Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2010 -
Baca: 1 Raja-Raja 14:21-31
"Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja." 1 Raja-Raja 14:27
Terlepas dari kesalahan yang dilakukan di akhir hidupnya, Salomo adalah raja Israel yang diberkati Tuhan secara melimpah; kekayaannya tak tertandingi oleh bangsa mana pun. "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23). Istananya megah, bahkan semua perabotan perbendaharaan rumah Tuhan pun terbuat dari emas. Itulah sebabnya ia menjadi buah bibir di antara bangsa-bangsa.
Alkitab mencatat bahwa Salomo memerintah atas Israel 40 tahun lamanya. Setelah Salomo mati, tampuk kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yaitu Rehabeam. Sayangnya ia tidak dapat mempertahankan apa yang telah dirintis oleh ayahnya. Rehabeam justru melakukan banyak pelanggaran yang menyebabkan bangsa Israel berdosa kepada Tuhan: "...orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka menimbulkan cemburuNya dengan dosa yang diperbuat mereka, lebih dari pada segala yang dilakukan nenek moyang mereka." (1 Raja-Raja 14:22). Bahkan semua perabotan rumah Tuhan yang terbuat dari emas tak dapat mereka jaga dan pertahankan, semuanya dirampas oleh musuh, yaitu Sisak raja Mesir. Tetapi Rehabeam tidak kehabisan akal, dia mengganti semua perabotan emas itu dengan tembaga. Kualitas yang sangat rendah bila dibandingkan dengan emas!
Saat ini banyak orang Kristen yang tidak lagi memiliki kualitas 'emas' di hadapan Tuhan., tetapi hanya 'tembaga': menjalani kehidupan rohaninya asal-asalan, asal berdoa, asal baca Alkitab, asal ke gereja. Kita tidak lagi hidup dalam kekudusan dan dengan mudahnya berkompromi dengan dosa. Firman Tuhan tegas berkata, "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," (1 Petrus 1:15). Jadi, kekudusan adalah syarat mutlak! "...sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14b). Kita juga menjalankan ibadah dan pelayanan tak lebih dari sekedar kegiatan rutin atau kebiasaan semata. Namun pada saatnya pekerjaan kita akan diuji!
Maka, lakukanlah yang terbaik untuk Tuhan!
Monday, July 5, 2010
Sunday, July 4, 2010
SUDAHKAH KITA BENAR-BENAR MENGENAL TUHAN?
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juli 2010 -
Baca: Hosea 6:1-11
"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari korban-korban bakaran." (Hosea 6:6)
Ada pepatah: "Tak kenal maka tak sayang". Banyak orang berkata mengasihi Tuhan, bahkan sering kita lantunkan dalam sebuah tajuk pujian seperti yang berbunyi: "Aku mengasihi Engkau, Yesus, dengan segenap hatiku." Namun hal ini sangatlah kontras dengan tindakan kita atau kenyataan yang ada.
Bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan jika tidak mengenal pribadiNya? Pengenalan akan Tuhan bukan sekedar tahu Dia adalah Yesus Juruselamat manusia. Mengenal Tuhan berarti kita punya hubungan karib denganNya; tahu apa kehendak dan isi hatiNya, memahami apa saja kesukaanNya atau pun yang Dia benci sekalipun. Berarti kita harus benar-benar menjaga perasaan hati Tuhan supaya tidak tersakiti oleh apa yang kita perbuat. Tuhan tidak pernah meminta harta, jabatan, atau kesibukan kita, yang Dia minta adalah kasih setia dan pengenalan akan Dia.
Berbicara mengenai kesetiaan perlu terus-menerus tanpa henti melakukannya dan harus didasari oleh kasih. Ini membutuhkan suatu pengorbanan. Kesetiaan tidak hanya sekedar rajin beribadah setiap minggu, tapi kesetiaan adalah wujud keadaan di mana kita selalu melekat pada Bapa. FirmanNya berkata, "Tingallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4).
Tidak mudah menemukan kesetiaan dalam diri seseorang di akhir zaman ini. Banyak orang Kristen tawar hati dan tidak lagi setia mengiring Yesus hanya karena kecewa atau menghadapi masalah dan persoalan hidup. Di sisi lain kita tidak pernah berusaha mengerti rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Yang kita lakukan hanyalah menuntut agar Tuhan mau menuruti kemauan kita. Namun Ia ingin kita menjadi orang Kristen yang dewasa yang siap menjadi mempelaiNya; Dia ingin kita selalu bersekutu dan membangun hubungan karib denganNya serta merenungkan firmanNya itu siang dan malam, agar kita dapat lebih mengenal pribadiNya.
"Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah." 1 Korintus 8:3
Baca: Hosea 6:1-11
"Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari korban-korban bakaran." (Hosea 6:6)
Ada pepatah: "Tak kenal maka tak sayang". Banyak orang berkata mengasihi Tuhan, bahkan sering kita lantunkan dalam sebuah tajuk pujian seperti yang berbunyi: "Aku mengasihi Engkau, Yesus, dengan segenap hatiku." Namun hal ini sangatlah kontras dengan tindakan kita atau kenyataan yang ada.
Bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan jika tidak mengenal pribadiNya? Pengenalan akan Tuhan bukan sekedar tahu Dia adalah Yesus Juruselamat manusia. Mengenal Tuhan berarti kita punya hubungan karib denganNya; tahu apa kehendak dan isi hatiNya, memahami apa saja kesukaanNya atau pun yang Dia benci sekalipun. Berarti kita harus benar-benar menjaga perasaan hati Tuhan supaya tidak tersakiti oleh apa yang kita perbuat. Tuhan tidak pernah meminta harta, jabatan, atau kesibukan kita, yang Dia minta adalah kasih setia dan pengenalan akan Dia.
Berbicara mengenai kesetiaan perlu terus-menerus tanpa henti melakukannya dan harus didasari oleh kasih. Ini membutuhkan suatu pengorbanan. Kesetiaan tidak hanya sekedar rajin beribadah setiap minggu, tapi kesetiaan adalah wujud keadaan di mana kita selalu melekat pada Bapa. FirmanNya berkata, "Tingallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4).
Tidak mudah menemukan kesetiaan dalam diri seseorang di akhir zaman ini. Banyak orang Kristen tawar hati dan tidak lagi setia mengiring Yesus hanya karena kecewa atau menghadapi masalah dan persoalan hidup. Di sisi lain kita tidak pernah berusaha mengerti rencana dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Yang kita lakukan hanyalah menuntut agar Tuhan mau menuruti kemauan kita. Namun Ia ingin kita menjadi orang Kristen yang dewasa yang siap menjadi mempelaiNya; Dia ingin kita selalu bersekutu dan membangun hubungan karib denganNya serta merenungkan firmanNya itu siang dan malam, agar kita dapat lebih mengenal pribadiNya.
"Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah." 1 Korintus 8:3
Subscribe to:
Posts (Atom)