Friday, June 18, 2010

JANGAN MENOLEH KE BELAKANG

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2010 -

Baca: Kejadian 19:1-29

"Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang,..."   Kejadian 19:17

Saat Sodom dan Gomora hendak dibumihanguskan karena memuncaknya kebejatan moral penduduknya, teringatlah Tuhan pada doa Abraham:  "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?"  (Kejadian 18:23).  Hati Tuhan luluh sehingga Ia mengutus malaikat menyelamatkan Lot dan keluarganya:  "Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya:  'Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.' "  (Kejadian 19:15).  Malaikat itu juga berpesan, "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang..."

     Dari ayat nas ini kita dapat mengambil makna rohani, yaitu janganlah menengok kembali kegagalan-kegagalan kita di masa lalu, tetapi pandanglah ke masa depan cerah yang diberikan Tuhan kepada kita.  Ketika bangsa Israel telah dilepaskan dari perbudakan di Mesir, raja Firaun mengejar kembali bangsa Israel.  Ketika orang Israel menengok ke belakang terlihatlah bahwa tentara Firaun mengejarnya; mereka menjadi sangat takut.  Waktu itu mereka dihadapkan pada pilihan hidup yang berat:  taat kepada Tuhan dan meneruskan perjalanan menuju Tanah Perjanjian, atau memilih kembali ke Mesir dan menjadi tawanan di sana.  Puji Tuhan!  Bangsa Israel memilih taat kepada perintah Tuhan dan menyeberangi laut Teberau.  Dan ketika mereka taat, Tuhan menyatakan mujizatNya yang ajaib!  "...Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu."  (Keluaran 14:21).

     Jika keadaan berat sedang menghimpit, arahkan pandangan kepada Yesus, jangan menoleh ke belakang dan terpengaruh bisikan Iblis.  Jangan sampai kegagalan masa lalu atau belenggu-belenggu masa silam melemahkan iman kita.  Alkitab menasihati.  "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,..."  (Ibrani 12:2a).  Jika Tuhan di pihak kita, siapa yang dapat melawan kita?

"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang,..."  Roma 8:37

Thursday, June 17, 2010

KETAATAN, BUKAN PENGALAMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2010 -

Baca: Lukas 5:1-11

"Guru, telah sepanjang malam kami (Simon dan para nelayan) bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  Lukas 5:5

Acapkali manusia berpegang pada pengalaman masa lalu sebagai pedoman mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan permasalahan yang ada.  Sering pula orang berpikir menurut pengalamannya, contoh:  jika seseorang menderita sakit parah yang didiagnosa dokter tak dapat sembuh, maka si penderita dalam waktu dekat pasti akan mati;  seseorang yang ekonominya bangkrut tentu tak mungkin dapat bangkit kembali.

     Ketahuilah, Tuhan tidak membutuhkan pengalaman manusia untuk melakukan suatu perkara,  "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."  (Lukas 1:37).  Contoh:  Sarai yang sudah tua pun sanggup dibuka rahimnya oleh Tuhan sehingga ia dapat memberikan keturunan;  wanita yang mengalami pendarahan 12 tahun, dan menurut pengalaman tidak dapat disembuhkan, menjadi sembuh ketika bertemu Yesus dan menjamah jumbai jubahNya.  Jadi, janganlah sekali-kali mengukur segala sesuatu berdasarkan pengalaman kita.  Dalam segala hal arahkan mata dan pengharapan sepenuhnya kepada Allah yang hidup dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang sanggup melakukan segala sesuatu.

     Adapun Petrus dan Andreas adalah nelayan ulung.  Keduanya sudah 'kenyang' pengalaman menangkap ikan, tetapi suatu malam mereka gagal sama sekali. Yesus memperhatikan mereka yang tampak lelah dan kecewa itu, dan ingin menunjukkan bahwa apa yang tak dapat diperbuat manusia dapat dilakukan olehNya.  Ia berkata kepada Simon (Petrus),  "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  (Lukas 5:4).  Mungkin Petrus tak membanggakan pengalamannya, dia taat perintah Yesus:  "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  (Lukas 5:5).  Karena ketaatannya ia  "...menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak."  (Lukas 5:6).

Ketaatan akan firmanNya membuat segala perkara terjadi, bukan karena pengalaman manusia.