Saturday, September 19, 2009

Berdoa Secara Teratur

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 September 2009 -

Baca: Lukas 22:39-46

"Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia." Lukas 22:39

Beberapa waktu yang lalu telah ditulis bagaimana Yesus telah memberikan satu teladan kepada kita tentang kehidupan doaNya, di mana Dia senantiasa menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan Bapa saat pagi masih gelap. BagiNya Bapa adalah segalanya. Keintiman dengan Bapa inilah yang menjadi kekuatan dalam pelayanan Yesus. Alkitab tidak pernah mencatat Yesus merasa bosan atau jemu berdoa. Justru Dia begitu teguh menjalankan waktu-waktu tetapNya berdua dengan Bapa dalam doa.
Berbicara kepada Bapa melalui doa bukalah sekedar rutinitas atau kebiasaan bagi Yesus, melainkan suatu kerinduan yang dalam untuk bertemu, memandang wajahNya dan memahami kehendakNya karena, "...Aku hidup oleh Bapa," kata Yesus (Yohanes 6:57). Saat berada di Yerusalem Tuhan Yesus biasa berdoa di taman Getsemani di bukit Zaitun. Kata biasa menunjukkan keteraturan (rutinitasNya) berdoa di situ. Di tempat itu pula Dia sering berkumpul dengan murid-muridNya. Tuhan Yesus sangat disiplin dalam hal waktu; Ia berdoa secara teratur di pagi hari guna mempersiapkan hati dan mempertajam kepekaanNya terhadap kehendak Bapa.
Hal ini juga dilakukan Daud, seperti katanya, "Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!" (Mazmur 57:9). Daud mencari hadirat Tuhan terlebih dahulu sebelum memulai segala sesuatu. Daniel pun memiliki tempat dan waktu khusus di mana ia secara teratur berdoa. "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11b). Inilah kekuatan Daniel sehingga ia tetap berkemenangan meski berada dalam situasi-situasi gawat, contohnya di saat raja Darius melarang seluruh rakyatnya menyembah apa pun selain kepadanya. Siapa pun yang melanggar titah raja akan menanggung akibatnya! Namun Daniel memiliki keberanian berkata tidak! Kehidupan Daniel menjadi kesaksian karena dia sangat dekat dengan Allah melalui jam-jam doanya. Bagaimana dengan kita?

Berdoa teratur dan disiplin adalah kunci memiliki hidup berkemenangan!

Friday, September 18, 2009

Bersekutu Dengan Roh Kudus

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2009 -

Baca: Kisah Para Rasul 5:26-42

"Dan kami (rasul-rasul) adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia." Kisah 5:32

Kehidupan rohani orang Kristen yang benar pasti mengalami pertumbuhan (tidak stagnan), makin hari makin bertumbuh dewasa. Itulah yang dikehendaki Tuhan. Untuk mencapai kedewasaan rohani tidak dapat kita upayakan dengan kekuatan sendiri, mau tidak mau kita harus melibatkan Roh Kudus dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Alkitab banyak sekali menceritakan tokoh-tokoh yang mengalami dan melakukan perkara-perkara yang luar biasa oleh karena penyertaan Roh Kudus. Saat ini Allah memberikan Roh Kudus kepada kita sebagai Pribadi yang senantiasa menyertai dan menolong kehidupan orang percaya. Tuhan juga hendak memakai setiap kita dengan luar biasa sesuai dengan rencanaNya, asalkan kita mau membuka hati dan bersekutu dengan Roh Kudus. Namun masih banyak anak Tuhan yang tidak menyadari kehadiran Roh Kudus, bahkan tidak mengijinkan Roh Kudus masuk dalam kehidupannya. Jangankan bersekutu dengan Roh Kudus, kesadaran untuk bersekutu dengan Tuhan pun sudah tidak ada lagi. Maka tidaklah mengherankan bila mereka tidak pernah mengalami terobosan baru, hidupnya biasa-biasa saja, monoton, jatuh bangun dalam dosa dan tidak punya 'nilai lebih'. Apabila kita ingin mendapatkan kasih karunia Allah dan berkemangan dalam hidup, firman Tuhan mengajarkan agar kita membangun persekutuan dengan Roh Kudus. Tuhan ingin agar kita bersahabat dengan Roh Kudus. Menjadi sahabat berarti selalu berjalan bersama-sama dalam segala hal di setiap waktu, bukan hanya dalam hal-hal tertentu atau saat-saat tertentu saja.
Selain itu kita harus menjadikan Roh Kudus rekan sekerja; artinya kita melibatkan Roh Kudus dalam segala hal agar Ia menuntun dan menolong kita dalam mengamil setaip keputusan, baik bagi diri kita sendiri maupun di dalam pekerjaan dan pelayanan kita. Petrus dalam pelayanannya senantiasa melibatkan Roh Kudus dan mengakui bahwa Roh Kudus adalah rekan sekerjanya. Tanpa penyertaan Roh Kudus dia tidak akan memiliki keberanian saat dihadapkan pada Mahkamah Agama.

Karena 'kedekatannya' dengan Roh Kudus, hidup Petrus menjadi kesaksian bagi dunia.