Thursday, July 1, 2010

KETAATAN MEMBUKA PINTU BERKAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Juli 2010 -

Baca: Mazmur 119:33-40

"Perlihatkanlah kepadaku, ya Tuhan, petujuk ketetapan-ketetapanMu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir."   Mazmur 119:33

Tidak mudah menjadi orang yang taat.  Hampir setiap Minggu kita mendengar kotbah di gereja atau juga melalui pembacaan renungan setiap hari yang mengajar kita untuk hidup dalam ketaatan.  Namun kenyataannya tidak semua orang Kristen mau melakukan ketaatan itu dan sebagian besar malah cenderung mengabaikannya dan tidak mau taat.

Alkitab menegaskan:  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu,..."  (Ibrani 2:2b-3).  Mari kita belajar dari kehidupan Abraham, salah satu tokoh besar dalam Alkitab yang disebut pula sebagai bapa orang percaya.  Abraham setia melakukan kehendak Tuhan.  Dia selalu bersemangat mengerjakan semua dan apa pun yang diminta Tuhan untuk dikerjakan.  Saat Tuhan memerintahkannya untuk pergi meninggalkan negeri dan juga sanak saudaranya, Abraham taat.  Juga ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan anak laki-laki yang ia kasihi sebagai korban bakaran, ia pun taat seperti tertulis:  "Keesokan harinya pagi-paginya bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya."  (Kejadian 22:3).  Setelah sampai di tempat yang dituju ia pun meletakkan anaknya sebagai korban bagi Tuhan, walau pada akhirnya Tuhan menyediakan seekor domba jantan sebagai gantinya.  Ini bukti nyata Abraham adalah orang yang taat!  Karena ketaatan inilah akhirnya Tuhan membuka pintu-pintu berkat bagi semua bangsa di bumi.  Dikatakan,  "Bukankah sesungguhya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?"  (Kejadian 18:18). 

     Untuk bisa menjadi orang yang taat seperti Abraham kita harus memiliki penyerahan diri total kepada Tuhan dan juga kesetiaan.  Seringkali kita menuntut Tuhan untuk menepati janjiNya, namun kita sendiri tidak mengerjakan bagian kita (yaitu taat). 

Bila kita taat, apa pun Dia sediakan bagi kita karena Dia adalah Jehovah Jireh!

Wednesday, June 30, 2010

YONATAN: Figur Sahabat Sejati (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juni 2010 -

Baca: 1 Samuel 20:1-17

"Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri."   1 Samuel 20:17

Ketika tahu bahwa Daud sedang dalam kesulitan besar dan terancam jiwanya, Yonatan datang memberi kekuatan dan dorongan semangat kepada sahabatnya itu.  Ia menemui Daud dan berkata, "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana.  Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu.  Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu."   (1 Samuel 19:2-3).

     Seorang sahabat akan selalu ada saat temannya sedang melewati masa-masa yang suram.  Amsal 17:17 berkata,  "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  Kehadiran Yonatan sangat berarti bagi Daud.  Saat ia terpuruk dan ditinggalkan orang-orang terdekatnya, Yonatan tetap setia dan tidak berubah sikap.  Katanya kepada Daud,  "Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu."  (1 Samuel 20:4).  Di zaman sekarang ini susah menemukan seorang sahabat seperti Yonatan.  Kebanyakan orang membangun sebuah pertemanan didasarkan atas kepentingan untung rugi. 

     Kita tahu Yonatan adalah putra raja Saul, berarti calon tunggal pengganti ayahnya.  Coba bayangkan bagaimana perasaan Yonatan manakala ia mendengar pernyataan nabi Samuel bahwa Tuhan telah menolak Saul sebagai raja atas Israel.  Bukankah yang seharusnya melanjutkan kepemimpinan sebagai raja menggantikan Saul adalah Yonatan, ia sendiri?  Namun Tuhan telah memilih orang yang berkenan di hatiNya dan berhak mengemban tugas sebagai raja, yaitu Daud, sahabatnya.  Secara manusia Yonatan pasti terluka dan pahit hatinya.  Tetapi Yonatan tidak demikian, ia rela mengalah dan bersukacita menerima Daud sebagai raja menggantikan ayahnya.  Ia sadar Tuhan sendiri yang mengangkat Daud sebagai raja Israel.  Ini menunjukkan Yonatan tidak egois atau mementingkan diri sendiri, dan membuktikan dia sahabat sejati bagi Daud.

Sudahkah kita menjadi sahabat sejati bagi orang-orang di sekitar kita?  Dan jangan lagi menjadi orang yang egois!