- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2010 -
Baca: Bilangan 25:1-18
“Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu (Israel) ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu” Bilangan 25:2
Pernahkah Saudara merasa cemburu? Ketika suami atau isteri kita lebih memperhatikan, mengagumi atau bahkan mencintai orang lain hati kita pasti terbakar api cemburu. Rasa cemburu yang dipendam lambat laun akan menjadi ‘bom waktu’ yang sewaktu-waktu bisa meledak. Di televisi atau di surat kabar banyak berita kejahatan terjadi akibat tersulut rasa cemburu: suami nekat membunuh isterinya atau sebaliknya, karena mendapati pasangannya telah berselingkuh dengan orang lain, memiliki pria atau wanita idaman lain dan sebagainya. Cemburu buta mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang nekat, yang tidak hanya berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Begitu juga Tuhan kita adalah Allah yang pencemburu! Ia menjadi sangat murka ketika melihat bangsa Israel telah berzinah dengan perempuan-perempuan Moab seperti tertulis: “Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.” (ayat 1). Tidak hanya itu, mereka juga turut serta dalam memberi persembahan dan menyembah allah orang-orang itu. Akibatnya Tuhan menghukum bangsa Israel sehingga “Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya.” (ayat 9). Tuhan sangat benci kepada orang Kristen yang ‘mendua hati’: mengasihi Tuhan dan juga masih mengasihi dunia. Tuhan menghendaki agar kita memusatkan seluruh perhatian dan hidup kita hanya kepada Dia saja. Ia ingin agar kita mengasihi, meninggikan, mengagungkan dan menyembah Dia saja, jangan sampai ada allah lain dalam hidup kita.
Apakah benar kita berkata, “Aku mengasihi Tuhan” tetapi kita masih saja mencari pertolongan kepada ‘allah’ lain saat berada dalam kesesakan? Tuhan tidak lagi menjadi yang utama dalam hidup kita. Begitu banyak ‘allah’ lain dalam hidup kita: pekerjaan, hobi, televisi, surat kabar dan sebagainya yang lebih menyita waktu dan perhatian kita sehingga kita mulai mengabaikan Tuhan.
“Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena Tuhan, yang namaNya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” Keluaran 34:14
Tuesday, May 4, 2010
Monday, May 3, 2010
KUTUK DAN KELEPASANNYA
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2010 -
Baca: Kejadian 3:14-24
“Ia (Tuhan Allah) menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan” Kejadian 3:24
Pelanggaran terhadap hukum Alah menyebabkan terjadinya kutuk atau kematian. Dari awal Allah telah memperingatkan manusia pertama (Adam) untuk taat kepadaNya agar tidak terjadi ‘kematian’. Namun Adam dan Hawa telah melanggar, itulah permulaan terjadinya kutuk.
Dalam Kejadian 3 kita baca akibat dari kutuk: penderitaan, rejeki yang harus susah payah dicari, tanah-tanah mengeluarkan semak duri, penyakit bermunculan dan lain-lain; kematian menguasai manusia. Kematian ada dua macam: kematian jasmani, dan kematian kekal (kematian kedua) yaitu apabila setelah tubuh jasmani mati, roh dicampakkan ke dalam lautan api neraka kekal. Kematian yang sesungguhnya ialah kematian yang menimpa roh, bukan tubuh. Ketika Adam berbuat dosa dia ‘mati’; bukan mati tubuhnya, melainkan rohnya, walaupun akhirnya tubuh jasmaninya juga mengalami kematian saat ia berusia 930 tahun (baca Kejadian 5:5). Ketika roh Adam ‘mati’ karena dosa, hubungannya dengan Allah terputus. Manusia pun mempunyai ‘tuan’ baru yaitu Iblis si penipu yang telah membujuknya berbuat dosa. Manusia menjadi ‘budak’ dosa.
Manusia tak mungkin memperoleh keselamatan melalui perbuatan baik semata. Roh manusia telah mati itu harus dihidupkan kembali oleh Roh Allah apabila ingin selamat. Manusia harus mengalami ‘kelahiran baru’ melalui Kristus yang menebusnya dari segala dosa dengan darahNya. Jika tidak, perbuatan baik apa pun akan sia-sia, tak akan mampu mengubah nasibnya dari api neraka dan penghukuman kekal karena “Upah dosa ialah maut;” (Roma 6:23). Perbuatan alim dan baik belaka tak mampu menyelamatkan roh manusia karena dosa tetap melekat. Dan Allah sangat jijik melihat dosa-dosa itu. Hanya ada satu orang yang tak bercacat cela yaitu Yesus Kristus, Putra Allah, yang dapat berkorban ganti manusia yang seharusnya dihukum. Para nabi pun tak mampu menebus dosa karena mereka juga manusia biasa.
Satu-satunya jalan yang melepaskan kita dari kutuk dosa adalah iman percaya kepada Yesus Kristus.
Baca: Kejadian 3:14-24
“Ia (Tuhan Allah) menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan” Kejadian 3:24
Pelanggaran terhadap hukum Alah menyebabkan terjadinya kutuk atau kematian. Dari awal Allah telah memperingatkan manusia pertama (Adam) untuk taat kepadaNya agar tidak terjadi ‘kematian’. Namun Adam dan Hawa telah melanggar, itulah permulaan terjadinya kutuk.
Dalam Kejadian 3 kita baca akibat dari kutuk: penderitaan, rejeki yang harus susah payah dicari, tanah-tanah mengeluarkan semak duri, penyakit bermunculan dan lain-lain; kematian menguasai manusia. Kematian ada dua macam: kematian jasmani, dan kematian kekal (kematian kedua) yaitu apabila setelah tubuh jasmani mati, roh dicampakkan ke dalam lautan api neraka kekal. Kematian yang sesungguhnya ialah kematian yang menimpa roh, bukan tubuh. Ketika Adam berbuat dosa dia ‘mati’; bukan mati tubuhnya, melainkan rohnya, walaupun akhirnya tubuh jasmaninya juga mengalami kematian saat ia berusia 930 tahun (baca Kejadian 5:5). Ketika roh Adam ‘mati’ karena dosa, hubungannya dengan Allah terputus. Manusia pun mempunyai ‘tuan’ baru yaitu Iblis si penipu yang telah membujuknya berbuat dosa. Manusia menjadi ‘budak’ dosa.
Manusia tak mungkin memperoleh keselamatan melalui perbuatan baik semata. Roh manusia telah mati itu harus dihidupkan kembali oleh Roh Allah apabila ingin selamat. Manusia harus mengalami ‘kelahiran baru’ melalui Kristus yang menebusnya dari segala dosa dengan darahNya. Jika tidak, perbuatan baik apa pun akan sia-sia, tak akan mampu mengubah nasibnya dari api neraka dan penghukuman kekal karena “Upah dosa ialah maut;” (Roma 6:23). Perbuatan alim dan baik belaka tak mampu menyelamatkan roh manusia karena dosa tetap melekat. Dan Allah sangat jijik melihat dosa-dosa itu. Hanya ada satu orang yang tak bercacat cela yaitu Yesus Kristus, Putra Allah, yang dapat berkorban ganti manusia yang seharusnya dihukum. Para nabi pun tak mampu menebus dosa karena mereka juga manusia biasa.
Satu-satunya jalan yang melepaskan kita dari kutuk dosa adalah iman percaya kepada Yesus Kristus.
Subscribe to:
Posts (Atom)