidak menjamin kelanggengan pernikahan karena untuk mempertahankan kebahagiaan rumah tangga tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Apalagi bila tidak dilandaskan pada pondasi yang kuat yaitu Batu Karang Yesus, akan mudah terombang-ambing dan lambat laun akan roboh.

     Maka dari itu suami dan isteri harus memiliki Yesus dalam hidupnya; bila tidak, rumah tangga akan cepat berubah menjadi neraka-neraka kecil karena kasih sudah mulai luntur.  Banyak suami terlibat dalam berbagai kejahatan gara-gara istri selalu merajuk dan menekan suami untuk memperoleh kekayaan dengan cepat.  Isteri yang demikian adalah isteri yang tidak takut akan Tuhan.  Jika keinginannya tidak tercapai, tak segan-segan ia akan meruntuhkan rumah tangganya:  "Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri."  (Amsal 14:1).  Isteri semacam ini seperti penyakit, yang secara perlahan tapi pasti dapat menggerogoti tubuh.  Sebelum kerusakan terjadi, suami harus bisa membimbing isterinya untuk takut akan Tuhan.  Suami yang benar tidak akan takut pada isteri untuk memberi bimbingan yang benar sesuai firman Tuhan, terkecuali jika isteri sudah memegang rahasia suami yang suka menyeleweng, bisa dipastikan suami tidak akan berkutik!

     Adalah penting bagi isteri mempercantik manusia batiniahnya, "...yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lebut dan tenteran, yang sangat berharga di mata Allah.  Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,"  (1 Petrus 3:4-5).  Inilah yang harus dimiliki isteri yang melebihi kecantikan lahiriah.  Kecantikan batiniah dibangun melalui persekutuan karib dengan Tuhan dan ketaatannya melakukan firman Tuhan.  Jika hati penuh firman, kecantikan batiniah akan mendukung kemolekan lahiriah.

Jadilah isteri yang takut akan Tuhan, jangan jadi  'sumber penyakit'  bagi suami!

Catatan:
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21

Wednesday, July 21, 2010

BERHENTILAH MENYALAHKAN TUHAN!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2010 -

Baca: Ayub 10:1-22

"TanganMulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?"  Ayub 10:8

Penderitaan dan kesengasaraan yang terjadi di dunia ini tak memandang bulu dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk: ekonomi, sakit penyakit atau hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah keluarga.  Penderitaan ini terjadi karena beberapa hal, antara lain akibat kesalahan atau dosa yang kita perbuat, dan yang lain adalah karena kehendak Tuhan, di mana Ia punya rencana yang indah di balik penderitaan itu.

     Umumnya bila penderitaan sudah mencapai puncaknya seringkali tidak tahan.  Keluhan demi keluhan akhirnya keluar dari mulut kita, seperti Ayub pun berkata dalam keputusasaannya,  "Aku telah bosan hidup,aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.  Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan?  Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!"  (ayat 1, 18).  Ayub pun menyesal, mengapa ia dilahirkan ke dunia bila hanya menanggung penderitaan.  Ia pun menganggap bahwa Tuhanlah yang menindasnya, bahkan menuduhNya telah berkompromi serta mendukung orang fasik.  Perhatikan perkataannya:  "Apakah untungnya bagiMu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tanganMu, sedangkan Engkau mendukung rencana orang fasik?"  (Ayub 10:3).

     Kita juga sering berbuat seperti ayub dengan mengatakan:  "Tuhan mengapa Kauijinkan hal ini terjadi?  Mengapa orang fasik itu malah Engkau berkati?"  Itulah tuduhan tidak langsung yang kita lontarkan kepada Tuhan.  Banyak contoh dalam Alkitab yang mengisahkan kesuksesan atau kesengsaraan.  Tidak hanya Ayub, bukankah Yusuf sebelum menjadi penguasa di Mesir dan penolong bagi keluarga dan bangsanya harus mengalami penderitaan berat?  Seringkali untuk menggenapi rencana indah Tuhan terjadilah pemrosesan dan persiapan terlebih dahulu.  Jadi berhentilah menyalahkan Tuhan dan jangan sekali-kali menuduhNya jahat sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,..."  (Roma 8:28).

Akhirnya Ayub mencabut semua perkataannya dan menyesal (baca Ayub 42:6).