Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2014
Baca: Matius 25:1-13
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki." Matius 25:1
Saat mendengar kabar bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, respons tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada yang sangat tidak peduli dan masa bodoh, tapi ada pula yang meresponsnya dengan tindakan yang konyol: langsung memutuskan berhenti dari pekerjaan, menjual seluruh harta bendanya, lalu berkumpul di suatu tempat sambil berdoa menanti-nantikan kedatangan Tuhan. Atau mungkin yang memiliki banyak uang langsung terbang ke Yerusalem (Israel), menantikan kedatangan Tuhan di sana, karena mereka ingat akan ayat Alkitab yang menyatakan: "Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang
kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11b). Namun begitu yang diharapkan belum juga datang ada banyak dari mereka yang akhirnya frustasi dan kecewa.
Apakah Tuhan ingkar dengan janjiNya sehingga Ia mengulur-ulur waktu untuk datang menjemput umatNya? Dalam 2 Petrus 3:9 dikatakan, "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena
Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua
orang berbalik dan bertobat." Seiring berjalannya waktu banyak anak Tuhan yang kian terlena dan disibukkan dengan perkara-perkara dunia ini, sehingga mereka lupa berjaga-jaga dan mempersiapkan diri sebaik mungkin menyambut kedatangan mempelai Kristus. Selain daripada itu kita juga harus semakin giat mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih
siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat
bekerja." (Yohanes 9:4).
Dalam menanti-nantikan Tuhan saat ini apakah kita bersikap seperti lima gadis yang bijaksana, atau sebaliknya kita bersikap seperti gadis yang bodoh? Lima gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Artinya mereka terus berjaga-jaga sambil terus hidup dalam ketaatan (melakukan firman), sehingga pelitanya terus menyala dan menerangi sekitarnya, hidup yang terus menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitarnya. (Bersambung)
No comments:
Post a Comment