Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juni 2010 -
Baca: Yohanes 15:13-17
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Yohanes 15:13
Berbahagialah bila saat ini kita memiliki sahabat. Jaga dan peliharalah persahabatan itu, karena sahabat sejati langka. Tidak mudah menemukan sahabat di tengah-tengah dunia yang egois ini.
Dikatakan, "Manusia akan mencintai dirinya sendiri...tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2a, 3-4). Mungkin kita memiliki banyak teman atau kenalan di kantor, sekolah atau di tempat olahraga, namun berapa banyak teman yang kita nilai sebagai teman sejati atau sahabat, yang kepadanya kita dapat membagikan pikiran terdalam dan perasaan yang paling intim? Kebanyakan pertemuan didasari kepentingan tertentu atau untung rugi, jarang sekali yang benar-benar tulus. Benar kata Salomo, "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya." (Amsal 19:4). Sebaliknya, sahabat adalah orang yang memahami dan menerima kita apa adanya, ia "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Sungguh, kehadiran sahabat dalam hidup sangat berarti.
Sama pentingnya dengan persahabatan antarteman, bahkan lebih penting lagi, kita harus memiliki persahabatan dengan Tuhan. Mungkin kita mengenal Tuhan sebagai Bapa, Raja, Juruselamat dan sumber segala berkat, namun apakah kita mengenalNya sebagai sahabat? Mungkin kita berpikir bersahabat dengan Tuhan. Tidak! Sesungguhnya Tuhan ingin menghabiskan waktu dengan kita, berjalan bersama kita, mendengar masalah kita, bahkan ingin selalu ada di dekat kita. Dia ingin berbicara dengan kita setiap saat, rindu bersekutu dengan kita dalam segala hal. Adalah anugerah yang luar biasa bila kita memiliki Yesus sebagai sahabat, kita tak akan kesepian lagi karena Dia Jehovah Sammah (Mahahadir). "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).
Untuk menjadi sahabat Yesus kit aharus memiliki persekutuan karib denganNya!
Wednesday, June 16, 2010
Tuesday, June 15, 2010
KEKRISTENAN DAN PENGAMPUNAN: Satu Kesatuan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2010 -
Baca: Matius 18:21-35
"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Matius 18:21
Mengasihi musuh atau orang yang bersalah adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai umat Tuhan, karena Tuhan telah mendemonstrasikan bagaimana Ia mengasihi dan mengampuni orang-orang yang menyalibkanNya. Banyak orang beranggapan pengampunan itu ada batasnya, contohnya: mengampuni tiga kali orang lain yang berbuat kesalahan dirasa sudah cukup. Namun, Tuhan Yesus ingin memperjelas ajaranNya tentang pengampunan yang sesungguhnya.
Ketika Petrus datang kepada Tuhan dan bertanya berapa kali ia harus mengampuni orang yang bersalah terhadapnya, Ia menjawab, "Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh tujuh kali." (ayat 22). Apa maknanya? Apakah kita harus menghitung sampai 490 kali kalau mau mengampuni? Sama sekali tidak. Artinya, kita harus mengampuni sebagaimana Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, tidak terbatas jumlahnya. Tertulis: "...hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Anugerah pengampunan dari Tuhan inilah yang harus menjadi ukuran pengampunan kita kepada sesama yang berbuah salah kepada kita.
Pemazmur berkata, "sejauh timur dan barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anakNya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu." (Mazmur 103:12-14). Ayat ini menunjukkan betapa Tuhan begitu penuh kemurahan dan belas kasih kepada kita, sehingga Dia mau mengampuni kesalahan kita dan menjauhkan pelanggaran-pelanggaran kita sejauh timur dari barat. Allah rela membayar pelanggaran kita dengan bersedia menanggungkan dosa-dosa kita di dalam diri PuteraNya Yesus Kristus. Ketika Yesus menundukkan kepala menyerahkan nyawa di atas kayu salib, Ia berseru sudah selesai (baca Yohanes 19:30). Artinya: lunas (hutang maut telah dibayar lunas). Pengampunan Tuhan sempurna dan melimpah.
Betapa sering kita tidak menghargai pengampunanNya, sehingga kita begitu sulit mengampuni orang lain.
Baca: Matius 18:21-35
"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Matius 18:21
Mengasihi musuh atau orang yang bersalah adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai umat Tuhan, karena Tuhan telah mendemonstrasikan bagaimana Ia mengasihi dan mengampuni orang-orang yang menyalibkanNya. Banyak orang beranggapan pengampunan itu ada batasnya, contohnya: mengampuni tiga kali orang lain yang berbuat kesalahan dirasa sudah cukup. Namun, Tuhan Yesus ingin memperjelas ajaranNya tentang pengampunan yang sesungguhnya.
Ketika Petrus datang kepada Tuhan dan bertanya berapa kali ia harus mengampuni orang yang bersalah terhadapnya, Ia menjawab, "Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh tujuh kali." (ayat 22). Apa maknanya? Apakah kita harus menghitung sampai 490 kali kalau mau mengampuni? Sama sekali tidak. Artinya, kita harus mengampuni sebagaimana Tuhan mengampuni dosa-dosa kita, tidak terbatas jumlahnya. Tertulis: "...hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Anugerah pengampunan dari Tuhan inilah yang harus menjadi ukuran pengampunan kita kepada sesama yang berbuah salah kepada kita.
Pemazmur berkata, "sejauh timur dan barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anakNya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu." (Mazmur 103:12-14). Ayat ini menunjukkan betapa Tuhan begitu penuh kemurahan dan belas kasih kepada kita, sehingga Dia mau mengampuni kesalahan kita dan menjauhkan pelanggaran-pelanggaran kita sejauh timur dari barat. Allah rela membayar pelanggaran kita dengan bersedia menanggungkan dosa-dosa kita di dalam diri PuteraNya Yesus Kristus. Ketika Yesus menundukkan kepala menyerahkan nyawa di atas kayu salib, Ia berseru sudah selesai (baca Yohanes 19:30). Artinya: lunas (hutang maut telah dibayar lunas). Pengampunan Tuhan sempurna dan melimpah.
Betapa sering kita tidak menghargai pengampunanNya, sehingga kita begitu sulit mengampuni orang lain.
Subscribe to:
Posts (Atom)