- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2010 -
Baca: Lukas 9:37-43a
“Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah.” Lukas 9:43a
Sekarang ini adalah era modernisasi. Semua serba modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih. Bermunculan pula pakar dan ilmuwan di bidangnya masing-masing dengan kemampuan luar biasa yang tak perlu disangsikan lagi. Akhirnya banyak orang yang menjadi sangat bergantung pada kepintaran dan kecanggihan teknologi yang ada. Rasa-rasanya mujizat Tuhan mulai diabaikan, orang lebih percaya kepada pengetahuan dan cara berpikir para pakar atau ilmuwan yang mengandalkan logika. Tetapi sesungguhnya mujizat Tuhan tak pernah berakhir dan tetap ada bagi orang percaya.
Pada suatu hari Yesus bertemu seorang bapak yang anaknya kerasukan setan sehingga menjadi bisu dan sangat tersiksa. Bapak itu ingin anaknya sembuh, namun ia ragu-ragu apakah Yesus dapat menyembuhkannya karena katanya, “...aku telah meminta kepada murid-muridMu supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” (ayat 40). Lalu ia berkata kepada Yesus, “ ‘Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami’. Jawab Yesus: ‘Katamu: Jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya!’ “ (Markus 9:22b-23).
Pada kesempatan lain Yesus membuat suatu pernyataan luar biasa, “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.” (Lukas 18:27). Apabila Tuhan mengerjakan sesuatu yang tak bisa dilakukan manusia, itulah yang dinamakan mujizat. Perbuatan Tuhan merupakan mujizat bagi kita, tapi bagi Tuhan hal itu bukanlah mujizat sebab Dia dapat mengerjakan segala perkara dan apa saja. Bahkan dari yang tidak ada Tuhan sanggup mengadakan. Bumi diciptakan dari yang tidak ada, hanya oleh firmanNya saja. Jadi, tidak ada sesuatu pun yang sukar bagi Tuhan. Bila manusia dapat terbang, itu merupakan mujizat; tetapi bagi seekor burung, terbang itu bukanlah mujizat, tapi merupakan hal yang biasa dilakukannya. Demikian juga perbuatan-perbuatan besar Tuhan, bagiNya bukanlah apa-apa, namun bagi manusia merupakan suatu keajaiban.
Selama Tuhan masih ada, mujizat masih selalu berlaku. Bila ada manusia yang berkata bahwa zaman mujizat sudah berlalu, pastilah manusia itu sudah ‘tak waras’, karena bila mujizat tak ada, berarti Tuhan juga tidak ada.
Mujizat selalu tersedia bagi orang yang percaya kepadanya!
Saturday, May 8, 2010
Friday, May 7, 2010
JANGAN SAMPAI LUPA DIRI
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Mei 2010 -
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
“Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari padaMu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tanganMulah kekuatan dan kejayaan; dalam tanganMulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.” 1 Tawarikh 29:12
Daud adalah raja Israel yang besar dan di berkati Tuhan. Selain kekayaan melimpah ia juga memiliki prajurit/pasukan yang kuat. Secara materi ia punya alasan membanggakan diri. Namun tidaklah demikian dengannya. Ia sadar semuanya karena campur tangan Tuhan semata, bukan karena kekuatan dan kegagahannya sehingga ia tidak merasa perlu bersikap sombong atau meninggikan diri, sebaliknya ia berkata, “...Tuhan, punyamulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya Tuhan, punyaMulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.” (ayat 11).
Tuhan sungguh tak senang pada kecongkakan! Betapa pun megah, besar dan populernya kita, bila kesombongan mulai merajai hati kita, Tuhan akan menurunkan dan mempermalukan kita. Di akhir zaman ini roh kesombongan kian melanda manusia. Tidak banyak yang menyadarinya dan tetap merasa wajar-wajar saja, padahal ketika karir, studi, bisnis atau pelayanan mulai sukses, dada kita mulai membusung dan saat berjalan pun kepala tegak mendongak ke atas. Dalam bersosialisasi pun kita mulai pilih-pilih teman. Kita tidak mau bergaul dengan sembarang orang melainkan hanya dengan teman-teman ‘selevel’; yang semula rendah hati, pandai bergaul, ramah, sopan, serta murah hati terhadap semua orang, setelah memiliki segala-galanya menjadi seperti ‘alien’ (orang aneh). Kesombongan mulai merajai hati kita dan kita pun lupa kepada Sang Pemberi berkat. Kita menganggap apa yang kita raih adalah buah jerih payah kita sendiri.
Perhatikanlah ini: semua keberhasilan yang kita miliki datangnya dari Tuhan dan semuanya adalah kepunyaanNya. Walaupun raja Daud demikian terkenal, dia tetap mengakui bahwa segala sesuatu datangnya dari Tuhan dan milik Tuhan. Oleh sebab itu jangan sekali-kali menyombongkan diri!.
“Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau,...” Obaja 4
Baca: 1 Tawarikh 29:10-19
“Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari padaMu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tanganMulah kekuatan dan kejayaan; dalam tanganMulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.” 1 Tawarikh 29:12
Daud adalah raja Israel yang besar dan di berkati Tuhan. Selain kekayaan melimpah ia juga memiliki prajurit/pasukan yang kuat. Secara materi ia punya alasan membanggakan diri. Namun tidaklah demikian dengannya. Ia sadar semuanya karena campur tangan Tuhan semata, bukan karena kekuatan dan kegagahannya sehingga ia tidak merasa perlu bersikap sombong atau meninggikan diri, sebaliknya ia berkata, “...Tuhan, punyamulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya Tuhan, punyaMulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.” (ayat 11).
Tuhan sungguh tak senang pada kecongkakan! Betapa pun megah, besar dan populernya kita, bila kesombongan mulai merajai hati kita, Tuhan akan menurunkan dan mempermalukan kita. Di akhir zaman ini roh kesombongan kian melanda manusia. Tidak banyak yang menyadarinya dan tetap merasa wajar-wajar saja, padahal ketika karir, studi, bisnis atau pelayanan mulai sukses, dada kita mulai membusung dan saat berjalan pun kepala tegak mendongak ke atas. Dalam bersosialisasi pun kita mulai pilih-pilih teman. Kita tidak mau bergaul dengan sembarang orang melainkan hanya dengan teman-teman ‘selevel’; yang semula rendah hati, pandai bergaul, ramah, sopan, serta murah hati terhadap semua orang, setelah memiliki segala-galanya menjadi seperti ‘alien’ (orang aneh). Kesombongan mulai merajai hati kita dan kita pun lupa kepada Sang Pemberi berkat. Kita menganggap apa yang kita raih adalah buah jerih payah kita sendiri.
Perhatikanlah ini: semua keberhasilan yang kita miliki datangnya dari Tuhan dan semuanya adalah kepunyaanNya. Walaupun raja Daud demikian terkenal, dia tetap mengakui bahwa segala sesuatu datangnya dari Tuhan dan milik Tuhan. Oleh sebab itu jangan sekali-kali menyombongkan diri!.
“Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau,...” Obaja 4
Subscribe to:
Posts (Atom)