Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juli 2010 -
Baca: Ayub 23:1-17
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Alat uji iman lain, yang terkadang harus dialami anak-anak Tuhan adalah penderitaan. Penderitaan yang dimaksud dapat berupa krisis keuangan, sakit-penyakit atau tragedi. Ada dua kemungkinan: ketika seseorang berada dalam penderitaan ia bisa semakin dekat kepada Tuhan dan berharap penuh padaNya, atau malah semakin menjauh dari Tuhan.
Mari belajar dari pengalaman hidup Ayub. Ia harus melewati masa-masa yang begitu menyesakkan yang bisa dikatakan sebagai suatu tragedi. Dalam waktu sekejap kejadian demi kejadian buruk beruntun terjadi: anak-anaknya mati, rumahnya terbakar, tubuhnya terkena sakit dan isteri pun meninggalkan dia. Namun dalam keterpurukannya "...Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut." (Ayub 1:22). Bagaimana kita? Saat sesuatu yang buruk menimpa kita seringkali respons kita adalah negatif dengan langsung berkata, "Tuhan tidak adil. Ia jahat dan tidak mengasihi aku. Percuma mengikut Yesus." Kita tidak pernah berhenti mengeluh dan bersungut-sungut. Hari ini kita diingatkan: jangan ada seorang pun yang undur dari iman. Kalau pun kita harus mengalami kesesakan, berjanjilah untuk tetap setia mengiring Tuhan.
Begitu juga dengan Paulus, kaena Injil Kristus, dia harus mengalami penderitaan dan kesesakan seperti katanya, "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Paulus tidak kecewa, mundur atau pun lari dari panggilan Tuhan. Justru ia semakin menyadari betapa indah rencana Tuhan di balik penderitaan yang harus ia tanggung. Terkadang Tuhan ijinkan kita menderita untuk mencegah agar kita tidak berbuat dosa. Dan lebih indah lagi, Dia hendak bekerja di dalam kita, karena "...justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9a). Pada saat yang tepat jalan-jalanNya yang ajaib dinyatakan atas kita.
"Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya." Mazmur 73:26
Saturday, July 10, 2010
Friday, July 9, 2010
ALAT UJI IAN: Kelimpahan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2010 -
Baca: 1 Petrus 4:12-19
"Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu." 1 Petrus 4:12
Dari ayat nas ini kita dapat belajar bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan suatu peristiwa terjadi dalam kehidupan kita (namun banyak kurang kita pahami), di mana ini menunjukkan Ia sangat concern terhadap kita dan bukti bahwa Ia adalah Bapa yang baik.
Tuhan mengerjakan segala sesuatu dalam hidup kita bukanlah tanpa maksud, selalu ada rencanaNya yaitu hendak mengukur atau menguji kualitas iman kita, tahan uji atau tidak. Tuhan berkata, "Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 10:22). Pertanyaannya: mampukah iman kita bertahan sampai akhir? Iman seseorang akan benar-benar teruji apabila ia mampu bertahan sampai akhir. Dari sinilah kita tahu bahwa kita tahan uji. Contoh cara atau alat yang digunakan Tuhan menguji iman kita adalah melalui kelimpahan (baca Lukas 12:16-19). Ketika seseorang hidup dalam kelimpahan atau bergelimang harta, hatinya cenderung berpaut pada harta yang ia miliki dari pada kepada Tuhan; Tuhan tidak lagi menjadi yang utama dalam hidupnya, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21): karena merasa punya segalanya, Tuhan tidak lagi diperlukan, toh semuanya ada. Pikirnya uang bisa mendapatkan apa saja yang dikehendaki. Jangan sampai kita terlena dengan berkat, sebaliknya "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..." (Amsal 3:9). Tuhan memberkati kita supaya menjadi saluran berkat bagi pelebaran Kerajaan Allah dan juga orang lain.
Itulah sebabnya rasul Paulus berpesan kepada Timotius, "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17). Berhati-hatilah! Justru dalam keadaan sentosa kita harus memberi yang terbaik buat Tuhan.
Tetapi "Aku (Tuhan - red.) telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' (Yeremia 22:21a).
Baca: 1 Petrus 4:12-19
"Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu." 1 Petrus 4:12
Dari ayat nas ini kita dapat belajar bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan suatu peristiwa terjadi dalam kehidupan kita (namun banyak kurang kita pahami), di mana ini menunjukkan Ia sangat concern terhadap kita dan bukti bahwa Ia adalah Bapa yang baik.
Tuhan mengerjakan segala sesuatu dalam hidup kita bukanlah tanpa maksud, selalu ada rencanaNya yaitu hendak mengukur atau menguji kualitas iman kita, tahan uji atau tidak. Tuhan berkata, "Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 10:22). Pertanyaannya: mampukah iman kita bertahan sampai akhir? Iman seseorang akan benar-benar teruji apabila ia mampu bertahan sampai akhir. Dari sinilah kita tahu bahwa kita tahan uji. Contoh cara atau alat yang digunakan Tuhan menguji iman kita adalah melalui kelimpahan (baca Lukas 12:16-19). Ketika seseorang hidup dalam kelimpahan atau bergelimang harta, hatinya cenderung berpaut pada harta yang ia miliki dari pada kepada Tuhan; Tuhan tidak lagi menjadi yang utama dalam hidupnya, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21): karena merasa punya segalanya, Tuhan tidak lagi diperlukan, toh semuanya ada. Pikirnya uang bisa mendapatkan apa saja yang dikehendaki. Jangan sampai kita terlena dengan berkat, sebaliknya "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..." (Amsal 3:9). Tuhan memberkati kita supaya menjadi saluran berkat bagi pelebaran Kerajaan Allah dan juga orang lain.
Itulah sebabnya rasul Paulus berpesan kepada Timotius, "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17). Berhati-hatilah! Justru dalam keadaan sentosa kita harus memberi yang terbaik buat Tuhan.
Tetapi "Aku (Tuhan - red.) telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' (Yeremia 22:21a).
Subscribe to:
Posts (Atom)