Thursday, August 20, 2009

Tentang Hamba Tuhan

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2009 -

Baca: 1 Korintus 4:1-5

"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." 1 Korintus 4:1

Istilah hamba Tuhan kian marak dalam pelayanan kekristenan masa kini di mana banyak orang bangga bila gelar hamba Tuhan tersebut melekat kepadanya, tanpa memahami makna sesungguhnya kata hamba tersebut.
Seiiring berjalannya waktu, pengertian kata hamba Tuhan secara perlahan mengalami pergeseran. Sering ada anggapan bahwa menjadi hamba Tuhan bearti harus mendapatkan perlakuan khusus atau service plus, beroleh penghormatan di mana pun melayani dengan segala fasilitas yang memadai. Hal ini tidak seratu persen keliru! Itu adalah bonus atau berkat yang mengikuti pelayanan hamba Tuhan. Namun jangan sampai hal ini mengalihkan motiviasi kita sehingga tidak lagi mencerminkan jiwa pengabdian, melainkan hanya tuntutan profesi yang menyebabkan kita ke luar dari jalur Tuhan.
Di awal suratnya yang ia tulis kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menybut dirinya hamba Yesus Kristus: "Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah." (Roma 1:1), begitu juga di hadapan jemaat Korintus. Paulus menyadari benar makna kata hamba yang melekat ada dirinya, yaitu tidak lebih dari seorang budak. Sebagai budak ia harus mengabdikan diri dengan segenap jiwa dan raga untuk Tuannya. Jadi hamba Tuhan juga bisa diartikan orang-orang yang membaktikan setiap nafas hidupnya untuk Tuhan, melepaskan segala kenyamanan duniawi, tunduk kepada pemerintahan sorgawi dan tidak punya hak untuk menuntut, serta bukan seorang bos. Paulus mengakui dirinya adalah hamba Yesus Kristus. Ada pun jawaban sebagai rasul diberikan oleh Kristus kepadanya, bukan ia sendiri yang mengangkat dirinya sebagai rasul. Tetapi Paulus tetap mengedepankan status dirinya yang tidak lebih dari seorang hamba. Dalam perjalanannya sebagai seorang hamba Tuhan Paulus melayani dengan tulis, tidak bersikap menuntu, tidak mencari keuntungan diri sendiri di balik pelayanan, melainkan mengabdi dengan sungguh-sungguh demi kemajuan Injil di muka bumi.

Mari kita melayani Tuhan dengan penuh pengabdian, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani..." (Matius 20:28)

Wednesday, August 19, 2009

Tuhan Senantiasa Bersama Kita

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2009 -

Baca: Mazmur 139:1-12

"maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." Mazmur 139:12

Bukan dari kata orang Daud mengenai kebesaran dan keperkasaan Allah Israel, tetapi dia mengalaminya sendiri. Pembelaan dan penyertaanNya begitu nyata di sepanjang perjalanan hidup Daud. Melewati masa-masa sukar, jalan-jalan yang gelap, bahkan di lembah kekelaman sekali pun Dia tak pernah melepaskan genggaman tanganNya untuk menuntun dan menopang Daud sehingga ia berkata, "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya." (ayat 6). Sungguh tak terukur betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah kepada Daud.
Di Perjanjian Baru Allah menghamparkan jalan di depan kita agar kita dapat masuk dalam rencanaNya bersama Kristus. Namun untuk mencapai tujuan kita bersama Kristus kita harus tunduk dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada tuntunanNya langkah demi langkah setiap hari. Dalam mengikuti pimpinan Tuhan masa depan tak selalu tampak cerah, terkadang mendung menyelimuti perjalanan kita dan rencanaNya bagi kita tak akan membuat malam itu terang. Upah dari Kerjaan Allah tidak selalu diberikan keesokan hari, tetapi upah itu pasti datang! "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3). Ketaatan kepada Tuhan dan firmanNya selalu akan mendatangkan upah. Namun taat berjalan dengan Tuhan sering kita harus melalui lorong-long yang belum kita kenal dan sangat asing bagi kita, eteapi tidak bagi Tuhan, sebab "Ia tahu jalan hidupku;", kata Ayub (Ayub 23:10a), dan kegelapan sepekat apa pun tidak menggelapkan Tuhan!
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok, tapi Dia tahu benar! Dia mempunyai suatu rencana yang indah bagi kita sehingga Dia tahu bagaimanan mengatur langkah dan memimpin langkah kita agar rencanaNya terpenuhi. Jadi kita tidak menghadapi masa depan itu sendirian, melainkan bersama Yesus, Gembala yang baik, yang ada di sisi kita dan selalu menuntun kita.

Jangan takut dan tawar hari hadapi esok karena Tuhan ada di pihak kita!