- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2010 -
Baca: Kisah Para Rasul 14:1-20
“Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup,...” Kisah 14:15
Dalam perjalannya memberitakan Injil, sampailah Paulus dan Barnabas di suatu tempat yaitu Listra. Di Listra ada orang yang lumpuh sejak lahir dan belum pernah sekali pun dapat berjalan. Saat berbicara dan menatap orang lumpuh itu Paulus melihat dengan mata rohaninya bahwa orang itu memiliki iman untuk disembuhkan. Oleh karena itu Paulus menyuruh orang itu berdiri tegak di atas kakinya, dan muijizat pun terjadilah: “...orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.” (ayat 10b).
Ketika orang banyak melihat apa yang diperbuat Paulus, mereka mengelu-elukannya dan menyangka bahwa Paulus dan Barnabas bukanlah manusia biasa, melainkan titisan dewa. Kata mereka, “Dewa-dewa telah turun di tengah-tengah kita dalam rupa manusia. Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara.” (ayat 11-12). Orang-orang memuja kedua rasul ini dan mempersembahkan korban (lembu jantan dan karangan bunga). Tetapi Paulus dan Barnabas menolak persembahan itu dan menjelaskan bahwa ia dan Barnabas adalah manusia biasa, bukan dewa. Kedatangan keduanya di Listra tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk memberitakan Injil agar mereka berbalik kepda Allah yang benar. Paulus tidak ingin mencuri kemuliaan Tuhan dengan membiarkan orang banyak itu memuja dia dan menganggapnya dewa. Paulus sadar bahwa yang membuat orang lumpuh itu berjalan bukanlah kesaktiannya, melainkan karena kuasa Tuhan yang bekerja.
Sikap seperti Paulus inilah yang juga harus dimiliki para pelayan Tuhan saat ini. Janganlah kita bermegah dan puas atas sanjungan orang terhadap apa yang kita kerjakan. Yang berhak mendapatkan sanjungan, pujian dan kehormatan hanyalah Tuhan saja, dan kita hanyalah alat yang dipakaiNya. Janganlah sampai ada motivasi yang terselubung di balik pelayanan kita. Paulus, selain dipuja-puja, pada saat yang bersamaan juga dilempari batu orang banyak karena hasutan orang-orang Yahudi yang membenci pelayanannya (ayat 19).
Milikilah motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, seperti Paulus!
Wednesday, April 14, 2010
Tuesday, April 13, 2010
BERTINDAKLAH, JANGAN DIAM SAJA!
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2010 -
Baca: 2 Raja-Raja 7:1-11
“Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: ‘Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?” 2 Raja-Raja 7:3
Ketika kota Samaria terkepung oleh pasukan Aram, hubungan dengan dunia luar terputus. Tidak bisa dibayangkan betapa menderitanya bila kita berada di suatu daerah yang terisolasi dari dunia luar. Akibatnya “...terjadilah kelaparan hebat di Samaria selama mereka (tentara Aram) mengepungnya,...” (2 Raja-Raja 6:25).
Bukan hanya orang miskin yang menderita dan terancam mati kelaparan, tetapi orang yang berduit pun sama keadaannnya. Lalu Elisa (abdi Allah) bernubuat tentang keadaan kota ini, “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” (2 Raja-Raja 7:1). Mendengar nubuatan itu perwira raja tidak percaya dan malah mengejek Elisa, “Sekalipun Tuhan membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?’ Jawab abdi Allah: ‘Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.’ “ (2 Raja- Raja 7:2).
Ada empat orang kusta tinggal di luar pintu gerbang dan sama sekai tidak tau nubuatan Elisa. Mereka sangat menderita bukan saja karena penyakit yang menyerangnya, tetapi juga karena perut mereka diserang rasa lapar yang hebat. Tinggal menunggu waktu saja, kematian pasti akan menjemput! Namun mereka tidak menyerah pada keadaan. Salah seorang dari mereka berkata, “Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati.” (2 Raja-Raja 7:3b-4). Dalam keadaan tak berdaya mereka bertindak dan berusaha.
Banyak anak Tuhan ketika dalam masalah berat dan menemui jalan buntu cenderung menyerah pada keadaan dan tidak mau membuat tindakan iman. Akhirnya mereka tidak mengalami pemulihan dan malah kian terpuruk.
Dalam masalah? Jangan diam saja dan menyerah, carilah Tuhan dengan segenap hati, Dia akan menolong!
Baca: 2 Raja-Raja 7:1-11
“Empat orang yang sakit kusta ada di depan pintu gerbang. Berkatalah yang seorang kepada yang lain: ‘Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati?” 2 Raja-Raja 7:3
Ketika kota Samaria terkepung oleh pasukan Aram, hubungan dengan dunia luar terputus. Tidak bisa dibayangkan betapa menderitanya bila kita berada di suatu daerah yang terisolasi dari dunia luar. Akibatnya “...terjadilah kelaparan hebat di Samaria selama mereka (tentara Aram) mengepungnya,...” (2 Raja-Raja 6:25).
Bukan hanya orang miskin yang menderita dan terancam mati kelaparan, tetapi orang yang berduit pun sama keadaannnya. Lalu Elisa (abdi Allah) bernubuat tentang keadaan kota ini, “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” (2 Raja-Raja 7:1). Mendengar nubuatan itu perwira raja tidak percaya dan malah mengejek Elisa, “Sekalipun Tuhan membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?’ Jawab abdi Allah: ‘Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.’ “ (2 Raja- Raja 7:2).
Ada empat orang kusta tinggal di luar pintu gerbang dan sama sekai tidak tau nubuatan Elisa. Mereka sangat menderita bukan saja karena penyakit yang menyerangnya, tetapi juga karena perut mereka diserang rasa lapar yang hebat. Tinggal menunggu waktu saja, kematian pasti akan menjemput! Namun mereka tidak menyerah pada keadaan. Salah seorang dari mereka berkata, “Mengapakah kita duduk-duduk di sini sampai mati? Jika kita berkata: Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram. Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati.” (2 Raja-Raja 7:3b-4). Dalam keadaan tak berdaya mereka bertindak dan berusaha.
Banyak anak Tuhan ketika dalam masalah berat dan menemui jalan buntu cenderung menyerah pada keadaan dan tidak mau membuat tindakan iman. Akhirnya mereka tidak mengalami pemulihan dan malah kian terpuruk.
Dalam masalah? Jangan diam saja dan menyerah, carilah Tuhan dengan segenap hati, Dia akan menolong!
Subscribe to:
Posts (Atom)