- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2010 -
Baca: Lukas 17:7-10
“Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Lukas 17:10b
Mendengar kata hamba, yang terlintas adalah sosok yang terlihat kumal, tak berpendidikan, hina, tidak punya hak, hidup menderita dan tidak merdeka. Itulah gambaran umum seorang hamba. Sebagai orang percaya kita adalah hamba-hamba Kristus!
Sadar akan hal ini, Rasul Paulus berkata, “...hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.” (1 Korintus 4:1). Karena kita hamba Kristus, kita harus membaktikan setiap nafas kehidupan kita untukNya, mau melepaskan kemerdekaan pribadi, serta tunduk kepada pemerintahan sorgawi. Namun kenyataannya sering kita tidak mau melepaskan kemerdekaan pribadi.
Bila menyadari kita adalah hamba, kita harus membekali diri dengan pola pikir yang benar. Fokus seorang hamba adalah bagaimana ia dapat menyenangkan hati tuannya. Jadi ia tidak memikirkan kenyamanan bagi dirinya sendiri. Namun banyak yang terlibat pelayanan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan, melainkan bertujuan mencari keuntungan diri sendiri: ingin dikenal orang, diakui, dilayani, diutamakan atau dihormati. Alkitab menulis, “Barangsiapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;” (Matius 20:26b-27).
Mari camkan baik-baik! Apa pun yang kita miliki saat ini dan jenis pelayanan apa saja yang dipercayakan Tuhan kepada kita, biarlah kita berpikir bahwa hal itu adalah sebuah kepercayaan (penatalayanan), bukan hak milik. Kita bukanlah pemilik, tapi hanyalah pengelola sehingga kita harus mengerjakannya sesuai kehendak Tuhan. Tuhan tidak tertarik dengan hasil atau semaraknya pelayanan kita, yang Dia perhatikan adalah motivasi atau alasan kita melayani. Karena Ia “...menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.” (1 Tawarikh 28:9a).
Oleh karena itu kita harus dapat berkata, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” Yohanes 3:30
Saturday, May 1, 2010
Friday, April 30, 2010
TUHAN SELALU MEMBERI PETUNJUK
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2010 -
Baca: Yesaya 48:12-22
“Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” Yesaya 48:17
Dalam menjalani hidup ini kita sangat membutuhkan tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Pemazmur berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-2). Alkitab berisi tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Semakin kita mempelajari firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam semakin kita mengerti apa kehendak Tuhan, dan apa langkah-langkah yang harus kita tempuh sehingga perjalanan hidup kita selalu beruntung dan akan memberi faedah.
Tuhan memberikan contoh kehidupan empat binatang kecil, “Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.” (Amsal 30:24-28). Semut, meskipun tergolong binatang terkecil dan lemah, ia rajin, ulet dan cekatan. Selain itu semut memiliki rasa empati yang tinggi terhadap sesamanya, mereka menopang satu sama lain dan bergotong royong. Tuhan menghendaki hal yang demikian, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2). Belalang, dalam waktu singkat sanggup menghabiskan hasil ladang berkat kerjasama dan ketekunannya.
Masih ada saja orang Kristen yang bukannya saling menopang dan bergotong royong satu sama lain, malah saling sikut, hantam dan saling mendiskreditkan. Pelanduk, binatang lemah tapi mampu membuat rumahnya di atas bukit batu sehingga ia selamat dan aman apabila badai menyerang. Yesus adalah Batu Karang Keselamatan kita. Sudah seharusnya kita mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Dia.
“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24
Baca: Yesaya 48:12-22
“Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.” Yesaya 48:17
Dalam menjalani hidup ini kita sangat membutuhkan tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Pemazmur berkata, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-2). Alkitab berisi tuntunan dan petunjuk dari Tuhan. Semakin kita mempelajari firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam semakin kita mengerti apa kehendak Tuhan, dan apa langkah-langkah yang harus kita tempuh sehingga perjalanan hidup kita selalu beruntung dan akan memberi faedah.
Tuhan memberikan contoh kehidupan empat binatang kecil, “Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.” (Amsal 30:24-28). Semut, meskipun tergolong binatang terkecil dan lemah, ia rajin, ulet dan cekatan. Selain itu semut memiliki rasa empati yang tinggi terhadap sesamanya, mereka menopang satu sama lain dan bergotong royong. Tuhan menghendaki hal yang demikian, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2). Belalang, dalam waktu singkat sanggup menghabiskan hasil ladang berkat kerjasama dan ketekunannya.
Masih ada saja orang Kristen yang bukannya saling menopang dan bergotong royong satu sama lain, malah saling sikut, hantam dan saling mendiskreditkan. Pelanduk, binatang lemah tapi mampu membuat rumahnya di atas bukit batu sehingga ia selamat dan aman apabila badai menyerang. Yesus adalah Batu Karang Keselamatan kita. Sudah seharusnya kita mempercayakan hidup ini sepenuhnya kepada Dia.
“Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24
Subscribe to:
Posts (Atom)