Sunday, April 18, 2010

POKOK ANGGUR DAN RANTINGNYA (1)

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 April 2010 -

Baca: Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Yohanes 15:5

Di Israel, perkebunan anggur menjadi kebanggaan seluruh warganya. Dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa-bangsa, lalu Kautanam pohon itu. Engkau telah menyediakan tempat bagi dia, maka berakarlah ia dalam-dalam dan memenuhi negeri; gunung-gunung terlindungi oleh bayang-bayangnya,” (Mazmur 80:9-11a).

Tuhan mengambil perumpamaan pokok anggur dengan arti rohani yang luas, berbicara tentang semua orang percaya. Dia berkata, “Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Dari ayat ini kita ketahui bahwa ‘pembersihan’ merupakan metode yang Allah kerjakan untuk merangsang pertumbuhan setiap ranting, sehingga pada saatnya dapat menghasilkanj buah secara produktif. ‘Ranting-ranting’ itu berbicara tentang kita sebagai orang Kristen. Ketika dibersihkan kita akan merasakan sakit dan tidak enak, namun kita harus beajar bekerja sama dalam proses pembersihan tangan Ilahi ini apabila kita ingin menghasilkan buah seperti Kristus.

Dari perumpamaan ini kita memperoleh pelajaran penting: 1. Tuhan Yesus adalah pokok anggur yang benar. Jadi, apabila kita memiliki pokok anggur lain bisa dipastikan kualitasnya tidak sebaik pokok anggur yang benar itu, dan tak mungkin ia akan mengeluarkan ranting berbuah baik pula. Tuhan menekankan Akulah, sebab di luar Dia tidak ada kehidupan. Ini mengacu kepada perkataanNya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6). 2. Bapa adalah pengusahanya. Berhasil tidaknya suatu perkebunan anggur sangat bergantung sepenuhnya pada keahlian pengusahanya. Ranting-ranting memerlukan sentuhan tangan kasih Bapa agar menghasilkan buah yang lebat. Bapalah yang pertama mengambil tindakan kasih itu dengan cara “...mengaruniakan AnakNya yang tunggul, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).  (Bersambung)

Saturday, April 17, 2010

DOA: Berkuasa dan mendatangkan mujizat

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 April 2010 -

Baca: Kisah Para Rasul 12:1-19

“Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.” Kisah 12:5

Menjadi orang Kristen harus mau menderita: “...kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,” (Filipi 1:29). Penderitaan ini dialami juga oleh orang-orang Kristen di zaman para rasul.

Ketika raja Herodes memerintah terjadilah kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang percaya. Herodes dengan kejamnya menganiaya dan membunuh orang-orang Kristen. “Ia (Herodes) menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang.” (Kisah 12:2). Kemudian Herodes juga menangkap dan memenjarakan Petrus, “...di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit.” (ayat 4). Tidak dapat dibayangkan seperti apa perasaan Petrus ketika itu karena ia pasti akan bernasib sama seperti Yakobus karena ia dikawal dengan ketat oleh para prajurit Herodes, lagi pula kaki dan tangan Petrus dibelenggu dengan rantai yang kuat. Secara manusia habislah sudah harapan Petrus menikmati hidup. Kematian sudah di depan mata. Ia letih dan tak berdaya yang membuatnya tertidur. Petrus hanya bisa berserah penuh kepada Tuhan.

Mungkin saat ini kita mengalami hal yang sama seperti Petrus: terbelenggu rantai yang kuat, terbelenggu berbagai macam persoalan hidup (penyakit, krisis, dosa, tradisi dan lain-lain). Hidup seperti dalam penjara, tak berdaya dan tanpa harapan karena tak seorang pun memperhatikan dan menolong kita. Petrus pun tak dapat bergerak untuk lepas dan esok hari kematian pasti dialaminya. Namun ajaib, Petrus mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa, mujizat yang sama sekali tak terpikir oleh akal manusia terjadilah! Semua karena doa dari jemaat seperti tertulis: “Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.” Bukan sembarang doa, tapi doa yang tekun dan penuh iman. Karena ketekunannya tergeraklah sorga dan kuasa Allah pun bekerja. Dia mengirimkan malaikatNya untuk melepaskan semua belenggu yang mengikat Petrus (ayat 7:8).

Apabila Tuhan turun tangan tak ada yang mustahil bagiNya! Amin.