- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2010 -
Baca: Yesaya 7:1-9
“Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini,....” Yesaya 7:4
Pernahkan Saudara merasa takut? Setiap manusia pasti pernah mengalami ketakutan, entah karena persoalan keluarga, sakit-penyakit, bisnis, karir, studi, pasangan hidup dan sebagainya. Yang membedakan adalah ada orang yang dapat menguasai diri terhadap rasa takut yang melanda, namun ada pula orang terus tenggelam dalam ketakutan.
Ketakutan tidak hanya dialami orang-orang dunia, namun orang Kristen pun sering ditimpa rasa takut. Bahkan nabi Elia yang diurapi Tuhan juga pernah mengalami ketakutan yang luar biasa karena gertakan seorang wanita (Izebel). Padahal sebelumnya Elia sudah berhasil membunuh 450 orang nabi Baal. Untunglah akhirnya dia kuat kembali karena Tuhan meneguhkan hatinya. Yesus juga pernah mengalami ketakutan ketika menghadapi cawan dosa sampai Ia berkata, “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya...” (Matius 26:38). Namun Ia pun berhasil mengalahkan rasa takut itu dan berhasil menunaikan rencana Bapa dalam penebusan manusia. Alkitab mencatat: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama,” (Filipi 2:8-9).
Dalam ketakutan yang kita alami pastilah Tuhan menguatkan kita dengan firmanNya. Ketika raja Ahas mendengar bahwa raja Aram hendak menyerang dan sudah berkemah di wilayah Efraim, “...hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pobhon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.” (Yesaya 7:2). Kemudian melalui Yesaya Tuhan berfirman, “Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.” (Yesaya 7:4).
Di saat-saat ketakutan menyerang ingatlah firman Tuhan dan Dia selalu berada di pihak kita. Agar beroleh kekuatan kembali kita harus percaya kepada janji firmanNya, sebab “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” (Yesaya 7:9b).
Seberat apa pun pergumulan kita, jangan takut! Tetaplah bersandar pada Tuhan.
Tuesday, April 20, 2010
Monday, April 19, 2010
POKOK ANGGUR DAN RANTINGNYA (2)
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2010 -
Baca: Galatia 5:16-26
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Galatia 5:22-23a
Setiap ranting tidak dapat dipisahkan dari pokok, begitu pula pokok memerlukan ranting-ranting untuk menghasilkan buah. Ranting-ranting diciptakan hanya untuk satu tujuan yaitu menghasilkan buah yang berasal dari pokok. Jadi, sumber kehidupan ranting-ranting itu adalah dari pokok. Ranting-ranting tidak akan berarti apa-apa dan tak memiliki suatu apa pun bila ia terpisah dari pokoknya. Ranting-ranting sepenuhnya tergantung pada pokoknya, “...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5b). Begitu pula kita, di luar Kristus kita tak berarti dan tak dapat berbuat apa-apa. 3. Buah-buah yang dihasikan haruslah sejalan dengan karakter Allah seperti yang tertulis dalam ayat nas di atas yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tujuan utama hidup kita sebagai ranting-ranting ialah menghasilkan buah bagi pokok itu. Inilah satu-satunya cara menyenangkan hati Allah. Ranting-ranting yang melekat dan bersatu dengan pokoknya bukannya boleh sekedar sanggup berbuah, tapi harus berbuah. Bila tidak berbuah kita akan ‘dipotongNya’. Apalagi bila kita tidak ‘tinggal’ di dalam pokok, kita akan dibuang, dicampakkan ke dalam api dan dibakar. Betapa sengsaranya bila seseorang tercampak ke dalam api karena padanya tidak ada harapan lagi untuk melepaskan diri dari penghukuman kekal ini.
Berbuah banyak adalah cara memuliakan Allah. Pengusaha kebun anggur pasti bersukacita bila ranting-anting berbuah lebat. “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.” (ayat 8). Bagaimana membuktikan bahwa seseorang adalah murid Kristus? Ia pastilah berbuah-buah kebenaran dan harus dapat membuktikan bahwa buah itu berasal dari Roh Kudus. Bila buah-buah itu bertentangan dengan kategori ini maka sudah jelas bukan berasal dari Kristus. “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Matius 12:33).
Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan! Matius 3:8
Baca: Galatia 5:16-26
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Galatia 5:22-23a
Setiap ranting tidak dapat dipisahkan dari pokok, begitu pula pokok memerlukan ranting-ranting untuk menghasilkan buah. Ranting-ranting diciptakan hanya untuk satu tujuan yaitu menghasilkan buah yang berasal dari pokok. Jadi, sumber kehidupan ranting-ranting itu adalah dari pokok. Ranting-ranting tidak akan berarti apa-apa dan tak memiliki suatu apa pun bila ia terpisah dari pokoknya. Ranting-ranting sepenuhnya tergantung pada pokoknya, “...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5b). Begitu pula kita, di luar Kristus kita tak berarti dan tak dapat berbuat apa-apa. 3. Buah-buah yang dihasikan haruslah sejalan dengan karakter Allah seperti yang tertulis dalam ayat nas di atas yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tujuan utama hidup kita sebagai ranting-ranting ialah menghasilkan buah bagi pokok itu. Inilah satu-satunya cara menyenangkan hati Allah. Ranting-ranting yang melekat dan bersatu dengan pokoknya bukannya boleh sekedar sanggup berbuah, tapi harus berbuah. Bila tidak berbuah kita akan ‘dipotongNya’. Apalagi bila kita tidak ‘tinggal’ di dalam pokok, kita akan dibuang, dicampakkan ke dalam api dan dibakar. Betapa sengsaranya bila seseorang tercampak ke dalam api karena padanya tidak ada harapan lagi untuk melepaskan diri dari penghukuman kekal ini.
Berbuah banyak adalah cara memuliakan Allah. Pengusaha kebun anggur pasti bersukacita bila ranting-anting berbuah lebat. “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.” (ayat 8). Bagaimana membuktikan bahwa seseorang adalah murid Kristus? Ia pastilah berbuah-buah kebenaran dan harus dapat membuktikan bahwa buah itu berasal dari Roh Kudus. Bila buah-buah itu bertentangan dengan kategori ini maka sudah jelas bukan berasal dari Kristus. “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Matius 12:33).
Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan! Matius 3:8
Subscribe to:
Posts (Atom)