- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2010 -
Baca: Matius 6:9-13
“Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu,” Matius 6:9
Sebagai orang Kristen kita pasti tahu dan hafal DOA BAPA KAMI, bahkan anak-anak sekolah Minggu pun sudah diajarkan untuk mengucapkan doa ini. Namun banyak dari kita yang kurang memahami makna kata demi kata yang kita ucapkan.
Sebaimana ayat nas di atas: “...Dikuduskanlah namaMu,”, nama Tuhan selalu dihubungkan dengan kekudusanNya sehingga Dia tidak senang jika namaNya dinajiskan dan diremehkan. Ketika bangsa Israel tidak lagi menghormati nama Tuhan dan tidak mengindahkan perkataanNya, malah menyembah berhala, Ia sangat murka: “Tetapi Aku bertindak oleh karena namaKu, supaya itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa, di mana mereka berada.” (Yehezkiel 20:9a). Tindakan Tuhan selalu dikaitkan dengan namaNya yang kudus seperti tulisan Daud: “Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya.” (Mazmur 23:3b). Nama Tuhan juga merupakan kekuatan dan keselamatan bagi orang yang benar: “Nama Tuhan adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.” (Amsal 18:10). Tetapi bagi mereka yang berjalan dalam kegelapan nama itu menjadi kebencian. Banyak orang sangat ‘alergi’ mendengar nama Yesus. Mereka melecehkan dan merendahkan namaNya.
Tidaklah cukup kita berdoa mengucapkan “Dikuduskanlah namaMu”. Di seluruh kehidupan, kita harus mau dipimpin Roh Kudus dan dituntun kepada kehidupan yang kudus. Setiap hari kita ditantang untuk hidup kudus agar dapat menghayati nama Tuhan yang kudus dan dapat memuliakan namaNya melalui perbuatan-perbuatan kita. Nama Tuhan yang kudus harus dimulai dari kehidupan orang yang berdoa “Dikuduskanlah namaMu”. Jika dikuduskanlah namaMu tidak disertai kekuduskan hidup orang yang berdoa itu, maka ucapan doa itu sama sekali tak ada artinya. Tuhan sangat murka karena namaNya dinajiskan oleh imam-imam bangsa Israel hingga Ia berkata, “...Aku mencurahkan geramKu atas mereka dan membinasakan mereka dengan api kemurkaanKu; kelakuan mereka Kutimpakan atas kepala mereka, demikianah firman Tuhan Allah.” (Yehezkiel 22:31).
Mari bertanggung jawab atas perbuatan kita setiap hari agar nama Tuhan tidak dinajiskan!
Wednesday, April 21, 2010
Tuesday, April 20, 2010
JANGAN TAKUT, TUHAN BESERTA KITA
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2010 -
Baca: Yesaya 7:1-9
“Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini,....” Yesaya 7:4
Pernahkan Saudara merasa takut? Setiap manusia pasti pernah mengalami ketakutan, entah karena persoalan keluarga, sakit-penyakit, bisnis, karir, studi, pasangan hidup dan sebagainya. Yang membedakan adalah ada orang yang dapat menguasai diri terhadap rasa takut yang melanda, namun ada pula orang terus tenggelam dalam ketakutan.
Ketakutan tidak hanya dialami orang-orang dunia, namun orang Kristen pun sering ditimpa rasa takut. Bahkan nabi Elia yang diurapi Tuhan juga pernah mengalami ketakutan yang luar biasa karena gertakan seorang wanita (Izebel). Padahal sebelumnya Elia sudah berhasil membunuh 450 orang nabi Baal. Untunglah akhirnya dia kuat kembali karena Tuhan meneguhkan hatinya. Yesus juga pernah mengalami ketakutan ketika menghadapi cawan dosa sampai Ia berkata, “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya...” (Matius 26:38). Namun Ia pun berhasil mengalahkan rasa takut itu dan berhasil menunaikan rencana Bapa dalam penebusan manusia. Alkitab mencatat: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama,” (Filipi 2:8-9).
Dalam ketakutan yang kita alami pastilah Tuhan menguatkan kita dengan firmanNya. Ketika raja Ahas mendengar bahwa raja Aram hendak menyerang dan sudah berkemah di wilayah Efraim, “...hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pobhon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.” (Yesaya 7:2). Kemudian melalui Yesaya Tuhan berfirman, “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.” (Yesaya 7:4).
Di saat-saat ketakutan menyerang ingatlah firman Tuhan dan Dia selalu berada di pihak kita. Agar beroleh kekuatan kembali kita harus percaya kepada janji firmanNya, sebab “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” (Yesaya 7:9b).
Seberat apa pun pergumulan kita, jangan takut! Tetaplah bersandar pada Tuhan.
Baca: Yesaya 7:1-9
“Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini,....” Yesaya 7:4
Pernahkan Saudara merasa takut? Setiap manusia pasti pernah mengalami ketakutan, entah karena persoalan keluarga, sakit-penyakit, bisnis, karir, studi, pasangan hidup dan sebagainya. Yang membedakan adalah ada orang yang dapat menguasai diri terhadap rasa takut yang melanda, namun ada pula orang terus tenggelam dalam ketakutan.
Ketakutan tidak hanya dialami orang-orang dunia, namun orang Kristen pun sering ditimpa rasa takut. Bahkan nabi Elia yang diurapi Tuhan juga pernah mengalami ketakutan yang luar biasa karena gertakan seorang wanita (Izebel). Padahal sebelumnya Elia sudah berhasil membunuh 450 orang nabi Baal. Untunglah akhirnya dia kuat kembali karena Tuhan meneguhkan hatinya. Yesus juga pernah mengalami ketakutan ketika menghadapi cawan dosa sampai Ia berkata, “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya...” (Matius 26:38). Namun Ia pun berhasil mengalahkan rasa takut itu dan berhasil menunaikan rencana Bapa dalam penebusan manusia. Alkitab mencatat: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama,” (Filipi 2:8-9).
Dalam ketakutan yang kita alami pastilah Tuhan menguatkan kita dengan firmanNya. Ketika raja Ahas mendengar bahwa raja Aram hendak menyerang dan sudah berkemah di wilayah Efraim, “...hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pobhon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.” (Yesaya 7:2). Kemudian melalui Yesaya Tuhan berfirman, “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.” (Yesaya 7:4).
Di saat-saat ketakutan menyerang ingatlah firman Tuhan dan Dia selalu berada di pihak kita. Agar beroleh kekuatan kembali kita harus percaya kepada janji firmanNya, sebab “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” (Yesaya 7:9b).
Seberat apa pun pergumulan kita, jangan takut! Tetaplah bersandar pada Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)