- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Agustus 2009 -
Baca: 1 Korintus 4:1-5
"Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah." 1 Korintus 4:1
Istilah hamba Tuhan kian marak dalam pelayanan kekristenan masa kini di mana banyak orang bangga bila gelar hamba Tuhan tersebut melekat kepadanya, tanpa memahami makna sesungguhnya kata hamba tersebut.
Seiiring berjalannya waktu, pengertian kata hamba Tuhan secara perlahan mengalami pergeseran. Sering ada anggapan bahwa menjadi hamba Tuhan bearti harus mendapatkan perlakuan khusus atau service plus, beroleh penghormatan di mana pun melayani dengan segala fasilitas yang memadai. Hal ini tidak seratu persen keliru! Itu adalah bonus atau berkat yang mengikuti pelayanan hamba Tuhan. Namun jangan sampai hal ini mengalihkan motiviasi kita sehingga tidak lagi mencerminkan jiwa pengabdian, melainkan hanya tuntutan profesi yang menyebabkan kita ke luar dari jalur Tuhan.
Di awal suratnya yang ia tulis kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menybut dirinya hamba Yesus Kristus: "Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah." (Roma 1:1), begitu juga di hadapan jemaat Korintus. Paulus menyadari benar makna kata hamba yang melekat ada dirinya, yaitu tidak lebih dari seorang budak. Sebagai budak ia harus mengabdikan diri dengan segenap jiwa dan raga untuk Tuannya. Jadi hamba Tuhan juga bisa diartikan orang-orang yang membaktikan setiap nafas hidupnya untuk Tuhan, melepaskan segala kenyamanan duniawi, tunduk kepada pemerintahan sorgawi dan tidak punya hak untuk menuntut, serta bukan seorang bos. Paulus mengakui dirinya adalah hamba Yesus Kristus. Ada pun jawaban sebagai rasul diberikan oleh Kristus kepadanya, bukan ia sendiri yang mengangkat dirinya sebagai rasul. Tetapi Paulus tetap mengedepankan status dirinya yang tidak lebih dari seorang hamba. Dalam perjalanannya sebagai seorang hamba Tuhan Paulus melayani dengan tulis, tidak bersikap menuntu, tidak mencari keuntungan diri sendiri di balik pelayanan, melainkan mengabdi dengan sungguh-sungguh demi kemajuan Injil di muka bumi.
Mari kita melayani Tuhan dengan penuh pengabdian, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani..." (Matius 20:28)
Showing posts with label hamba. Show all posts
Showing posts with label hamba. Show all posts
Thursday, August 20, 2009
Wednesday, July 15, 2009
Menjadi Tawanan Roh
- Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2009 -
Baca: Kisah Para Rasul 20:17-38
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku."Kisah 20:22-23
Pernyataan sebagai seorang 'tawanan' disampaikan sendiri oleh rasul Paulus. Tawanan yang dimaksudnya bukanlah akibat telah melakukan tindak kejahatan, tetapi adalah 'tawanan' Roh Kudus. Dalam 1 Petrus 2:20 dikatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.". Paulus menjadi 'tawanan' Roh, artinya ia tidak dapat bertindak sekehendak hati, namun semuanya harus sejalan dengan pimpinan Roh Kudus. Di dalam hati Paulus tersimpan semangat yang berkobar-kobar untuk memberitakan Injil, tetapi jika saat itu Roh Kudus tidak mengijinkan dia melangkah pergi, maka dia pun harus tunduk.
Saat melakukan tour pelayanannya, "Mereka (Paulus dan rekan) melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka." (Kisah 16:6-7). Paulus menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang hamba, maka dari itu dia belajar taat kepada Roh Kudus sehingga Paulus hanya mau melangkah dan berbicara atas kehendak Tuhan saja. Bila Tuhan menghendakinya untuk pergi dan melakukan sesuatu, maka Paulus taat dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi atas dirinya. Penjara, aniaya, sengsara dan penderitaan tidak menghalanginya untuk tetap memberitakan Injil, karena ia percaya "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Paulus tidak melayani Tuhan dengan akalnya sendiri!
Sikap penundukkan diri Paulus kepada Roh Kudus ini haruslah menjadi teladan bagi para pelayan Tuhan sekarang ini. Tuhan tidak mencari hamba-hamba dengan banyak gelar, yang Dia cari adalah yang punya hati hamba, penuh penyerahan diri dan taat.
Sudahkah kita memiliki hati hamba dan tunduk kepada Roh Kudus dalam melayani Tuhan?
Baca: Kisah Para Rasul 20:17-38
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku."Kisah 20:22-23
Pernyataan sebagai seorang 'tawanan' disampaikan sendiri oleh rasul Paulus. Tawanan yang dimaksudnya bukanlah akibat telah melakukan tindak kejahatan, tetapi adalah 'tawanan' Roh Kudus. Dalam 1 Petrus 2:20 dikatakan, "Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.". Paulus menjadi 'tawanan' Roh, artinya ia tidak dapat bertindak sekehendak hati, namun semuanya harus sejalan dengan pimpinan Roh Kudus. Di dalam hati Paulus tersimpan semangat yang berkobar-kobar untuk memberitakan Injil, tetapi jika saat itu Roh Kudus tidak mengijinkan dia melangkah pergi, maka dia pun harus tunduk.
Saat melakukan tour pelayanannya, "Mereka (Paulus dan rekan) melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka." (Kisah 16:6-7). Paulus menyadari bahwa dirinya hanyalah seorang hamba, maka dari itu dia belajar taat kepada Roh Kudus sehingga Paulus hanya mau melangkah dan berbicara atas kehendak Tuhan saja. Bila Tuhan menghendakinya untuk pergi dan melakukan sesuatu, maka Paulus taat dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi atas dirinya. Penjara, aniaya, sengsara dan penderitaan tidak menghalanginya untuk tetap memberitakan Injil, karena ia percaya "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Paulus tidak melayani Tuhan dengan akalnya sendiri!
Sikap penundukkan diri Paulus kepada Roh Kudus ini haruslah menjadi teladan bagi para pelayan Tuhan sekarang ini. Tuhan tidak mencari hamba-hamba dengan banyak gelar, yang Dia cari adalah yang punya hati hamba, penuh penyerahan diri dan taat.
Sudahkah kita memiliki hati hamba dan tunduk kepada Roh Kudus dalam melayani Tuhan?
Subscribe to:
Posts (Atom)