Thursday, June 17, 2010

KETAATAN, BUKAN PENGALAMAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2010 -

Baca: Lukas 5:1-11

"Guru, telah sepanjang malam kami (Simon dan para nelayan) bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  Lukas 5:5

Acapkali manusia berpegang pada pengalaman masa lalu sebagai pedoman mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan permasalahan yang ada.  Sering pula orang berpikir menurut pengalamannya, contoh:  jika seseorang menderita sakit parah yang didiagnosa dokter tak dapat sembuh, maka si penderita dalam waktu dekat pasti akan mati;  seseorang yang ekonominya bangkrut tentu tak mungkin dapat bangkit kembali.

     Ketahuilah, Tuhan tidak membutuhkan pengalaman manusia untuk melakukan suatu perkara,  "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."  (Lukas 1:37).  Contoh:  Sarai yang sudah tua pun sanggup dibuka rahimnya oleh Tuhan sehingga ia dapat memberikan keturunan;  wanita yang mengalami pendarahan 12 tahun, dan menurut pengalaman tidak dapat disembuhkan, menjadi sembuh ketika bertemu Yesus dan menjamah jumbai jubahNya.  Jadi, janganlah sekali-kali mengukur segala sesuatu berdasarkan pengalaman kita.  Dalam segala hal arahkan mata dan pengharapan sepenuhnya kepada Allah yang hidup dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang sanggup melakukan segala sesuatu.

     Adapun Petrus dan Andreas adalah nelayan ulung.  Keduanya sudah 'kenyang' pengalaman menangkap ikan, tetapi suatu malam mereka gagal sama sekali. Yesus memperhatikan mereka yang tampak lelah dan kecewa itu, dan ingin menunjukkan bahwa apa yang tak dapat diperbuat manusia dapat dilakukan olehNya.  Ia berkata kepada Simon (Petrus),  "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  (Lukas 5:4).  Mungkin Petrus tak membanggakan pengalamannya, dia taat perintah Yesus:  "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  (Lukas 5:5).  Karena ketaatannya ia  "...menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak."  (Lukas 5:6).

Ketaatan akan firmanNya membuat segala perkara terjadi, bukan karena pengalaman manusia.

Wednesday, June 16, 2010

YESUS SAHABAT SEJATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2010 -

Baca: Yohanes 15:13-17

"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."  Yohanes 15:13

Berbahagialah bila saat ini kita memiliki sahabat.  Jaga dan peliharalah persahabatan itu, karena sahabat sejati langka.  Tidak mudah menemukan sahabat di tengah-tengah dunia yang egois ini.

     Dikatakan,  "Manusia akan mencintai dirinya sendiri...tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah."  (2 Timotius 3:2a, 3-4).  Mungkin kita memiliki banyak teman atau kenalan di kantor, sekolah atau di tempat olahraga, namun berapa banyak teman yang kita nilai sebagai teman sejati atau sahabat, yang kepadanya kita dapat membagikan pikiran terdalam dan perasaan yang paling intim?  Kebanyakan pertemuan didasari kepentingan tertentu atau untung rugi, jarang sekali yang benar-benar tulus.  Benar kata Salomo,  "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya."  (Amsal 19:4).  Sebaliknya, sahabat adalah orang yang memahami dan menerima kita apa adanya, ia  "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  (Amsal 17:17).  Sungguh, kehadiran sahabat dalam hidup sangat berarti.

     Sama pentingnya dengan persahabatan antarteman, bahkan lebih penting lagi, kita harus memiliki persahabatan dengan Tuhan.  Mungkin kita mengenal Tuhan sebagai Bapa, Raja, Juruselamat dan sumber segala berkat, namun apakah kita mengenalNya sebagai sahabat?  Mungkin kita berpikir bersahabat dengan Tuhan.  Tidak!  Sesungguhnya Tuhan ingin menghabiskan waktu dengan kita, berjalan bersama kita, mendengar masalah kita, bahkan ingin selalu ada di dekat kita.  Dia ingin berbicara dengan kita setiap saat, rindu bersekutu dengan kita dalam segala hal.  Adalah anugerah yang luar biasa bila kita memiliki Yesus sebagai sahabat, kita tak akan kesepian lagi karena Dia Jehovah Sammah (Mahahadir).  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."   (Ibrani 13:5b).

Untuk menjadi sahabat Yesus kit aharus memiliki persekutuan karib denganNya!