Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juni 2010 -
Baca: Mazmur 119:1-16
"Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapanMu; firmanMu tidak akan kulupakan.” Mazmur 119:16
Penulis banyak menerima curhat saudara seiman yang mengeluhkan iman mereka yang begitu mudah goyah, lemah dan tidak kuat, lebih-lebih saat berada dalam masalah berat. Apakah kita rindu memiliki iman yang kuat dan teguh? Satu-satunya cara adalah kita harus menyukai firman Tuhan.
Bukankah banyak orang Kristen tidak suka dan malas membaca Alkitab? Atau mungkin membaca Alkitab hanya saat berada di gereja atau di persekutuan? Kalau sudah di rumah, "Mana sempat?" Namun jelas dikatakan bahwa "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Semakin kita dekat dengan Tuhan dan semakin mengenal Dia, semakin kuat pula iman kita bertumbuh. Bagaimana kita dapat mengenal Tuhan lebih dalam? Dengan mempelajari firmanNya! Daud, di sepanjang perjalanan hidupnya, tak pernah lepas dari masalah, tekanan, bahkan ancaman, tapi hal itu tidak membuatnya menjadi lemah dan putus asa, sebaliknya ia semakin kuat menaruh iman percayanya kepada Tuhan. Kuncinya? Daud menyukai firman Tuhan. Ia berkata, "Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97), sehingga Daud pun bisa menyikapi persoalan yang ada dengan mata iman: "...aku tertindas itu baik bagiku, suaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu." (Mazmur 119:71). "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Semakin karib dengan Tuhan, makin kita mampu berjalan melalui segala cobaan dengan keyakinan di dalam Dia. Jika kita menjadikan Yesus titik fokus perjalanan iman kita, Dia akan mendewasakan dan menyempurnakan iman kita. Tuhan menghendaki dan menginginkan agar kita berjalan dalam iman yang terus bertumbuh, dan iman seperti itu akan kita peroleh hanya dengan mempelajari dan hidup dalam firman. Jika kita menginginkan iman yang kuat kita harus mendisiplinkan diri menyediakan banyak bagi firman Tuhan, setiap hari.
Sesibuk apa pun kita, mari meluangkan waktu untuk sesuatu yang paling penting yaitu mendalami firmanNya.
Monday, June 7, 2010
Sunday, June 6, 2010
IMAN DAN PERBUATAN: Satu Kesatuan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2010 -
Baca: Yakobus 2:14-26
"Demikian juga halnya dengan iman: Jika itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Yakobus 2:17
Adalah dua unsur penting dalam iman: seseorang dapat dikatakan memiliki iman bila ia percaya meski belum melihat bukti; selain itu, seorang beriman taat melakukan kehendak Tuhan, apa pun resikonya. Jadi, iman juga harus disertai perbuatan atau tindakan nyata. Bila tidak, "...iman itu pada hakekatnya adalah mati.".
Jika kita berbicara mengenai iman tetapi tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita percayai, hal itu adalah sia-sia. Iman yang sejati bukanlah sekedar perkataan, namun harus diwujudkan ke dalam gaya hidup kita. Iman yang disertai dengan tindakan pasti membuahkan hasil. Contohnya adalah Rahab, perempuan sundal dalam Alkitab. Sebagai penduduk kota Yerikho, Rahab telah mendengar tentang kuasa Allah Israel yang mengalahkan banyak bangsa, dan ia tahu orang Israel sedang menuju Yerikho sementara Allah menyerahkan kota itu ke tangan mereka. Ketika dua orang pengintai Israel datang ke Yerikho, Rahab melihat itu sebagai kesempatan emas dan ia bertindak. Ia menolong dua orang pengintai itu dengan menyembunyikan mereka di rumahnya. Atas tindakan berani Rahab ini dua pengintai itu berhasil lolos. Namun sebelum para pengintai itu pergi, Rahab memohon agar ia dan seisi keluarganya diselamatkan bila mereka (orang Israel) menyerbu kota Yerikho. Para pengintai itu pun setuju dan mereka membuat suatu kesepakatan. Para pengintai memerintahkan Rahab untuk mengikatkan tali kirmizi pada jendela rumah (baca Yosua 2:21). Perintah itu pun dilakukan oleh Rahab. Tali berwarna merah itu menjadi simbol pengharapan dan jaminan keselamatan baginya.
Ketaatan Rahab mengaitkan tali kirmizi menunjukkan imannya pada perkataan para pengintai itu, yang secara tidak langsung merupakan janji Tuhan. Karena iman pengharapan yang ditaruhnya pada Allahnya yang 'baru', dan disertai tindakan nyata sebagai respons terhadap imannya, Rahab dan seluruh keluarganya diselamatkan ketika orang Israel menguasai dan menghancurkan kota Yerikho. Pelajaran dari hidup Rahab sudah jelas: iman yang disertai tindakan selalu membuahkan hasil!
Jika iman kita dalah iman sejati, ia akan tampak dengan sendirinya melalui perbuatan kita.
Baca: Yakobus 2:14-26
"Demikian juga halnya dengan iman: Jika itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Yakobus 2:17
Adalah dua unsur penting dalam iman: seseorang dapat dikatakan memiliki iman bila ia percaya meski belum melihat bukti; selain itu, seorang beriman taat melakukan kehendak Tuhan, apa pun resikonya. Jadi, iman juga harus disertai perbuatan atau tindakan nyata. Bila tidak, "...iman itu pada hakekatnya adalah mati.".
Jika kita berbicara mengenai iman tetapi tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita percayai, hal itu adalah sia-sia. Iman yang sejati bukanlah sekedar perkataan, namun harus diwujudkan ke dalam gaya hidup kita. Iman yang disertai dengan tindakan pasti membuahkan hasil. Contohnya adalah Rahab, perempuan sundal dalam Alkitab. Sebagai penduduk kota Yerikho, Rahab telah mendengar tentang kuasa Allah Israel yang mengalahkan banyak bangsa, dan ia tahu orang Israel sedang menuju Yerikho sementara Allah menyerahkan kota itu ke tangan mereka. Ketika dua orang pengintai Israel datang ke Yerikho, Rahab melihat itu sebagai kesempatan emas dan ia bertindak. Ia menolong dua orang pengintai itu dengan menyembunyikan mereka di rumahnya. Atas tindakan berani Rahab ini dua pengintai itu berhasil lolos. Namun sebelum para pengintai itu pergi, Rahab memohon agar ia dan seisi keluarganya diselamatkan bila mereka (orang Israel) menyerbu kota Yerikho. Para pengintai itu pun setuju dan mereka membuat suatu kesepakatan. Para pengintai memerintahkan Rahab untuk mengikatkan tali kirmizi pada jendela rumah (baca Yosua 2:21). Perintah itu pun dilakukan oleh Rahab. Tali berwarna merah itu menjadi simbol pengharapan dan jaminan keselamatan baginya.
Ketaatan Rahab mengaitkan tali kirmizi menunjukkan imannya pada perkataan para pengintai itu, yang secara tidak langsung merupakan janji Tuhan. Karena iman pengharapan yang ditaruhnya pada Allahnya yang 'baru', dan disertai tindakan nyata sebagai respons terhadap imannya, Rahab dan seluruh keluarganya diselamatkan ketika orang Israel menguasai dan menghancurkan kota Yerikho. Pelajaran dari hidup Rahab sudah jelas: iman yang disertai tindakan selalu membuahkan hasil!
Jika iman kita dalah iman sejati, ia akan tampak dengan sendirinya melalui perbuatan kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)