- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2010 -
Baca: Efesus 3:1-13
“Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,” Efesus 3:8
Rasul Paulus adalah salah seorang tokoh besar di dalam Alkitab. Pelayanannya dalam memberitakan Injil sangat luar biasa. Di tengah berbagai kesulitan, penderitaan, aniaya, dirajam, dan ancaman penjara sekali pun tidak membuat ia lemah dan tawar hati. Justru di tengah penderitaan dan berbagai tantangan yang dihadapi, Paulus memiliki kekuatan yang begitu besar sehingga ia mampu bertahan. Bahkan kehidupannya menjadi berkat bagi banyak orang; ia memotivasi dan memberikan nasihat kepada jemaat yang dilayaninya seperti yang ia tunjukkan kepada jemaat di Efesus.
Paulus menyadari bahwa ia adalah orang yang paling hina dan merasa tidak layak menjadi seorang rasul jika dibandingkan dengan rasul lainnya. “...aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1 Korintus 15:9). Namun ia tidak rendah diri, sebaliknya justru berbangga karena ia dipilih dan dipercaya untuk mengalami seluruh kekayaan Kristus yang tidak terselami manusia. Paulus bersyukur karena Tuhan berkenan memakai dirinya untuk mejalankan Amanat Agung. Seorang yang sangat kecil dan begitu hina, namun beroleh kesempatan untuk menjadi orang pilihan Tuhan. Semua karena anugerah Tuhan semata, bukan karena ia pandai dan begitu hebat. Ini terlihat dari perubahan namanya: Saulus (yang besar dan kuat) berubah menjadi Paulus (si kecil dan lemah).
Begitu juga kita, siapakah kita ini di hadapan Tuhan? Kita adalah orang berdosa dan sangat hina, namun oleh karena kasihNya kita diselamatkan seperti tertulis: “...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus,...” (1 Petrus 1:18-19).
“dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, untuk dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,” 1 Korintus 1:28
Sunday, April 11, 2010
Saturday, April 10, 2010
KERINDUAN BERSEKUTU
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2010 -
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
“...Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” 1 Yohanes 1:7
Tuhan adalah terang, sehingga siapa pun yang hidup dalam Dia akan hidup dalam terang itu. Dan “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” (ayat 6). Jadi, orang Kristen yang ada dalam Kristus akan selalu rindu bersekutu denganNya dan saudara-saudara seiman lainnya.
Lalu, di manakah dan bagaimanakah kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain? Apakah di acara-acara pernikahan atau ulang tahun? Di tempat-tempat olahraga atau gedung bioskop? Persekutuan seorang dengan yang lain adalah di tempat ibadah atau Bait Allah. Tanpa disadari banyak orang Kristen tak lagi rindu berada di bait Tuhan karena waktunya tersita oleh kesibukan atau kegiatan non rohani. Padahal “Tuhan ada di dalam baitNya yang kudus;” (Mazmur 11:4a). Tuhan memberikan waktu 24 jam sehari. Berapa jam kita pergunakan untuk bersekutu dengan Tuhan? Lalu, berapa jam yang kita habiskan duduk-duduk di depan TV atau nongkrong dengan teman di tempat lain? Seringkali kita berkata, “Aku tidak bisa ke gereja, anak-anak masih kecil, tidak ada pembantu.” Bila roh kita benar-benar merindukan hadiratNya kita dapat datang ke rumah Tuhan di hari Minggu. Disana kita akan mengalami hadiratNya, bersekutu dengan Roh Kudus dan orang-orang beriman lainnya.
Selagi kita sehat dan keadaan baik, pergunakanlah waktu beribadah dengan sungguh. Janganlah hal-hal lain -kesibukan di rumah dan anak- menjadi penghalang berbakti kepada Tuhan. Jangan jadikan itu berhala. Kalau ketika sehat dan baik kita malas dan tidak sungguh-sungguh mencari hadiratNya, bagaimana nanti jika Iblis menyerang kita dengan sakit-penyakit dan permasalahan? Mari belajar dari jemaat mula-mula yang sangat mengasihi Tuhan, setiap hari “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.” (Kisah 2:42a).
Lebih baik sehari di rumah Nya daripada seribu hari di tempat lain (baca Mazmur 84:11).
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
“...Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” 1 Yohanes 1:7
Tuhan adalah terang, sehingga siapa pun yang hidup dalam Dia akan hidup dalam terang itu. Dan “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” (ayat 6). Jadi, orang Kristen yang ada dalam Kristus akan selalu rindu bersekutu denganNya dan saudara-saudara seiman lainnya.
Lalu, di manakah dan bagaimanakah kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain? Apakah di acara-acara pernikahan atau ulang tahun? Di tempat-tempat olahraga atau gedung bioskop? Persekutuan seorang dengan yang lain adalah di tempat ibadah atau Bait Allah. Tanpa disadari banyak orang Kristen tak lagi rindu berada di bait Tuhan karena waktunya tersita oleh kesibukan atau kegiatan non rohani. Padahal “Tuhan ada di dalam baitNya yang kudus;” (Mazmur 11:4a). Tuhan memberikan waktu 24 jam sehari. Berapa jam kita pergunakan untuk bersekutu dengan Tuhan? Lalu, berapa jam yang kita habiskan duduk-duduk di depan TV atau nongkrong dengan teman di tempat lain? Seringkali kita berkata, “Aku tidak bisa ke gereja, anak-anak masih kecil, tidak ada pembantu.” Bila roh kita benar-benar merindukan hadiratNya kita dapat datang ke rumah Tuhan di hari Minggu. Disana kita akan mengalami hadiratNya, bersekutu dengan Roh Kudus dan orang-orang beriman lainnya.
Selagi kita sehat dan keadaan baik, pergunakanlah waktu beribadah dengan sungguh. Janganlah hal-hal lain -kesibukan di rumah dan anak- menjadi penghalang berbakti kepada Tuhan. Jangan jadikan itu berhala. Kalau ketika sehat dan baik kita malas dan tidak sungguh-sungguh mencari hadiratNya, bagaimana nanti jika Iblis menyerang kita dengan sakit-penyakit dan permasalahan? Mari belajar dari jemaat mula-mula yang sangat mengasihi Tuhan, setiap hari “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.” (Kisah 2:42a).
Lebih baik sehari di rumah Nya daripada seribu hari di tempat lain (baca Mazmur 84:11).
Subscribe to:
Posts (Atom)