Sunday, June 27, 2010

BANGSA ISRAEL DAN SAUL: Suatu Peringatan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juni 2010 -

Baca: Mazmur 78:1-31

"dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah."   Mazmur 78:8

Selama tahun-tahun yang dilalui di padang gurun, bangsa Israel selalu menunjukkan kedegilan dan pemberontakannya kepada Tuhan.  Akibatnya mereka mati di sana.  Karena itu pemazmur menuliskan hal ini sebagai pelajaran yang berharga agar kita bisa bercermin dari kegagalan bangsa Israel tersebut.

     Bangsa Israel gagal karena enggan melakukan perintah Tuhan!  Memang mereka berseru-seru kepada Tuhan saat terjepit, bahkan menanggapi perintahNya dengan ketaatan sampai segala sesuatunya baik dan dipulihkan.  Namun berulangkali pula mereka memberontak.  Tindakan mereka seperti suatu siklus, sampai-sampai Tuhan menyebut mereka  "...suatu bangsa yang tengkuk."  (Keluaran 32:9).  Tegar tengkuk bisa diartikan:  keras kepala, sulit ditangani atau diajak bekerja sama, suka memberontak, menolak untuk patuh dan tidak dapat diatur.  Pemberontakan atau ketidaktaatanlah akar kegagalan mereka.  Andaikan mereka selalu taat, betapa mulia mereka jadinya, sehingga tidak perlu mati di padang gurun karena tidak tunduk pada kehendak Tuhan.

     Ketaatan atau ketidaktaatan sama-sama mendatangkan akibat.  Ketaatan membuka pintu kesempatan bagi kita mengalami dan menikmati janji Tuhan.  Sebaliknya, ketidaktaatan semakin menutup pintu berkat, tapi membuka gerbang kehancuran.  Saul adalah contoh orang yang diberi kesempatan menadi raja Israel.  Sayang Saul tidak mampu mempertahankan kedudukan dan kehormaatannya karena pemberontakan dan kedegilan hatinya.  Berkatalah Samuel kepada Saul,  "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan?  Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.  Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim.  Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."  (1 Samuel 15:22-23).

Hari ini, kita dihadapkan pada pilihan hidup:  taat mendatangkan berkat atau ketidaktaatan yang membuat kita kehilangan berkat.  Pilih yang mana?

Saturday, June 26, 2010

BELAJAR SEPERTI ANAK KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2010 -

Baca: Matius 18:1-5

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga."   Matius 18:3

Suatu ketika murid-murid Yesus bertanya kepadaNya perihal siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.  Lalu Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkan di tengah-tengah mereka, serta berkata,  "...sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.  Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga."  (ayat 3,4).  Jawaban Yesus ini benar-benar mengejutkan mereka!  Mengapa Dia memberikan contoh anak kecil, bukan yang lain?  Karena ada sifat-sifat anak kecil yang dapat kita teladani, di antaranya:  1.  Ia percaya penuh kepada bapanya.  2.  Ia mudah dibentuk dan diajar (taat).

     Seorang anak kecil tidak pernah kuatir terhadap apa pun karena ia tahu bapanya pasti akan menyediakan segala sesuatu yang ia butuhkan.  Ia juga tidak pernah merasa takut karena ia yakin bapanya senantiasa menjaga dan memberinya perlindungan; ia percaya penuh kepada bapanya di segala situasi.  Iman seperti anak kecil inilah yang seharusnya dimiliki setiap orang percaya.  Namun sebaliknya, kita begitu mudah kuatir dan ketakutan ketika berada di situasi sulit.  Kita lupa janji firmanNya:  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).

     Selanjutnya, seorang anak kecil selalu taat terhadap apa yang diperintahkan oleh bapanya; mudah diajar dan dibentuk tanpa pernah mendebat.  Firman Tuhan pun bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk kita taati.  Dalam hal ketaatan, Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita.  Dia berkata,  "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia (Bapa) yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya."  (Yohanes 4:34) dan "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).  Jangankan taat, tertegur oleh firman Tuhan yang keras saja tidak sedikit dari kita yang langsung tersinggung dan ngambek.  Kita sulit menerima teguran!  Ayub menasihati, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."  (Ayub 5:17).

Milikilah iman seperti anak kecil dan jangan menolak didikan Tuhan!