Thursday, May 13, 2010

YESUS NAIK KE SORGA: Perintah Memberitakan Injil

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Mei 2010 -

Baca: Yohanes 16:16-33

“Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” Yohanes 16:28

Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga merupakan klimaks kehidupan Kristus di dunia. KehidupanNya, kematianNya, kebangkitanNya serta kenaikanNya semakin menegaskan KetuhananNya. 40 hari setelah bangkit Dia harus naik ke sorga. Ini membuktikan Dia adalah Tuhan dan Juruselamat yang diututs Bapa dan kembali kepada Bapa.

Dalam ayat nas jelas terkandung makna bahwa Yesus datang dari kekekalan dan kembali pada kekekalan. Setelah bangkit dari kematian Ia secara khusus menampakkan diri kepada kedua belas muridNya, dan sebelum Ia naik ke sorga Ia memerintahkan para murid untuk menunggu janji Bapa di Yerusalem agar mereka siap menjadi saksi Kristus (baca Kisah 1:12-14). Apa janji Bapa itu? Ialah seperti kata Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yohanes 14:16-17). Di dalam Alkitab kita menemukan ribuan janji, tapi hanya satu janji tentang Roh Kudus yang disebut janji dari Bapa. Allah Bapa telah berjanji bahwa Ia akan mencurahkan RohNya ke atas semua orang (baca Yehezkiel 36:25-27 dan Yoel 2:28-29).

Sebelum terangkat ke sorga Tuhan memberikan perintah kepada muridNya agar pergi memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa muridNya. Namun, pergi saja tidak cukup, mereka harus memiliki kuasa agar dapat menjadi saksi Kristus di dunia. Kuasa ini sangat penting karena kita akan menghadapi peperangan. Ingat, peperangan itu bukanlah melawan darah dan daging, melainkan melawan penghulu-penghulu di udara yaitu roh-roh jahat yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Tanpa kuasa dari Allah bagaimana kita dapat membebaskan orang lain yang masih berada di bawah kuasa si jahat? Kuasa itu Roh Kudus. Tanpa penyertaan Roh Kudus pelayanan apa pun yang kita lakukan tidak akan berdampak apa-apa bagi orang lain.

“Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.” Markus 16:19

Wednesday, May 12, 2010

KEKESALAN HATI TUHAN

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Mei 2010 -

Baca: Bilangan 14:1-19

“Berapa lami lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lami lagi mereka tidak mau percaya kepadaKu, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!” Bilangan 14:11

Tidak selamanya kasih Tuhan menyenangkan, menyanjung, membelai kita. Adakalanya kasih Tuhan keras berupa teguran dan hajaran, namun semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita. Itulah sebabnya Salomo menasihati, “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya.” (Amsal 3:11).

Perlukah kasih Tuhan yang ‘keras’ ini kita alami? Sangat perlu! Sebab bila kita tak pernah mengalami kasihNya yang keras berupa didikan, kita akan menjadi orang-orang Kristen yang manja, cengeng, mengasihi diri sendiri, selalu mengeluh, menggerutu dan tak mau menyadari kesalahan. Kasih Tuhan yang ‘keras’ ini merupakan proses untuk menguji dan membentuk kehidupan kita sebagai anak-anakNya. Tanpa kasih yang keras ini kita cenderung akan selalu melakukan hal-hal jahat dan memberontak kepada Tuhan, contohnya bangsa Israel. Di sepanjang perjalanan menuju Kanaan mereka tidak pernah berhenti mengeluh dan bersungut-sungut, padahal di setiap langkah hidup mereka, tapak demi tapak, Tuhan selalu menyatakan kebaikan dan pertolonganNya yang ajaib. Tetapi apa respon mereka? “Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan istri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” (Bilangan 14:3). Mereka menganggap Tuhan berlaku tidak adil dan membuat mereka makin sengsara. Bahkan ketika Tuhan membawa mereka sampai ke Kadesy, di padang gurun Paran, mereka tetap tidak berhenti menista Tuhan padalah Kadesy adalah jalan masuk terdekat menuju Kanaan.

Hati Tuhan benar-benar kesal melihat pemberontakan mereka, akibatnya Ia memproses mereka dalam kurun waktu yang sangat lama yaitu 40 tahun di padang gurun, sehingga akhirnya mereka harus mengubur impiannya untuk dapat masuk ke Tanah Perjanjian. Hanya Kaleb dan Yosua, yang sepenuh hati percaya akan rencana Tuhan, dapat menikmati Kanaan.

Bila sedang dididik Tuhan jangan sekali-sekali memberontak, Dia tahu yang berbaik bagi kita.