Sunday, May 30, 2010

DIPERCAYA TUHAN: Keharusan Hidup Kudus dan Benar

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2010 -

Baca: 1 Korintus 4:1-5

“Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.” 1 Korintus 4:1

Sebuah kepercayaan mahal harganya! Seorang pemimpin perusahaan tidak akan dengan serta merta memberikan kepercayaan atu tanggung jawab penuh kepada karyawan sebelum ia melihat kualitas orang itu. Seorang tuan dapat berkata kepada hambanya, “Baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:23), adalah karena si tuan telah melihat ketekunan dan kesetiaan hambanya dalam perkara kecil sehingga ia memberikan kepercayaan atau tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar. Jadi, ketekunan dan kesetiaan merupakan unsur penting dalam membangun sebuah kepercayaan.

Rasul Paulus dipakai Tuhan secara luar biasa untuk memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia. Meski menghadapi aniaya, tekanan dan penderitaan yang begitu hebat ia tidak pernah kecewa tawar hati apalagi sampai give up dalam pelayanan. Ia tetap setia dan taat mengerjakan panggilannya. Bagi Paulus, adalah suatu kehormatan bila ia beroleh kepercayaan dari Tuhan mewartakan Injil. Katanya, “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.” (2 Korintus 4:1). Paulus juga berusaha agar hidupnya menjadi teladan bagi banyak orang, sehingga melalui hidupnya orang-orang dapat melihat bahwa ia benar-benar orang yang dipercayakan rahasia Allah.

Orang Kristen adalah juga hamba-hamba Kristus seperti Paulus, yang mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai pemberita Injil. Namun tidak semua layak dan bisa dipercaya menjadi pemberita Injil karena hidupnya masih ‘setali tiga uang’ dengan orang-orang dunia. Syarat utama menjadi orang kepercayaan Tuhan bukan dari postur, kekayaan atau jabatannya, tetapi harus hidup kudus dan benar. Ini mutlak! Meskipun tidak mudah dilakukan, itulah yang harus kita penuhi. Asal kita mau taat dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan tidak ada perkara yang sukar. Yesus, dengan ketaatan dan hubunganNya dengan Bapa yang begitu erat, dapat hidup dalam kekudusan dan kebenaran. (Bersambung)

Saturday, May 29, 2010

HATI BAPA

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2010 -

Baca: Mazmur 8:1-10

“apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” Mazmur 8:5

Daud mengakui betapa baiknya hati Bapa sehingga Ia mengingat dan mengindahkan kita. Ini membuktikan kita mendapat tempat istimewa di hatiNya, padahal kita adalah debu; tetapi yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain adalah diciptakanNya kita menurut rupa dan gambarNya: “...Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:” (ayat 6-7).

Inilah puncak kebaikan hati Bapa kepada kita: “...Ia telah menggaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:16-17). Ini menunjukkan bahwa hati Bapa penuh kasih sehingga Ia memiliki rencana dan rancangan yang selalu baik kepada kita. Ada pun yang direncanakan Allah di dalam hatiNya adalah keselamatan seluruh umat manusia, dan Bapa telah menggenapinya melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

Adalah anugerah yang luar biasa bila kita dipilih dan diselamatkan oleh darah Kristus. Kita juga diangkat menjadi anak-anak Allah, dan “jikalau kamu anak maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” (Galatia 4:7b). Namun tidak semua orang meresponsnya, banyak yang menolak Kristus. Meskipun demikian hati Bapa penuh kesabaran menantikan umatNya berbalik kepadaNya: “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2 Petrus 3:9).

Bapa di sorga sabar terhadap kita karena Dia tidak menghendaki anak-anakNya mengalami kebinasaan kekal. Sudah seharusnya sebagai anak-anakNya kita memiliki ‘hati bapa’, yaitu hati yang penuh kasih.

Dunia sedang menantikan kita menunjukkan ‘hati Bapa’ (kasih) itu, sehingga Tuhan dipermuliakan melalui kita!