Sunday, June 6, 2010

IMAN DAN PERBUATAN: Satu Kesatuan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juni 2010 -

Baca: Yakobus 2:14-26

"Demikian juga halnya dengan iman:  Jika itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”  Yakobus 2:17

Adalah dua unsur penting dalam iman:  seseorang dapat dikatakan memiliki iman bila ia percaya meski belum melihat bukti;  selain itu, seorang beriman taat melakukan kehendak Tuhan, apa pun resikonya.  Jadi, iman juga harus disertai perbuatan atau tindakan nyata.  Bila tidak,  "...iman itu pada hakekatnya adalah mati.".

     Jika kita berbicara mengenai iman tetapi tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita percayai, hal itu adalah sia-sia.  Iman yang sejati bukanlah sekedar perkataan, namun harus diwujudkan ke dalam gaya hidup kita.  Iman yang disertai dengan tindakan pasti membuahkan hasil.  Contohnya adalah Rahab, perempuan sundal dalam Alkitab.  Sebagai penduduk kota Yerikho, Rahab telah mendengar tentang kuasa Allah Israel yang mengalahkan banyak bangsa, dan ia tahu orang Israel sedang menuju Yerikho sementara Allah menyerahkan kota itu ke tangan mereka.  Ketika dua orang pengintai Israel datang ke Yerikho, Rahab melihat itu sebagai kesempatan emas dan ia bertindak.  Ia menolong dua orang pengintai itu dengan menyembunyikan mereka di rumahnya.  Atas tindakan berani Rahab ini dua pengintai itu berhasil lolos.  Namun sebelum para pengintai itu pergi, Rahab memohon agar ia dan seisi keluarganya diselamatkan bila mereka (orang Israel) menyerbu kota Yerikho.  Para pengintai itu pun setuju dan mereka membuat suatu kesepakatan.  Para pengintai memerintahkan Rahab untuk mengikatkan tali kirmizi pada jendela rumah  (baca Yosua 2:21).  Perintah itu pun dilakukan oleh Rahab.  Tali berwarna merah itu menjadi simbol pengharapan dan jaminan keselamatan baginya.
    
     Ketaatan Rahab mengaitkan tali kirmizi menunjukkan imannya pada perkataan para pengintai itu, yang secara tidak langsung merupakan janji Tuhan.  Karena iman pengharapan yang ditaruhnya pada Allahnya yang 'baru', dan disertai tindakan nyata sebagai respons terhadap imannya, Rahab dan seluruh keluarganya diselamatkan ketika orang Israel menguasai dan menghancurkan kota Yerikho.  Pelajaran dari hidup Rahab sudah jelas:  iman yang disertai tindakan selalu membuahkan hasil!

Jika iman kita dalah iman sejati, ia akan tampak dengan sendirinya melalui perbuatan kita.

Saturday, June 5, 2010

TUHAN MEMBUKA PINTU-PINTU BERKAT

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2010 -

Baca: Maleakhi 3:6-12

"Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam.”  Maleakhi 3:11

Dalam kehidupan rohani ada hukum timbal balik.  Ketika kita menabur dalam ketaatan kepada firman Tuhan,  Tuhan memberkati kita sebagai balasannya:  "...carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."  (Matius 6:33);

     Ketika kita menjadikan Tuhan prioritas utama dalam hidup, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan, semuanya akan ditambahkan bagi kita.  Pintu-pintu berkat akan dibukakan untuk kita!  Saat kita taat persepuluhan Tuhan berkata, "Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu..."  Apa artinya menghardik belalang pelahap?  Banyak hal yang bisa menyebabkan krisis dalam kehidupan kita secara mendadak dan tak terduga, contoh:  krisis ekonomi atau krisis kesehatan, tapi bila kita setia dalam hal persepuluhan,  Tuhan akan menjaga dan menjauhkan kita dari 'serangga dan hama' tersebut.

     Seringkali kita kuatir akan hidup kita.  Perhatikan!  Kekuatiran adalah kebalikan dari iman.  Hati kita tidak bisa dipenuhi dengan iman dan kekuatiran pada waktu bersamaan.  Tuhan tau apa kebutuhan kita dan selalu menyediakan yang kita perlukan karena Dia rindu memberkati kita dengan pemberian-pemberian yang baik.  Dikatakan:  "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?  Jadi jika kamu yang jahat tau memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!  Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."  (Matius 7:9-11).

     Tuhan telah memberi kita banyak pemberian, dan pemberianNya yang terbesar adalah ketika Dia rela mati di atas kayu salib menebus dosa-dosa kita.

Banyak orang Kristen tidak sabar menantikan pertolongan Tuhan, serta tidak taat persepuluhan, sehingga terlibat hutang untuk mendapatkan apa yang sesungguhnya sudah Tuhan sediakan.  Siapa yang salah?