Thursday, August 6, 2009

Tidak Mau Bayar Harga

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2009 -

Baca: Matius 8:18-22

"Yesus berkata kepadanya: 'Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.' " Matius 18:20

Bila berbicara tentang upah dan berkat, setiap anak Tuhan pasti akan merespon dengan semangat dan antusias yang tinggi. Namun bila ada pertanyaan siapa yang mau menderita untuk Kristus, jawabnya pasti pikir-pikir dulu, kalau bisa lari dan menghindar saja dari penderitaan. namun inilah syarat utama untuk mengikut Yesus!
Harga untuk menjadi muridNya mengacu kepada harga yang harus kita bayar untuk melayani Tuhan. Seringkali hari-hari kita dipenuhi keluh kesah, sungut dan ketidakpuasan mengikut Tuhan. Menghadapi masalah atau ujian sedikit saja kita langsung ogah-ogahan dan beribadah asal saja, padahal upah melayani Tuhan jauh melebihi harganya yang kita bayar. "...penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Roma 8:18). Dia memberkati kita dengan kebenaran, damai sejahtera, sukacita, kemenangan dan kehidupan kekal. Namun jalan terbaik memiliki hidup yang diberkati adalah dengan melakukan apa yang Yesus katakan, berapa pun harganya, karena Dia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (baca Yohanes 10:10). Sayang, banyak di antara kita belum memiliki penyerahan hidup secara total kepada Tuhan. Kita hanya mengingini berkatNya saja tetapi tidak mau membayar harga karena kita lebih mencintai dunia ini dan tidak mau melepaskannya. Tuhan tidak ingin kita sekedar pengikutNya saja atau sekedar menjadi pendengar firman.
Bila kita memutuskan menjadi muridNya, kita juga harus memiliki komitmen untuk mentaati perintah-perintah Yesus setiap hari. "Jika kamu tetapi dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu" (Yohanes 8:31). Sesungguhnya melakukan perintah Tuhan bukanlah suatu beban yang berat. "Sebab Kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan." (Matius 11:30). Namun banyak orang menolak kuk itu, bahkan kehadiran Tuhan Yesus pun tidak diinginkannya.

Jika meninggalkan Tuhan demi mempertahankan sesuatu, kita akan kehilangan segala sesuatunya; keputusan ada pada kita. Maukah kita kehilangan segalanya?

Wednesday, August 5, 2009

Sudahkan Kita Bersaksi?

- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Agustus 2009 -

Baca: Yesaya 52:7-12

"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: 'Allahmu itu Raja!' " Yesaya 52:7

Banyak anak Tuhan mengaku enggan dan malu bila diminta bersaksi di hadapan jemaat, bahkan ada yang berkata, "Bersaksi tentang apa? Hidupku biasa-biasa saja kok, tidak ada yang perlu disaksikan." Sungguh menyedihkan bila ada orang Kristen yang tidak mempunyai kesaksian hidup. Ini berarti ada yang salah dalam kehidupan kerohaniannya karena Tuhan memanggil kita untuk menjadi kesaksian yaitu sebagai garam dan terang bagi dunia ini, "...supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Yesus telah memberikan Amanat Agung kepada kita supaya pergi bersaksi dan memberitakan kabar keselamatan. Namun kita menganggap perintah itu tidak penting dan merupakan tugas para pendeta, fulltimer atau siswa-siswa teologia saja, bukan bagian kita sebagai orang awam atau jemaat biasa. Lalu kita memilih duduk-duduk santai di rumah, menghabiskan waktu di depan televisi daripada harus bersusah-payah terlibat pelayanan dan sama sekali tidak terbeban memperkenalkan Yesus kepada orang lain. Di dunia kerja sekuler seperti MLM (multi level marketing) saja orang-orang berjuang begitu rupa, kerja siang malam demi mendapatkan anggota baru sebanyak-banyaknya supaya mereka beroleh bonus besar. Terhadap perkara fana saja orang mau melakukan segala hal, padahal dunia dan segala yang ada adalah sementara. Sedangkan untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah, di mana Tuhan telah menyediakan upah yang besar yaitu mahkota kehidupan kekal, kita malah enggan melakukannya, tidak mau meluangkan waktu sedikitpun dan 'hitung-hitungan' dengan Tuhan.
Jadi bersakti adalah tugas penting bagi kita. Sayang, banyak orang Kristen memiliki kehidupan yang 'sama saja' dengan orang-orang dunia sehingga sulit untuk membedakan mana orang percaya dan yang bukan.

"Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (Yohanes 15:2,6)