Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juni 2010 -
Baca: 2 Samuel 1:17-27
"Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan." 2 Samuel 1:26
Bagaimana rasanya jika kita tidak memiliki sahabat selam hidup di dunia ini? Pasti akan terasa hampa dan kesepian, tidak ada teman yang memperhatikan dan peduli dengan keberadaan kita. Bahkan ada kata bijak yang mengatakan bahwa orang yang paling malang di dunia adalah orang yang tidak memiliki sahabat.
Daud sangat berbahagia karena ia memiliki seorang sahabat sejati bernama Yonatan. Setelah Yonatan gugur dalam pertempuran, Daud benar-benar sangat kehilangan dia. Inilah ungkapan isi hati Daud terhadap Yonatan, "Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan." Alkitab juga mencatat betapa karibnya persahabatan keduanya: "Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri." (1 Samuel 18:3).
Yonatan adalah contoh sahabat sejati. Darinya kita dapat belajar tentang kualitas seorang sahabat. Yonatan mengambil langkah yang sangat berani dengan menjadikan Daud sebagai sahabatnya, padahal ayahnya (Saul), sangat membenci Daud. Karena kekaribannya dengan Daud, Yonatan juga harus mengalami perlakuan yang tidak baik dari ayahnya. Pada suatu hari raja Saul mengungkapkan amarahnya kepada Yonatan, "Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati." (1 Samuel 20:30-31). Bahkan Saul juga melemparkan tombaknya kepada Yonatan untuk membunuhnya. Ketika tahu bahwa ayahnya berencana untuk membunuh Daud, Yonatan pun segera pergi ke tempat persembunyian Daud dan memberitahukan rencana jahat ayahnya itu. Yonatan memang tidak berbuat apa-apa untuk mengurangi kebencian ayahnya terhadap Daud, tetapi ia dapat berbuat sesuatu untuk menyatakan kesetiaannya sebagai seorang sahabat Daud. Inilah arti sahabat, tetap setia dan mengasihi di segala keadaan. (Bersambung)
Tuesday, June 29, 2010
Monday, June 28, 2010
JANGAN MENJAMAH YANG NAJIS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juni 2010 -
Baca: Yesaya 52:1-12
"Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu,..." Yesaya 52:11
Walaupun kita telah ditebus oleh darah Kristus, sulitlah bagi kita menyucikan diri bila kita sendiri tak mau melangkah ke luar meninggalkan 'dunia'. Dengan keras Tuhan memerintahkan kita tak lagi bermain-main dengan dosa: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Sebagai umat yang telah diselamatkan kita harus menjauhkan diri dari hala-hal yang najis dan mau memisahkan diri dari 'dunia' ini. Banyak orang kurang paham akan istilah dunia dalam kekristenan. Apa sih 'dunia' itu? Dunia yang dimaksud bukanlah bumi tempat di mana kita berpijak atau suatu negara. 'Dunia' berbicara tentang pola hidup atau segala sesuatu yang mencondongkan hati kita semakin menjauh dari Tuhan; perkara yang membuat kita tidak lagi bergairah berdoa atau membaca firman Tuhan, itulah 'dunia'. Kesimpulannya ialah segala sesuatu yang membuat kasih kita kepada Tuhan menjadi dingin, itulah 'dunia'. Ini bukan hanya berbicara tentang dosa, tapi semua perkara yang membuat kehidupan rohani seseorang padam adalah 'dunia'. Tuhan tidak begitu saja memerintahkan umatNya ke luar memisahkan diri dari 'dunia', namun Dia memberikan jaminan apabila kita mau memisahkan diri dari kehidupan dunia: "...Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan..." (2 Korintus 6:18). Hidup kita tak akan terlantar karena Dia menjadi Bapa kita. Sebagai anak kita akan menjadi obyek perhatianNya, kasihNya, kebaikanNya.
Banyak orang Kristen nampaknya sudah berada di luar 'Mesir', padahal sebenarnya masih berada di dalamnya. Mereka tidak menghiraukan seruan Tuhan, "Jangan menjamah yang najis". Menjamah yang 'najis' bukan terbatas pada dosa perzinahan secara fisik, tapi termasuk perzinahan rohani: ada yang masih terikat pada tradisi, primbon-primbon, hari 'baik', percaya pada suhu, horoskop. Bukankah itu menunjukkan kehidupan di 'Mesir' dan menyembah kepada berhala atau roh-roh yang bukan dari Tuhan? Bukankah hal ini merupakan kenajisan di mata Tuhan?
Segeralah bertobat, sebelum terlambat!
Baca: Yesaya 52:1-12
"Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu,..." Yesaya 52:11
Walaupun kita telah ditebus oleh darah Kristus, sulitlah bagi kita menyucikan diri bila kita sendiri tak mau melangkah ke luar meninggalkan 'dunia'. Dengan keras Tuhan memerintahkan kita tak lagi bermain-main dengan dosa: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Sebagai umat yang telah diselamatkan kita harus menjauhkan diri dari hala-hal yang najis dan mau memisahkan diri dari 'dunia' ini. Banyak orang kurang paham akan istilah dunia dalam kekristenan. Apa sih 'dunia' itu? Dunia yang dimaksud bukanlah bumi tempat di mana kita berpijak atau suatu negara. 'Dunia' berbicara tentang pola hidup atau segala sesuatu yang mencondongkan hati kita semakin menjauh dari Tuhan; perkara yang membuat kita tidak lagi bergairah berdoa atau membaca firman Tuhan, itulah 'dunia'. Kesimpulannya ialah segala sesuatu yang membuat kasih kita kepada Tuhan menjadi dingin, itulah 'dunia'. Ini bukan hanya berbicara tentang dosa, tapi semua perkara yang membuat kehidupan rohani seseorang padam adalah 'dunia'. Tuhan tidak begitu saja memerintahkan umatNya ke luar memisahkan diri dari 'dunia', namun Dia memberikan jaminan apabila kita mau memisahkan diri dari kehidupan dunia: "...Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan..." (2 Korintus 6:18). Hidup kita tak akan terlantar karena Dia menjadi Bapa kita. Sebagai anak kita akan menjadi obyek perhatianNya, kasihNya, kebaikanNya.
Banyak orang Kristen nampaknya sudah berada di luar 'Mesir', padahal sebenarnya masih berada di dalamnya. Mereka tidak menghiraukan seruan Tuhan, "Jangan menjamah yang najis". Menjamah yang 'najis' bukan terbatas pada dosa perzinahan secara fisik, tapi termasuk perzinahan rohani: ada yang masih terikat pada tradisi, primbon-primbon, hari 'baik', percaya pada suhu, horoskop. Bukankah itu menunjukkan kehidupan di 'Mesir' dan menyembah kepada berhala atau roh-roh yang bukan dari Tuhan? Bukankah hal ini merupakan kenajisan di mata Tuhan?
Segeralah bertobat, sebelum terlambat!
Subscribe to:
Posts (Atom)