Wednesday, May 5, 2010

KEMULIAAN TUHAN MENGUBAHKAN

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Mei 2010 -

Baca: Yesaya 6:1-13

“Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,...”   Yesaya 6:5

Sebelum Tuhan mengutus Yesaya sebagai nabiNya ke tengah-tengah bangsa yang penuh kejahatan, Dia memperlihatkan kemuliaanNya. Melihat kemuliaan Tuhan yang luar biasa Yesaya gemetar sehingga dia hanya dapat berteriak dalam keputusasaannya, “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, ...namun mataku telah meihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.”  (Yesaya 6:5).

Sebelum melihat kemuliaan Tuhan bibir Yesaya masih najis, apalagi dia juga berada di tengah-tengah bangsa yang najis bibir pula, tetapi waktu itu dia belum menyadarinya; mungkin saja ia menganggap sudah layak menjadi nabi Tuhan yang dapat diutus melayani bangsa-bangsa, sampai suatu ketika cahaya kemuliaan Tuhan turun menyinari. Saat itu pula Yesaya mendengar para Serafim menyerukan, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!” (ayat 3). Peristiwa itu benar-benar menyentuh hatinya dan menyadarkan keberadaannya di hadapan Tuhan.

Bagaimana bibir najis dapat menjadi alat penyambung bibir Tuhan yang Mahakudus? Yaitu dengan kesadaran yang mendalam dan persiapan diri Yesaya untuk menyambut kedatangan serafim dari mezbah untuk menyucikan dan membakar bibirnya. Akhirnya bibir Yesaya disentuh dengan bara api. “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” (ayat 7). Setelah bibirnya dikuduskan dengan ‘api’ yang berbicara tentang kuasa api Roh Kudus siaplah Yesaya diutus Tuhan. Ia tidak lagi melihat hal-hal negatif dan tidak lagi menghiraukan bagaimana nasib dirinya nanti saat berada di antara bangsa durhaka itu. Yang dilihatnya hanya kemuliaan Tuhan sehingga dengan mantap dia berseru kepadaNya, “Ini aku, utuslah aku!” (ayat 8b)

Adalah perlu bagi para pelayan Tuhan menerima jamahan api Roh Kudus pada bibirnya, agar dalam setiap tugasnya bibir mereka sanggup memperkatakan kebenaran firmanNya saja: perkataan yang membangun, menguatkan dan memberkati banyak orang.

Karena jamahan Roh Kudus Yesaya dipulihkan dan menjadi utusan Tuhan untuk menyatakan kebenaran di antara bangsa-bangsa.

Tuesday, May 4, 2010

ALLAH ADALAH PENCEMBURU

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2010 -

Baca: Bilangan 25:1-18

“Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu (Israel) ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu” Bilangan 25:2

Pernahkah Saudara merasa cemburu? Ketika suami atau isteri kita lebih memperhatikan, mengagumi atau bahkan mencintai orang lain hati kita pasti terbakar api cemburu. Rasa cemburu yang dipendam lambat laun akan menjadi ‘bom waktu’ yang sewaktu-waktu bisa meledak. Di televisi atau di surat kabar banyak berita kejahatan terjadi akibat tersulut rasa cemburu: suami nekat membunuh isterinya atau sebaliknya, karena mendapati pasangannya telah berselingkuh dengan orang lain, memiliki pria atau wanita idaman lain dan sebagainya. Cemburu buta mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang nekat, yang tidak hanya berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Begitu juga Tuhan kita adalah Allah yang pencemburu! Ia menjadi sangat murka ketika melihat bangsa Israel telah berzinah dengan perempuan-perempuan Moab seperti tertulis: “Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.” (ayat 1). Tidak hanya itu, mereka juga turut serta dalam memberi persembahan dan menyembah allah orang-orang itu. Akibatnya Tuhan menghukum bangsa Israel sehingga “Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya.” (ayat 9). Tuhan sangat benci kepada orang Kristen yang ‘mendua hati’: mengasihi Tuhan dan juga masih mengasihi dunia. Tuhan menghendaki agar kita memusatkan seluruh perhatian dan hidup kita hanya kepada Dia saja. Ia ingin agar kita mengasihi, meninggikan, mengagungkan dan menyembah Dia saja, jangan sampai ada allah lain dalam hidup kita.

Apakah benar kita berkata, “Aku mengasihi Tuhan” tetapi kita masih saja mencari pertolongan kepada ‘allah’ lain saat berada dalam kesesakan? Tuhan tidak lagi menjadi yang utama dalam hidup kita. Begitu banyak ‘allah’ lain dalam hidup kita: pekerjaan, hobi, televisi, surat kabar dan sebagainya yang lebih menyita waktu dan perhatian kita sehingga kita mulai mengabaikan Tuhan.

“Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena Tuhan, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” Keluaran 34:14