- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2010 -
Baca: Wahyu 16:1-21
“Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak.” Wahyu 16:13
Di alam roh, peperangan antara roh jahat dan Roh Kebenaran akan selalu terjadi sampai pada akhir dari segalanya. Peperangan di pihak manusia bermula di Taman Eden ketika Iblis berhasil mempedaya Adam dan Hawa untuk melanggar perintah Allah dan mendesak manusia untuk berjalan menurut jalannya sendiri seperti kata nabi Yesaya, “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambi jalannya sendiri,...” (Yesaya 53:6) dan “...segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” (Kejadian 6:5).
Peperangan ini akan terus berlangsung sampai kekuatan raja palsu runtuh dan Raja Yang Benar yaitu Tuhan Yesus Kristus duduk di tahta Kerajaan. Dalam Alkitab dikatakan bahwa sampai saat ini terdapat dua trinitas yang saling berlawanan yaitu Trinitas Allah (Bapa, Putera dan Roh Kudus) dan trinitas palsu yang diinginkan Iblis agar kita memujanya sebagai pengganti Trinitas Allah. Trinitas yang palsu dan jahat itu adalah Iblis, antikris dan nabi palsu seperti yang dinyatakan Yohanes dalam Wahyu 16:13 ini. Tiga roh najis ini pun mempunyai kuasa dan dapat melakukan berbagai macam perbuatan-perbuatan ajaib sehingga banyak manusia di akhir zaman ini percaya, terpedaya dan akhirnya mengikuti jalan yang sesat itu menuju kebinasaan kekal. Rasul Yohanes berkata, “Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.” (Wahyu 16:14).
Kita harus selalu waspada dan berjaga-jaga karena setiap saat kita tak terlepas dari incaran kuasa jahat yang selalu berusaha mencobai, menghasut, menipu dan menghancurkan kita. Di sisi lain selalu berdiri di dekat kita Yesus yang penuh kasih dan kemurahan, senantiasa menunggu kita berbalik padaNya dan mohon pertolonganNya. Ia akan memberikan kuasa IlahiNya untuk melawan kuasa Iblis. Kita harus memilih satu di antara kuasa ini: Tuhan atau Iblis; tak seorang pun dapat hidup di antara keduanya.
Yesus berkata, “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam percobaan.” Lukas 22:40
Thursday, April 15, 2010
Wednesday, April 14, 2010
BERAWAL DARI ORANG LUMPUH
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2010 -
Baca: Kisah Para Rasul 14:1-20
“Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup,...” Kisah 14:15
Dalam perjalannya memberitakan Injil, sampailah Paulus dan Barnabas di suatu tempat yaitu Listra. Di Listra ada orang yang lumpuh sejak lahir dan belum pernah sekali pun dapat berjalan. Saat berbicara dan menatap orang lumpuh itu Paulus melihat dengan mata rohaninya bahwa orang itu memiliki iman untuk disembuhkan. Oleh karena itu Paulus menyuruh orang itu berdiri tegak di atas kakinya, dan muijizat pun terjadilah: “...orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.” (ayat 10b).
Ketika orang banyak melihat apa yang diperbuat Paulus, mereka mengelu-elukannya dan menyangka bahwa Paulus dan Barnabas bukanlah manusia biasa, melainkan titisan dewa. Kata mereka, “Dewa-dewa telah turun di tengah-tengah kita dalam rupa manusia. Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara.” (ayat 11-12). Orang-orang memuja kedua rasul ini dan mempersembahkan korban (lembu jantan dan karangan bunga). Tetapi Paulus dan Barnabas menolak persembahan itu dan menjelaskan bahwa ia dan Barnabas adalah manusia biasa, bukan dewa. Kedatangan keduanya di Listra tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk memberitakan Injil agar mereka berbalik kepda Allah yang benar. Paulus tidak ingin mencuri kemuliaan Tuhan dengan membiarkan orang banyak itu memuja dia dan menganggapnya dewa. Paulus sadar bahwa yang membuat orang lumpuh itu berjalan bukanlah kesaktiannya, melainkan karena kuasa Tuhan yang bekerja.
Sikap seperti Paulus inilah yang juga harus dimiliki para pelayan Tuhan saat ini. Janganlah kita bermegah dan puas atas sanjungan orang terhadap apa yang kita kerjakan. Yang berhak mendapatkan sanjungan, pujian dan kehormatan hanyalah Tuhan saja, dan kita hanyalah alat yang dipakaiNya. Janganlah sampai ada motivasi yang terselubung di balik pelayanan kita. Paulus, selain dipuja-puja, pada saat yang bersamaan juga dilempari batu orang banyak karena hasutan orang-orang Yahudi yang membenci pelayanannya (ayat 19).
Milikilah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, seperti Paulus!
Baca: Kisah Para Rasul 14:1-20
“Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup,...” Kisah 14:15
Dalam perjalannya memberitakan Injil, sampailah Paulus dan Barnabas di suatu tempat yaitu Listra. Di Listra ada orang yang lumpuh sejak lahir dan belum pernah sekali pun dapat berjalan. Saat berbicara dan menatap orang lumpuh itu Paulus melihat dengan mata rohaninya bahwa orang itu memiliki iman untuk disembuhkan. Oleh karena itu Paulus menyuruh orang itu berdiri tegak di atas kakinya, dan muijizat pun terjadilah: “...orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.” (ayat 10b).
Ketika orang banyak melihat apa yang diperbuat Paulus, mereka mengelu-elukannya dan menyangka bahwa Paulus dan Barnabas bukanlah manusia biasa, melainkan titisan dewa. Kata mereka, “Dewa-dewa telah turun di tengah-tengah kita dalam rupa manusia. Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara.” (ayat 11-12). Orang-orang memuja kedua rasul ini dan mempersembahkan korban (lembu jantan dan karangan bunga). Tetapi Paulus dan Barnabas menolak persembahan itu dan menjelaskan bahwa ia dan Barnabas adalah manusia biasa, bukan dewa. Kedatangan keduanya di Listra tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk memberitakan Injil agar mereka berbalik kepda Allah yang benar. Paulus tidak ingin mencuri kemuliaan Tuhan dengan membiarkan orang banyak itu memuja dia dan menganggapnya dewa. Paulus sadar bahwa yang membuat orang lumpuh itu berjalan bukanlah kesaktiannya, melainkan karena kuasa Tuhan yang bekerja.
Sikap seperti Paulus inilah yang juga harus dimiliki para pelayan Tuhan saat ini. Janganlah kita bermegah dan puas atas sanjungan orang terhadap apa yang kita kerjakan. Yang berhak mendapatkan sanjungan, pujian dan kehormatan hanyalah Tuhan saja, dan kita hanyalah alat yang dipakaiNya. Janganlah sampai ada motivasi yang terselubung di balik pelayanan kita. Paulus, selain dipuja-puja, pada saat yang bersamaan juga dilempari batu orang banyak karena hasutan orang-orang Yahudi yang membenci pelayanannya (ayat 19).
Milikilah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, seperti Paulus!
Subscribe to:
Posts (Atom)