Friday, June 11, 2010

HATI PENUH BELAS KASIHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juni 2010 -

Baca: Matius 9:35-36

"Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”  Matius 9:36

Yesus adalah Pribadi penuh kasih.  Ketika melihat banyak orang yang tampak lelah dan terlantar seperti domba tidak bergembala, "...tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,..."  Bisa dibayangkan menderitanya bila ada domba tak bergembala, ia pasti akan kelaparan dan kehausan karena kekurangan makanan dan air;  pastilah ia juga dalam bahaya jika ada binatang buas hendak menerkamnya, karena ia tak memiliki pembela yang melindunginya. 

     Domba tak bergembala itu ibarat berada di ujung tanduk!  Demikian juga jiwa manusia akan tersesat jika mereka terpisah dari 'Gembala yang baik'.  Sebaliknya, bila kita berada di dekat Gembala yang baik ini kita akan merasa aman dan tenang; ini seperti yang dialami Daud dan ia berkata,  "...Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;  Ia menyegarkan jiwaku.  Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.  Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;  gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku."  (Mazmur 23:2-4)
    
     Di dunia ini manusia takkan menemukan kasih seperti kasih Tuhan karena manusia umumnya egois dan tidak peduli terhadap sesama, seperti sikap Kain ketika Allah menanyakan keberadaan Habel  (adiknya).  Ia menjawab, "Aku tidak tahu!  Apakah aku penjaga adikku?"  (Kejadian 4:9).  Tuhan mencari orang-orang yang mau berkorban dan punya belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang tersesat.  Maukah kita berkorban waktu, tenaga dan juga materi untuk mengabarkan Injil kepada mereka, sehingga mereka diselamatkan dan bertemu Gembala yang baik itu?  Tuhan pun mencari ketika Ia berencana memusnahkan Yerusalem karena Yerusalem dipenuhi perbuatan-perbuatan dosa yang menjijikkan dengan berkata,  "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapanKu, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya."  (Yehezkiel 22:30).

Sebagai orang percaya kita harus punya hati penuh belas kasih bagi jiwa-jiwa;  sayangnya belum semua orang Kristen mempunyai beban ini.

Thursday, June 10, 2010

MELAYANI TANPA PAMRIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2010 -

Baca: 1 Korintus 4:6-21

"Sampai pada saat ini kami (Paulus dan Apolos) lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup menggembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat.”  1 Korintus 4:11, 12a

Banyak terjadi bahwa semakin berhasil dan tenar seseorang dalam pelayanannya di masyarakat maupun dalam bidang kerohanian, semakin jauh dari tujuan semula.  Awalnya setiap orang melayani orang untuk pertumbuhan rohani, nama Kristus saja yang ditonjolkan dan disanjung.  Tapi seiring berjalannya waktu, di mana pelayanannya semakin maju dan sukses, pribadi si pelayanlah yang mulai dicari dan disanjung orang.

     Adalah fakta bahwa kesuksesan dapat mencuri kemuliaan nama Tuhan, apalagi jika pelayanan dilakukan di kota-kota besar, makin kaburlah batas keagungan Tuhan yang hendak diberitakan dengan ketenaran si pembawa berita itu sendiri.  Sementara di daerah terpencil, pelosok atau pedalaman, pelayanan yang dilakukan para hamba Tuhan sangat jauh dari perhatian dunia.  Masih banyak yang mengalami seperti Paulus:  lapar, haus, telanjang, dipukul, dianiaya dan hidup mengembara.  Mereka pun bekerja begitu berat tak ubahnhya seperti Paulus,  "...kami melakukan pekerjaan tangan yang berat."  Sekalipun mereka jauh dari kelimpahan harta benda, mereka tetap sungguh-sungguh setia melayani jiwa-jiwa yang haus akan firman Tuhan.  Jiwa-jiwa yang dilayani umumnya orang-orang kurang mampu, namun hamba Tuhan yang tinggal di desa-desa atau pedalaman mempunyai kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bila mereka melihat banyak jiwa menyerahkan diri kepada Kristus.
    
     Mereka ini adalah hamba-hamba Tuhan yang bekerja bagi Kerajaan Allah tanpa pamrih.  Mereka tak dipandang dan diabaikan oleh dunia;  tak ada manusia melihat dan menghargai perjuangan mereka dalam pelayanan.  Namun ada sepasang mata memperhatikan pengabdian tulus ini:  "Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik."  (Amsal 15:3).  Mata Tuhan melihat dengan jelas hamba-hambaNya yang bekerja mengabarkan Injil dengan tekun dan tetap menjaga sikap hati dengan benar.  Sebaliknya mata Tuhan juga menembus setiap hati hati hamba-hambaNya yang melayani demi kepentingan dirinya sendiri atau untuk mencari nama.

Sebagai hambaNya, mari kita berkata,  "...bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan,..."   2 Korintus 4:5