- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 April 2010 -
Baca: Mazmur 104:10-30
“Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.” Mazmur 104:27
Mazmur ini mengisahkan pujian syukur yang dinaikkan segala ciptaan Tuhan kepada Penciptanya atas segala kebaikan dan rahmat yang senantiasa Dia limpahkan kepada mereka. Burung-burung, binatang-binatang di padang, kambing-kambing hutan, singa-singa muda, dan juga manusia, masing-masing menjalankan pekerjaannya; termasuk pula samudera luas dan segala binatang laut besar kecil yang tak terhitung. Kesemuanya sangat membutuhkan makanan atau rejeki dari Tuhan. Ini menunjukkan hubungan antara seluruh makhluk ciptaan Tuhan dengan Penciptanya, dan ketergantungan mereka yang tak kunjung putus di sepanjang masa kepada Tuhan seperti dikatakan, “Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.”
Ini berarti Tuhan tidak pernah berhenti bekerja; sebagaimana Dia menciptakan mereka, demikian pula Dia tetap memelihara mereka. Semua makhluk mutlak bergantung sepenuhnya kepada kemurahan Tuhan untuk mempertahankan hidup. “Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan.” (ayat 23). Paulus menasihati, “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2 Tesalonika 3:10b).
Tetapi dalam segala perkara manusia harus bersandar kepada pertolongan dan rahmat Tuhan. Jangan sekali-kali “...kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan,...” (Ulangan 8:17). Jadi tidak seharusnya kita sombong atau memegahkan diri, karena tanpa Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Mari belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan sambil terus menanti-nantikan Dia!
Thursday, April 8, 2010
Wednesday, April 7, 2010
JANGAN MENUNTUT BALAS, ITU HAK TUHAN
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 April 2010 -
Baca: Bilangan 12:1-16
“Lalu berserulah Musa kepada Tuhan: ‘Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.” Bilangan 12:13
Alkitab mencatat, “...Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” (ayat 3). Karena kelembutan hatinya ini Musa sama sekali tidak marah atau dendam ketika Miryam dan Harun mengatai-ngatainya perihal perkawinannya dengan perempuan Kusy. Mereka juga berkata, “Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” (ayat 2a, b).
Meskipun dihina begitu rupa, tak sepatah kata pun terlontar dari mulut Musa sebagai pembelaan atas dirinya. Namun Tuhan tidak pernah tinggal diam; Dia mengetahui apa yang terjadi dan Dia sendirilah yang membela Musa, kataNya, “...hambaKu Musa, seorang yang setia dalam segenap rumahKu. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hambaKu Musa?” (ayat 7-8). Akibat mengata-ngatai dan menghina orang yang dipakai Tuhan, Miryam harus menanggung akibatnya, ia terkena kusta. Dalam hal ini Musa seolah-olah menjadi penonton saja antara Miryam, Harun dan Tuhan. Musa tidak pernah menuntut balas sedikit pun! Karena “Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:19b). Musa mengampuni Miryam, bahkan siap berdoa untuk kesembuhan Miryam. Bisa saja ia berkata, “Mengapa engkau tidak berdoa sendiri kepada Tuhan? Bukankah kau berkata bahwa Tuhan juga berkata-kata lewat engkau?” Tetapi Musa bersikap seperti Kristus yang juga berdoa dan memberikan pengampujnan kepada orang-orang yang menangkap, menganiaya dan menyalibkanNya. Doa Musa, “Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.” (Bilangan 12:13). Tuhan menyembuhkan Miryam setelah tujuh hari kemudian.
Sikap Musa ini menunjukkan bagaimana seharusnya orang Kristen berperilaku. Adakah kita memiliki kasih dan hati yang mau mengampuni orang lain?
Jangan sekali-kali membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Matius 5:44
Baca: Bilangan 12:1-16
“Lalu berserulah Musa kepada Tuhan: ‘Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.” Bilangan 12:13
Alkitab mencatat, “...Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” (ayat 3). Karena kelembutan hatinya ini Musa sama sekali tidak marah atau dendam ketika Miryam dan Harun mengatai-ngatainya perihal perkawinannya dengan perempuan Kusy. Mereka juga berkata, “Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” (ayat 2a, b).
Meskipun dihina begitu rupa, tak sepatah kata pun terlontar dari mulut Musa sebagai pembelaan atas dirinya. Namun Tuhan tidak pernah tinggal diam; Dia mengetahui apa yang terjadi dan Dia sendirilah yang membela Musa, kataNya, “...hambaKu Musa, seorang yang setia dalam segenap rumahKu. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hambaKu Musa?” (ayat 7-8). Akibat mengata-ngatai dan menghina orang yang dipakai Tuhan, Miryam harus menanggung akibatnya, ia terkena kusta. Dalam hal ini Musa seolah-olah menjadi penonton saja antara Miryam, Harun dan Tuhan. Musa tidak pernah menuntut balas sedikit pun! Karena “Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Roma 12:19b). Musa mengampuni Miryam, bahkan siap berdoa untuk kesembuhan Miryam. Bisa saja ia berkata, “Mengapa engkau tidak berdoa sendiri kepada Tuhan? Bukankah kau berkata bahwa Tuhan juga berkata-kata lewat engkau?” Tetapi Musa bersikap seperti Kristus yang juga berdoa dan memberikan pengampujnan kepada orang-orang yang menangkap, menganiaya dan menyalibkanNya. Doa Musa, “Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.” (Bilangan 12:13). Tuhan menyembuhkan Miryam setelah tujuh hari kemudian.
Sikap Musa ini menunjukkan bagaimana seharusnya orang Kristen berperilaku. Adakah kita memiliki kasih dan hati yang mau mengampuni orang lain?
Jangan sekali-kali membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Matius 5:44
Subscribe to:
Posts (Atom)