Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2010 -
Baca: Ayub 10:1-22
"TanganMulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?" Ayub 10:8
Penderitaan dan kesengasaraan yang terjadi di dunia ini tak memandang bulu dan dapat terjadi dalam berbagai bentuk: ekonomi, sakit penyakit atau hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah keluarga. Penderitaan ini terjadi karena beberapa hal, antara lain akibat kesalahan atau dosa yang kita perbuat, dan yang lain adalah karena kehendak Tuhan, di mana Ia punya rencana yang indah di balik penderitaan itu.
Umumnya bila penderitaan sudah mencapai puncaknya seringkali tidak tahan. Keluhan demi keluhan akhirnya keluar dari mulut kita, seperti Ayub pun berkata dalam keputusasaannya, "Aku telah bosan hidup,aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku. Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!" (ayat 1, 18). Ayub pun menyesal, mengapa ia dilahirkan ke dunia bila hanya menanggung penderitaan. Ia pun menganggap bahwa Tuhanlah yang menindasnya, bahkan menuduhNya telah berkompromi serta mendukung orang fasik. Perhatikan perkataannya: "Apakah untungnya bagiMu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tanganMu, sedangkan Engkau mendukung rencana orang fasik?" (Ayub 10:3).
Kita juga sering berbuat seperti ayub dengan mengatakan: "Tuhan mengapa Kauijinkan hal ini terjadi? Mengapa orang fasik itu malah Engkau berkati?" Itulah tuduhan tidak langsung yang kita lontarkan kepada Tuhan. Banyak contoh dalam Alkitab yang mengisahkan kesuksesan atau kesengsaraan. Tidak hanya Ayub, bukankah Yusuf sebelum menjadi penguasa di Mesir dan penolong bagi keluarga dan bangsanya harus mengalami penderitaan berat? Seringkali untuk menggenapi rencana indah Tuhan terjadilah pemrosesan dan persiapan terlebih dahulu. Jadi berhentilah menyalahkan Tuhan dan jangan sekali-kali menuduhNya jahat sebab "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,..." (Roma 8:28).
Akhirnya Ayub mencabut semua perkataannya dan menyesal (baca Ayub 42:6).
Wednesday, July 21, 2010
Tuesday, July 20, 2010
DISALIBKAN DENGAN KRISTUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2010 -
Baca: Galatia 2:15-21
"Sebab aku (Paulus - red.) telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; " Galatia 2:19
Kehidupan Paulus telah diubahkan! Ia tidak lagi sama seperti dulu ketika masih bernama Saulus, Paulus berkata bahwa hidup yang ia jalani sekarang, "...bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku." (ayat 20).
Hidup Paulus telah disalibkan bersama Kristus! Apakah ini berarti Paulus benar-benar disalibkan secara jasmani bersamaNya. Bukan tubuh jasmani yang disalibkan, tetapi manusia lamanya yang telah disalib. Akan lebih jelas lagi jika kita membaca dalam Roma 6:6-8: "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia."
Sebagai umat yang telah diselamatkan kita telah disalibkan dengan Kristus, dan tidak boleh lagi berhubungan dengan dosa. Pembebasan dari dosa dan segala konsekuensinya dalah fakta yang telah digenapi. Manusia tidak dituntut melakukan sesuatu agar mendapatkan pembebasan dosa, karena memang manusia tidak dapat melakukannya. Kita hanya dituntut menerima dengan iman kegenapan pekerjaan Kristus di kayu salib. Ia berkata, "...setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut aku." (Lukas 9:23). Penyangkalan diri inilah yang harus kita lakukan terus menerus. Mengapa? Allah berurusan dengan dosa-dosa dan diri kita melalui 2 cara yang sangat berbeda. Menaklukkan dosa memerlukan beberapa saat saja, namun menyangkal diri membutuhkan waktu sepanjang hidup kita. Sekali saja di atas kayu salib Yesus menanggung dosa-dosa kita, sedangkan sepanjang hidupNya Dia harus menyangkal diriNya. Kita harus meneladani dan mengikuti jejakNya sebab penyangkalan diri adalah pengalaman bersama Kristus.
"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." Galatia 5:24
Baca: Galatia 2:15-21
"Sebab aku (Paulus - red.) telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; " Galatia 2:19
Kehidupan Paulus telah diubahkan! Ia tidak lagi sama seperti dulu ketika masih bernama Saulus, Paulus berkata bahwa hidup yang ia jalani sekarang, "...bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku." (ayat 20).
Hidup Paulus telah disalibkan bersama Kristus! Apakah ini berarti Paulus benar-benar disalibkan secara jasmani bersamaNya. Bukan tubuh jasmani yang disalibkan, tetapi manusia lamanya yang telah disalib. Akan lebih jelas lagi jika kita membaca dalam Roma 6:6-8: "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia."
Sebagai umat yang telah diselamatkan kita telah disalibkan dengan Kristus, dan tidak boleh lagi berhubungan dengan dosa. Pembebasan dari dosa dan segala konsekuensinya dalah fakta yang telah digenapi. Manusia tidak dituntut melakukan sesuatu agar mendapatkan pembebasan dosa, karena memang manusia tidak dapat melakukannya. Kita hanya dituntut menerima dengan iman kegenapan pekerjaan Kristus di kayu salib. Ia berkata, "...setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut aku." (Lukas 9:23). Penyangkalan diri inilah yang harus kita lakukan terus menerus. Mengapa? Allah berurusan dengan dosa-dosa dan diri kita melalui 2 cara yang sangat berbeda. Menaklukkan dosa memerlukan beberapa saat saja, namun menyangkal diri membutuhkan waktu sepanjang hidup kita. Sekali saja di atas kayu salib Yesus menanggung dosa-dosa kita, sedangkan sepanjang hidupNya Dia harus menyangkal diriNya. Kita harus meneladani dan mengikuti jejakNya sebab penyangkalan diri adalah pengalaman bersama Kristus.
"Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." Galatia 5:24
Subscribe to:
Posts (Atom)