Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2018
Baca: Mazmur 5:1-13
"TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
Kata 'kebiasaan' memiliki arti: sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya; pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Secara umum, kebiasaan seorang terbagi menjadi dua yaitu kebiasaan baik dan kebiasaan buruk. Kebiasaan apa yang sering Saudara lakukan? Kebiasaan baik atau kebiasaan burukkah? Perhatikanlah apa yang menjadi kebiasaan kita, sebab kebiasaan kita akan membentuk karakter yang sulit untuk diubah. "Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan." (Aristoteles).
Daud memiliki kebiasaan bermain kecapi dan memuji-muji Tuhan. Ia adalah sosok yang memberikan teladan dalam hal keintiman dengan Tuhan. Tiada hari terlewatkan tanpa ia membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan. "...pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (ayat nas), "...pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9), dan "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." (Mazmur 119:164). Contoh lain adalah Daniel, orang yang menjadikan doa sebagai gaya hidup sehari-hari. "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem;
tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang
biasa dilakukannya." (Daniel 6:11). Kalimat 'seperti yang biasa' merujuk pada tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang atau suatu kegiatan yang selalu dilakukan dan sudah menjadi karakter yang membentuk jati dirinya.
Harus diakui bahwa hari-hari yang kita jalani ini dipenuhi dengan agenda kerja dan aktivitas duniawi lainnya, seolah-olah tidak ada lagi waktu yang tersisa. Kalau kita bisa menyalurkan hobi dan kesenangan secara intensif, masakan kita tak bisa menyediakan waktu secara khusus untuk Tuhan setiap harinya? Mengerjakan perkara-perkara rohani seharusnya menjadi 'kebiasaan' atau gaya hidup orang percaya.
Ingat! Di luar Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu biasakan diri untuk bersekutu dengan-Nya hari lepas hari.
amin
ReplyDeleteAmen...
ReplyDelete