Friday, July 9, 2010
ALAT UJI IAN: Kelimpahan
Baca: 1 Petrus 4:12-19
"Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu." 1 Petrus 4:12
Dari ayat nas ini kita dapat belajar bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan suatu peristiwa terjadi dalam kehidupan kita (namun banyak kurang kita pahami), di mana ini menunjukkan Ia sangat concern terhadap kita dan bukti bahwa Ia adalah Bapa yang baik.
Tuhan mengerjakan segala sesuatu dalam hidup kita bukanlah tanpa maksud, selalu ada rencanaNya yaitu hendak mengukur atau menguji kualitas iman kita, tahan uji atau tidak. Tuhan berkata, "Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 10:22). Pertanyaannya: mampukah iman kita bertahan sampai akhir? Iman seseorang akan benar-benar teruji apabila ia mampu bertahan sampai akhir. Dari sinilah kita tahu bahwa kita tahan uji. Contoh cara atau alat yang digunakan Tuhan menguji iman kita adalah melalui kelimpahan (baca Lukas 12:16-19). Ketika seseorang hidup dalam kelimpahan atau bergelimang harta, hatinya cenderung berpaut pada harta yang ia miliki dari pada kepada Tuhan; Tuhan tidak lagi menjadi yang utama dalam hidupnya, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21): karena merasa punya segalanya, Tuhan tidak lagi diperlukan, toh semuanya ada. Pikirnya uang bisa mendapatkan apa saja yang dikehendaki. Jangan sampai kita terlena dengan berkat, sebaliknya "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..." (Amsal 3:9). Tuhan memberkati kita supaya menjadi saluran berkat bagi pelebaran Kerajaan Allah dan juga orang lain.
Itulah sebabnya rasul Paulus berpesan kepada Timotius, "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." (1 Timotius 6:17). Berhati-hatilah! Justru dalam keadaan sentosa kita harus memberi yang terbaik buat Tuhan.
Tetapi "Aku (Tuhan - red.) telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' (Yeremia 22:21a).
Thursday, July 8, 2010
ISTERI YANG CAKAP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2010 -
Baca: Amsal 31:10-31
"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata." Amsal 31:10
Setiap pasangan suami isteri pasti mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Suami isteri harus saling melengkapi, mengasihi satu sama lain.
Banyak cerita tentang para suami yang berkeluh kesah kepada hamba Tuhan akibat tidak tahan dan sangat tertekan dengan sikap dan karakter isterinya sehari-hari. Akhirnya suami lebih memilih berlama-lama berada di kantor dengan ditemani sekretarisnya yang cantik dan sabar, dari pada harus buru-buru pulang, karena isterinya di rumah sangat cerewet dan suka marah-marah. Suami mana yang betah di rumah bila isterinya suka membentak dan sama sekali tidak memiliki kelembutan? Sebagai seorang isteri Kristen tidak seharusnya kita bersikap demikian. Adakah seorang isteri yang tidak ingin 'istimewa' di mata suaminya? Atau yang dipuji dan bisa dibanggakan oleh suami?
Penulis Amsal mengatakan bahwa seorang isteri yang cakap adalah mahkota bagi suaminya. Mahkota dipakai di atas kepala dan melambangkan kehormatan. Jadi, isteri yang cakap adalah kebanggan dan kehormatan bagi suaminya. Biasa kesuksesan seorang suami dalam usaha, pekerjaan (karir) dan juga pelayanan sangat dipengaruhi peranan isteri yang pastinya cakap. Bagaimana bisa menjadi isteri yang cakap? Isteri yang cakap adalah isteri yang hidup takut akan Tuhan, sehingga ia tahu akan panggilan Tuhan dalam hidupnya yaitu menjadi penolong yang sepadan: menolong dan mendampingi suaminya menjalani kehidupan seperti yang Tuhan kehendaki. Jadi ia harus bisa mendukung visi suaminya. Isteri yang cakap berarti juga mengasihi suaminya apa adanya; mengasihi berarti menerima kelebihan dan kekurangannya, mau tunduk dan menghargai suaminya sebagai kepala rumah tangga. Allah menasihati, "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." (Kolose 3:18). Isteri perlu membantu suaminya untuk mengisi atau memperbaiki kekurangannya, bukan mengkritik, mengungkit-ungkit kesalahan atau menjatuhkan. Selain itu, dia juga harus mampu memperhatikan kebutuhan keluarganya.
"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji." Amsal 31:30