Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2011 -
Baca: Hakim-Hakim 8:4-21
"Inilah Zebah dan Salmuna yang karenanya kamu telah mencela aku dengan berkata: Sudahkan Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada orang-orangmu yang lelah itu?" Hakim-Hakim 8:15
Siapakah orang yang berhasil itu? Seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang berhasil apabila ia memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan: rumah mewah, mobil, emas, deposito di bank dan juga jabatan atau kedudukan yang mentereng dan sebagainya. Itulah cara pandang dunia tentang keberhasilan dalam diri seseorang. Dunia selalu melihat keberhasilan sebatas hal-hal yang lahiriah atau yang kelihatan secara kasat mata, tidak peduli apakah didapat dengan cara yang salah atau menyimpang dari jalan Tuhan. Orang-orang seperti itulah yang dikagumi, disegenai dan memiliki banyak 'sahabat dan saudara'. Sebaliknya orang yang sederhana dan tidak memiliki apa-apa menurut penilaian sesamanya seringkali diabaikan dan diremehkan. Mungkin saat ini kita tidak punya sesuatu yang dapat dibanggakan; jangan berkecil hati dan putus asa, karena Alkitab menyatakan, "dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, " (1 Korintus 1:28).
Inilah yang dialami oleh Gideon. Ketika mengejar raja Midian, dengan menyebrangi sungai Yordan bersama dengan pasukannya yang berjumlah 300 orang, sampailah Gideon dan pasukannya di Sukot. Lalu berkatalah Gideon kepada orang Sukot, "Tolong berikan beberapa roti untuk rakyat yang mengikuti aku ini, sebab mereka telah lelah, dan aku sedang mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian." (Hakim-Hakim 8:5). Tetapi permintaan Gideon itu ditanggapi dengan sinis. Mereka sangat menyepelekan Gideon, pikir mereka: "Apakah ia bermimpi? Bisa menang melawan orang-orang Midian? 300 orang dibanding 15.000 orang?"
Secara manusia memang mustahil Gideon mampu mengalahkan dan menangkap raja Midian tersebut. Orang-orang Sukot lupa bahwa yang menyertai Gideon adalah Allah Israel, Allah yang hidup! Meski direndahkan Gideon tetap melangkah dengan iman. Dilihat dari sisi mana pun Gideon kalah segala-galanya, tapi yang menyertai dia adalah Allah, yang adalah Sumber segalanya. Dan di akhir kisah dinyatakan bahwa orang-orang Midian bertekuk lutut di tangan pasukan Gideon dan orang-orang Sukot pun mendapat malu.
Bila kita mengandalkan Tuhan dalam segala hal, tidak ada yang mustahil! Amin.
Nice share. Thanks ^^
ReplyDeleteAmiiin Puji Tuhan 🙏🏼
ReplyDeleteAmin...makasih buat renungannya🙏🙏
ReplyDelete