Friday, September 4, 2009

Sikap Orang Yang Bijak

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 September 2009 -

Baca: Amsal 22:1-16

"Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka." Amsal 22:3

Orang bijak atau berhikmat dalam Perjanjian Lama erat kaitannya dengan orang yang takut akan Tuhan. Ada tertulis "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Jadi orang yang bijak adalah orang yang takut akan Tuhan, memiliki kepekaan terhadap firmanNya dan bisa membedakan mana yang menjadi kehendak Tuhan dan yang berkenan kepadaNya, sehingga ia menaruh sikap hormat akan Tuhan tidak hanya dalam pikiran, namun juga di dalam hati dan perbuatannya. Banyak orang kurang waspada melihat hal-hal yang tidak baik atau jahat sehingga mereka tetap saja berada dalam kejahatan dan tidak mau kelar dari perkara-perkara tersebut, padahal Alkitab jelas meminta: "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (2 Korintus 6:17).
Ketidakmampuan untuk melihat hal-hal yang jahat atau perkata-perkara dosa adalah buta. Kebutaan mata rohani dalam diri seseorang disebabkan karena tidak berpean pada firman Tuhan. Apabila firman tidak terdapat dalam hati seseorang maka ia akan berjalan di dalam kegelapan sehingga mudah terjadh dan tak mampu membedakan yang jahat dan yang baik. Itulah sebabnya kita sangat membutuhkan firman Tuhan! Pemazmur berkatam "FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105). Bila kita tinggal di dalam firmanNya, firman itu akan menerangi langkah hidup kita sehingga apabila ada hal-hal yang tak berkenan bagi Tuhan dapat segera kita lihat dan lari meninggalkannya. Contoh: jika di dalam lingkungan pergaulan kita melihat adanya kejahatan dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang menuju kepada dosa, kita harus mengambil langkah untuk menjauh dan keluar dari pergaulan itu, karena apabila kita tetap bertahan di tempat itu kita akan mudah terjerat atau terperangkap untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sama.
FirmanNya tegas memperingatkan kita, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).

Renungkan firmanNya senantiasa supaya kita menjadi orang bijak!

Thursday, September 3, 2009

Memiliki Dasar Yang Kuat

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 September 2009 -

Baca: Lukas 6:46-49

"Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun." Lukas 6:48b

Orang saleh adalah orang yang senantiasa taat kepada Tuhan dan memperhatikan titah-titahNya; umat seperti inilahyang menjadi kesayanganNya. an selalu ada kebahagiaan bagi orang-orang yang hidupnya saleh (baca Mazmur 16:11). Sebaliknya Tuhan sangat kecewa apabila anak-anakNya tidak mamu melakukan perintahNya, hanya berteori saja. Dalam hal ini, Tuhan Yesus berkata, "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (ayat 46).
Kekristenan bukanlah sekedar berseru-seru, "Tuhan, Tuhan!", bukan pula sekedar menjadi pendengar pasif. Lebih dari itu kita harus menjadi pelaku firman yaitu melakukan perkataan yesus. Alkitab mengatakan, "...hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Setiap orang yang melakukan firman Tuhan "...sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu." (Lukas 6:48a), namun "...barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar." (Lukas 6:49a). Jadi ada dua jenis bangunan yang secara fisik tampak sama. Namun perbedaan dan kualitas bangunan itu baru terlihat apabila terjadi guncangan dari luar. Bangunan yang dasarnya kuat tidak akan goyah walaupun air bah dan banjir melandanya. Berbeda dengna bangunan yang didirikan di atas tanah tanpa pondasi yang kuat; secepat badai, taufan dan juga air bah datang, secepat itu pula bangunan itu akan roboh dan tinggal puing-puing.
Saat-saat ini kita harus membangun 'rumah rohani' kita: membangun iman, ketaatan, ketekunan, kesetiaan dan sebagainya, yang kesemuanya harus berlandaskan firman Tuhan yang didirikan di atas dasar batu karang yaitu Tuhan Yesus sendiri. Perbedaan kualitas 'bangunan rohani' masing-masing orang akan terlihat nyata saat badai persoalan itu datang dan menyerang kita.

Sudahkan kita membangun 'rumah rohani' kita dengan benar? Jika belum, segeralah berbenah sebelum terlambat!