Sunday, July 11, 2010

ADA KEAMANAN DI DALAM TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2010 -

Baca: 2 Tawarikh 14:2-15

"Ia  (raja Asa - red.)  menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan pedupaan-pedupaan dari segala di kota di Yehuda.  Dan kerajaanpun aman di bawah pemerintahannya."  2 Tawarikh 14:5

Rasa aman adalah salah satu kebutuhan pokok manusia di muka bumi ini.  Tanpa keamanan kita akan menjalani hidup dengan rasa takut dan was-was.  Sebaliknya, tinggal dalam keamanan akan membuat kita hidup dengan sukacita dan tenang.

     Siapa yang akan menjamin hidup kita aman?  Bodyguard, tentara, polisi atau satpam memiliki keterbatasan dalam menjalankan tugasnya.  Sedangkan ancaman, marabahaya, teror bom dan sebagainya dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, tak seorang pun tahu.  Di manakah kita akan menemukan keamanan sesungguhnya?  Raja Asa memiliki pengalaman akan hal ini.  Raja Asa dan seluruh rakyatnya merasakan keamanan karena Tuhan sendiri yang melindungi mereka.  Apa kunci mendapatkan perlindungan Tuhan?  Yaitu ketika  "Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata Tuhan,  Tuhan pun membela mereka dan memukul kalah orang-orang Etiopia:  "Dari orang-orang Etiopia itu amat banyak yang tewas, sehingga tidak ada yang tinggal hidup, karena mereka hancur di hadapan Tuhan dan tentaranya.  Orang-orang Yehuda memperoleh jarahan yang sangat besar."  (ayat 13b, c).

     Siapa dan apa andalan hidup kita saat ini?  Banyak orang membentengi diri dengan benda-benda keramat dari 'orang pintar' seperti keris, susuk, batu akik agar sakti dan terlindungi dari bencana atau kesialan.  Itu adalah tipu muslihat Iblis semata supaya manusia menjauh dari Tuhan!  Jangan pernah terkecoh!  Satu-satunya yang menjamin kita akam adalah penyertaan dan tuntutan Tuhan.  Itu saja, tidak ada yang lain!  Kalau kita masih mencari perlindungan kepada yang lain sama artinya kita meragukan kuasa Tuhan.  FirmanNya mengatakan,  "...mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia."  (2 Tawarikh 16:9a).

Jangan berharap kuasaNya dinyatakan atas kita bila kita tidak setia dan sungguh-sungguh mencariNya.

Saturday, July 10, 2010

ALAT UJI IMAN: Kesesakan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2010 -

Baca: Ayub 23:1-17

"Karena Ia tahu jalan hidupku;  seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  Ayub 23:10

Alat uji iman lain, yang terkadang harus dialami anak-anak Tuhan adalah penderitaan.  Penderitaan yang dimaksud dapat berupa krisis keuangan, sakit-penyakit atau tragedi.  Ada dua kemungkinan:  ketika seseorang berada dalam penderitaan ia bisa semakin dekat kepada Tuhan dan berharap penuh padaNya, atau malah semakin menjauh dari Tuhan.

     Mari belajar dari pengalaman hidup Ayub.  Ia harus melewati masa-masa yang begitu menyesakkan yang bisa dikatakan sebagai suatu tragedi.  Dalam waktu sekejap kejadian demi kejadian buruk beruntun terjadi:  anak-anaknya mati, rumahnya terbakar, tubuhnya terkena sakit dan isteri pun meninggalkan dia.  Namun dalam keterpurukannya  "...Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."   (Ayub 1:22).  Bagaimana kita?  Saat sesuatu yang buruk menimpa kita seringkali respons kita adalah negatif dengan langsung berkata,  "Tuhan tidak adil.  Ia jahat dan tidak mengasihi aku.  Percuma mengikut Yesus."  Kita tidak pernah berhenti mengeluh dan bersungut-sungut.  Hari ini kita diingatkan:  jangan ada seorang pun yang undur dari iman.  Kalau pun kita harus mengalami kesesakan, berjanjilah untuk tetap setia mengiring Tuhan.

     Begitu juga dengan Paulus, kaena Injil Kristus, dia harus mengalami penderitaan dan kesesakan seperti katanya,  "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit;  kami habis akal, namun tidak putus asa;  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa."  (2 Korintus 4:8-9).  Paulus tidak kecewa, mundur atau pun lari dari panggilan Tuhan.  Justru ia semakin menyadari betapa indah rencana Tuhan di balik penderitaan yang harus ia tanggung.  Terkadang Tuhan ijinkan kita menderita untuk mencegah agar kita tidak berbuat dosa.  Dan lebih indah lagi, Dia hendak bekerja di dalam kita, karena  "...justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna."  (2 Korintus 12:9a).  Pada saat yang tepat jalan-jalanNya yang ajaib dinyatakan atas kita.

"Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya."  Mazmur 73:26