Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2010 -
Baca: Amsal 31:10-31
"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata." Amsal 31:10
Setiap pasangan suami isteri pasti mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Suami isteri harus saling melengkapi, mengasihi satu sama lain.
Banyak cerita tentang para suami yang berkeluh kesah kepada hamba Tuhan akibat tidak tahan dan sangat tertekan dengan sikap dan karakter isterinya sehari-hari. Akhirnya suami lebih memilih berlama-lama berada di kantor dengan ditemani sekretarisnya yang cantik dan sabar, dari pada harus buru-buru pulang, karena isterinya di rumah sangat cerewet dan suka marah-marah. Suami mana yang betah di rumah bila isterinya suka membentak dan sama sekali tidak memiliki kelembutan? Sebagai seorang isteri Kristen tidak seharusnya kita bersikap demikian. Adakah seorang isteri yang tidak ingin 'istimewa' di mata suaminya? Atau yang dipuji dan bisa dibanggakan oleh suami?
Penulis Amsal mengatakan bahwa seorang isteri yang cakap adalah mahkota bagi suaminya. Mahkota dipakai di atas kepala dan melambangkan kehormatan. Jadi, isteri yang cakap adalah kebanggan dan kehormatan bagi suaminya. Biasa kesuksesan seorang suami dalam usaha, pekerjaan (karir) dan juga pelayanan sangat dipengaruhi peranan isteri yang pastinya cakap. Bagaimana bisa menjadi isteri yang cakap? Isteri yang cakap adalah isteri yang hidup takut akan Tuhan, sehingga ia tahu akan panggilan Tuhan dalam hidupnya yaitu menjadi penolong yang sepadan: menolong dan mendampingi suaminya menjalani kehidupan seperti yang Tuhan kehendaki. Jadi ia harus bisa mendukung visi suaminya. Isteri yang cakap berarti juga mengasihi suaminya apa adanya; mengasihi berarti menerima kelebihan dan kekurangannya, mau tunduk dan menghargai suaminya sebagai kepala rumah tangga. Allah menasihati, "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." (Kolose 3:18). Isteri perlu membantu suaminya untuk mengisi atau memperbaiki kekurangannya, bukan mengkritik, mengungkit-ungkit kesalahan atau menjatuhkan. Selain itu, dia juga harus mampu memperhatikan kebutuhan keluarganya.
"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji." Amsal 31:30
Thursday, July 8, 2010
ISTERI YANG CAKAP
Catatan:
"Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." Kolose 3:19-21
Wednesday, July 7, 2010
MAU MENYADARI KESALAHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2010 -
Baca: Lukas 15:11-24
"Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa." Lukas 15:21
Keberadaan manusia "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Roma 3:10). Nobody's perfect! Tak ada gading yang tak retak. Tak seorang pun luput atau kebal terhadap kesalahan. Sehebat apa pun seseorang, pastilah pernah melakukan kesalahan. Yang membedakan adalah: tidak semua orang mau mengakui kesalahan. Mari jujur bahwa mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah dilakukan dan memerlukan keterbukaan serta kerendahan hati. Karena gengsi, takut ditolak atau dianggap rendah, seringkali orang tidak berani mengakui kesalahannya, malah berusaha menutupinya. Yang berjiwa besar pasti mau mengakui kesalahannya walaupun dibutuhkan suatu keberanian!
Bacaan alkitab hari ini menceritakan tentang seorang anak yang melakukan kesalahan besar dalam hidupnya: meminta harta dari ayahnya lalu menghamburkannya dengan hidup berfoya-foya sampai akhirnya melarat dan terlunta-lunta, bahkan "...ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya." (Lukas 15:16). Karena menderita si anak segera menyadari kesalahannya dan merasakan penyesalannya. Kesadaran merupakan langkah positif menuju kesembuhan! Banyak orang pulang ke rumah adalah teringat bahwa kasih bapanya lebih besar dari pada segala kesalahannya (Lukas 15:18).
Prinsip ini sangat penting: kasih Tuhan selalu lebih besar dari segala kesalahan kita. Namun ini bukanlah alasan melakukan dosa, melainkan pengharapan bahwa Tuhan tidak pernah menolak siapa pun yang datang kepadaNya, betapa pun besar kesalahannya. Ia tidak pernah memutuskan hubungan dengan kita, justru kitalah yang seringkali menolak dan meninggalkanNya. Maka segeralah si bungsu bangkit dan pergi kepada bapanya dengan penuh pengharapan (Lukas 15:20). Bila kita tidak segera menyadari kesalahan dan bangkit, pembaharuan/pemulihan takkan pernah terjadi dalam hidup kita.
Tuhan mengampuni setiap dosa dan pelanggaran yang kita akui dan Dia sanggup memulihkan keadaan kita!
Baca: Lukas 15:11-24
"Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa." Lukas 15:21
Keberadaan manusia "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Roma 3:10). Nobody's perfect! Tak ada gading yang tak retak. Tak seorang pun luput atau kebal terhadap kesalahan. Sehebat apa pun seseorang, pastilah pernah melakukan kesalahan. Yang membedakan adalah: tidak semua orang mau mengakui kesalahan. Mari jujur bahwa mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah dilakukan dan memerlukan keterbukaan serta kerendahan hati. Karena gengsi, takut ditolak atau dianggap rendah, seringkali orang tidak berani mengakui kesalahannya, malah berusaha menutupinya. Yang berjiwa besar pasti mau mengakui kesalahannya walaupun dibutuhkan suatu keberanian!
Bacaan alkitab hari ini menceritakan tentang seorang anak yang melakukan kesalahan besar dalam hidupnya: meminta harta dari ayahnya lalu menghamburkannya dengan hidup berfoya-foya sampai akhirnya melarat dan terlunta-lunta, bahkan "...ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya." (Lukas 15:16). Karena menderita si anak segera menyadari kesalahannya dan merasakan penyesalannya. Kesadaran merupakan langkah positif menuju kesembuhan! Banyak orang pulang ke rumah adalah teringat bahwa kasih bapanya lebih besar dari pada segala kesalahannya (Lukas 15:18).
Prinsip ini sangat penting: kasih Tuhan selalu lebih besar dari segala kesalahan kita. Namun ini bukanlah alasan melakukan dosa, melainkan pengharapan bahwa Tuhan tidak pernah menolak siapa pun yang datang kepadaNya, betapa pun besar kesalahannya. Ia tidak pernah memutuskan hubungan dengan kita, justru kitalah yang seringkali menolak dan meninggalkanNya. Maka segeralah si bungsu bangkit dan pergi kepada bapanya dengan penuh pengharapan (Lukas 15:20). Bila kita tidak segera menyadari kesalahan dan bangkit, pembaharuan/pemulihan takkan pernah terjadi dalam hidup kita.
Tuhan mengampuni setiap dosa dan pelanggaran yang kita akui dan Dia sanggup memulihkan keadaan kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)