Monday, June 14, 2010

MENGASIHI MUSUH. Mungkinkah?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juni 2010 -

Baca: Lukas 6:27:36

"Aku (Tuhan - red.) berkata:  Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;"   Lukas 6:27

Sebagai anak-anak Allah kita harus memiliki sifat-sifat Allah.  Ada pun salah satu sifat Allah adalah Mahapengampun, seperti kata Pemazmur,  "Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni..."  (Mazmur 86:5), bahkan  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;  sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).

     Seperti Yesus, agar Ia layak menjadi Putera Kerjaan Allah, Ia tidak membalas meskipun dicaci-maki, dihujat, diejek, diludahi dan dipermalukan;  Ia sanggup mengampuni dan mengasihi musuh-musuhNya.  Ia berkata,  "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,"  (Lukas 23:34).  Ia telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa.  Menjadi Kristen berarti menjadi pengikut Kristus, dan sudah sepatutnya kita mengikuti jejakNya dan meneladani kehidupanNya.  Alkitab dengan tegas menyatakan;  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Tuhan menghendaki agar kita mengasihi musuh-musuh kita.  Kata-kata Yesus dari atas salib bukan kata-kata kutuk atau keluhan atau tentang penghinaan atas kematianNya yang terkutuk, tetapi adalah doa untuk mereka yang menyalibkan Dia, Putera Allah yang benar, tanpa dosa.  Stefanus adalah contoh orang yang mengikuti teladan Yesus.  Ketika ia dilempari batu dan hampir menghembuskan nafas terakhir, ia berdoa,  "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!"  (Kisah 7:60).

     Kalau kita mengasihi dan berbuat baik kepada orang yang mengasihi kita, apakah jasa kita?  Yang dikehendakiNya:  "Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu."  (Lukas 6:27-28).  Banyak orang Kristen meremehkan pengajaranNya ini.  Mungkin ada kasih, tapi terhadap kawan sendiri, grup sendiri atau denominasi sendiri.  Terhadap saudara seiman yang tak dikenal secara pribadi saja kita sulit mengasihi, apalagi musuh?

Betapa sedih hati Yesus melihat orang Kristen tak dapat mengikuti teladanNya!

Sunday, June 13, 2010

SALIB KRISTUS: Mengubah Pahit Menjadi Manis

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2010 -

Baca: Keluaran 15:22-27

"Musa berseru-seru kepada Tuhan, dan Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu;  Musa melemparkan kayu itu ke dalam air;  lalu air itu menjadi manis."   Keluaran 15:25a

Respons kebanyakan orang ketika menghadapi masalah adalah bersungut-sungut dan menggerutu.  Bangsa Israel pun berbuat demikian.  Hari demi hari yang keluar dari mulut mereka sungut-sungut belaka.  Itulah sebabnya Tuhan mengijinkan bangsa Israel mengalami proses yang begitu lama di padang gurun sebelum mencapai Tanah Perjanjian, harus berputar-putar selama 40 tahun.  Bangsa Israel harus mengalami didikan Tuhan begitu lama karena sikap hati mereka yang tidak benar.  Mereka tidak pernah puas dengan apa yang diterima dan dialaminya.  Sukar untuk mengucap syukur, dan mengingat-ingat kebaikan Tuhan tidak pernah mereka lakukan walaupun selama itu mereka mengalami pertolongan Tuhan dan melihat pekerjaan-pekerjaan besarNya dinyatakan di tengah-tengah mereka.

     Suatu ketika bangsa Israel berjalan di padang gurun Syur dan selama tiga hari di situ mereka tidak mendapatkan air untuk diminum.  Kemudian  "Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.  (Ayat 23).  Sesungguhnya, melalui peritiwa ini Tuhan hendak mengajar mereka agar tidak mengandalkan kekuatan sendiri, sebaliknya mau belajar bergantung sepenuhnya pada Tuhan.  Lalu Musa berdoa,  "...dan Tuhan menunjukkan kepadadanya sepotong kayu;  Musa melemparkan kayu itu ke dalam air;  lalu air itu menjadi manis."  Barulah dapat mereka minum setelah Tuhan sendiri bertindak.  Kayu berbicara tentang salib Kristus.  Kayu itu membawa kesembuhan, kehidupan dan keselamatan jiwa. 

     Seburuk apa pun keadaan kita:  kepahitan, kesulitan, masalah, kegagalan, akan berubah menjadi manis dan indah apabila kita bertemu salib Kristus.  Melalui salib itulah Kristus memikul penderitaan kita dan melenyapkan segala kutuk.  "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita,..."  (Galatia 3:13).  Berhentilah mengeluh dan bersungut-sungut!  Bila kita sungguh-sungguh mendengarkan suaraNya dan melakukan yang benar di mata Tuhan niscaya hidup kita dipulihkan.

Akhirnya di Elim, bangsa Israel menemuan 12 mata air dan 70 pohon korma!