Monday, May 10, 2010

YESUS: Ungkapan Kasih Bapa

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2010 -

Baca: Lukas 13:31-35

“Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya,...” Lukas 13:34b

Dalam pelayananNya di bumi Tuhan Yesus telah merefleksikan kasih Bapa setiap saat: membebakan orang-orang yang tertindas dan terbelenggu oleh kuasa-kuasa kegelapan, mencelikkan mata yang buta, serta menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderit aoleh manusia. Selain itu Dia juga mengajar dan memberitakan firman tentang Kerajaan Allah bagi siapa saja yang rindu, haus dan lapar akan kebenaran.

Yesus Kristus merupakan ujud Allah Bapa di bumi, dan melalui Kristus Bapa menjalankan misi penyelamatan bagi manusia ciptaanNya. Tuhan Yesus dengan sepenuhnya mendemonstrasikan kasih Bapa bagi manusia dan mewujudkan keinginNya memberkati kita. Ungkapan atau ekspresi kasih Bapa bagi semua manusia dapat terlihat dari pernyataan Yesus kepada Yerusalem, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” (ayat 34). Ayat ini menegaskan bahwa Allah Bapa masih tetap mengekspresikan kemauan dan keinginan yang keras untuk menyelamatkan dan memberkati kita.

Sesungguhnya Tuhan masih tetap dan rindu mengusahakan agar manusia terlepas dari belenggu-belenggu dosa dan mau kembali ke Rumah Bapa. Tetapi sampai sekarang ini masih banyak orang Farisi yang menghalagi kasih Bapa dengan berbagai-bagai batasan dan peraturan-peraturan yang dibuatnya, sehingga kelancaran pertolongan Bapa menjadi terhambat. Orang-orang Farisi sangat membenci Yesus dan tidak senang apabila Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat sehingga Tuhan Yesus berkata, “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya dan lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” (Lukas 14:5).

Bila saat ini masih ada hal-hal yang menjadi kendala bagi ibadah kita kepada Tuhan, misalnya peraturan-peraturan manusia, adat-istiadat atau tradisi nenek moyang, mari mohon Roh Kudus mematahkan belenggu-belenggu ini.

Sunday, May 9, 2010

PERCAYA SEPENUHNYA KEPADA TUHAN

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2010 -

Baca: 2 Korintus 1:3-11

“Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaahn pada diri sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.”   2 Korintus 1:9b

Sebagai hamba Tuhan Paulus telah mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan. Tuhan ijinkan hal ini terjadi karena Dia ingin agar Paulus bertumbuh lebih mendalam dalam Kristus.

Seringkali kita berpikir bahwa hamba Tuhan atau setiap orang yang terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, baik itu full timer atau pun part timer, pasti akan terluput dari masalah atau kesulitan, hidupnya akan lancar-lancar saja. Tidak! Namun yang pasti, di setiap pergumulan yang kita alami Tuhan turut bekerja dan selalu memberikan pertolongan dan jalan ke luar, sebab “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13).

Perihal penderitaan dan masalah yang dialami, Paulus menuturkan pengalamannya, “...saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati.” (2 Korintus 1:8-9a). Beban yang begitu besar dan berat tidak membuat Paulus hilang pengharapan, sebaliknya ia mempunyai alasan yang kuat untuk menaruh kepercayaannya pada Tuhan karena hanya Tuhan saja yang sanggup menolong dan menyelamatkannya. Paulus menambahkan, “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” (2 Korintus 1:10).

Mungkin kita berpikir Paulus telah ke luar ‘jalur’ dari rencana Tuhan sehingga harus mengalami berbagai macam kesulitan. Tidak sama sekali! Justru ia berada dalam rencana Tuhan sepenuhnya dan sedang mengerjakan tugasnya sebagai pemberita Injil.

DiijinkanNya Paulus masuk dalam situasi sulit dengan maksud agar ia jangan menaruh kepercayaan kepada diri sendiri, melainkan hanya kepada Tuhan.